Jalan Bergelombang bagi Navalny
Tokoh oposisi Rusia ALexei Navalny ditahan setibanya di bandara Sheremetyevo, Moskwa, Rusia. Tidak akan mudah bagi Navalny untuk menghadapi Putin dari balik jeruji besi.
Tanya Shchukina beruntung bisa lolos dari sergapan otoritas keamanan Rusia dalam penerbangan dari St Petersbug ke Moskwa, Sabtu (16/1/2021). Shchukina, seniman berusia 22 tahun, terbang ke Moskwa untuk bergabung dengan sejumlah warga lain menyambut Alexei Navalny, tokoh oposisi Rusia. Puluhan lainnya gagal ketika mereka dipaksa keluar dari kereta api yang akan membawanya ke Moskwa.
Shchukina mengaku penting baginya dan warga Rusia lainnya untuk mendukung Navalny. "Setelah upaya pembunuhan ini, saya harus datang untuk mendukungnya untuk menunjukkan kepadanya bahwa dia tidak sendiri. Bahwa semuanya akan baik-baik saja,” kata Shchukina, ditemui di Bandara Vnukovo, Moskwa, Minggu (17/1/2021) petang waktu setempat.
Dia dan ratusan pendukung Navalny tidak bisa terlalu dekat ke aula kedatangan. Pengelola bandara telah memperketat keamanannya sejak Navalny memastikan dirinya akan pulang ke Rusia, Rabu. Lusinan polisi dikerahkan dan barikade dipasang untuk memblokir aula kedatangan.
Shchukina tidak bersitegang dengan petugas keamanan. Malah, dia dan para pendukung Navalny sempat berdebat dengan penggemar Olga Buzova, seorang pop star negara itu yang tengah naik daun. Entah mengapa dia tiba-tiba pesawat yang tumpangi Buzova mendarat di Vnukovo.
Penggemar laki-laki yang diperkirakan berusia sekitar 35 tahunan itu tiba-tiba mempertanyakan keyakinan Shchukina dan para pendukung Navalny lainnya soal kebenaran tokoh oposisi itu benar diracun. “Apa buktinya,” kata pria itu.
Ketegangan berlanjut ketika beberapa sekutu dekat Navalny, termasuk aktivis Lyubov Sobol, ditangkap di sebuah kafe tidak jauh dari bandara, menunggu kedatangan Navalny. Sampai waktu kedatangan, Navalny dan istrinya, Yulia, serta seorang sahabat dekatnya tidak muncul di Vnukovo.
Tak lama kemudian, sebuah pemberitahuan dipasang di papang kedatangan. Pesawat yang ditumpangi Navalny dengan nomor penerbangan DP936 dari Berlin, Jerman, mendarat di bandara utama Moskwa, Sheremetyevo.
Tidak Berjalan Mulus
Para penumpang penerbangan Pobeda dengan nomor penerbangan DP936, termasuk Navalny dan sang istri, Yulia, terkejut ketika beberapa menit sebelum mendarat di Vnukovo, kapten mengumumkan bahwa ada perubahan lokasi pendaratan.
“Ada kesulitan teknis. Kita akan dengan tenang menuju Bandara Sheremetyevo, di mana cuacanya sangat bagus,” kata sang kapten yang berbicara melalui pengeras suara.
Itu adalah tanda pertama bagi mereka yang ada di atas pesawat, bersama Navalny dan keluarganya, bahwa kepulangan penantang Presiden Rusia Vladimir Putin berusia 44 tahun itu tidak akan mulus. Sepanjang perjalanan, Navalny yang duduk di dekat jendela, lebih banyak menatap ke luar sambil menggenggam tangan istrinya.
Sesaat setelah mendarat, Navalny dan istri bergegas memasuki Terminal D kedatangan dan menyempatkan berbicara dengan sejumlah jurnalis yang ikut serta dalam penerbangan itu. politisi yang juga merupakan seorang blogger dan pernah berprofesi sebagai pengacara itu mengatakan, dia tidak takut untuk kembali meski berulang kali mendapat perlakuan buruk dari pemerintah Rusia. Dan terakhir, dia nyaris kehilangan nyawanya ketika diracun dalam penerbangan dari Siberia ke Moskwa, Agustus lalu.
"Ini rumahku. Aku tidak takut."
Situasi berubah ketika Navalny berada di aula pemeriksaan paspor. Berdiri di koridor sempit bilik kontrol paspor berpanel kaca, Navalny didekati oleh seorang pejabat yang memintanya untuk mundur untuk "mengklarifikasi keadaan" saat masuk.
Istri dan pengacaranya berdiri di sampingnya, tetapi sudah dipisahkan oleh gerbang pengawas paspor logam. Pengacaranya bertanya atas dasar apa dia dicegah untuk masuk. Tapi, tidak ada jawaban yang jelas.
Tak lama, empat polisi berseragam yang mengenakan masker hitam datang ke lokasi dan meminta Navalny untuk ikut dengan mereka.
"Apakah Anda menahan saya?" Navalny bertanya. "Anda menahan saya," katanya berulang kali. Dalam kasus itu, katanya, dia ingin pengacaranya bergabung dengannya.
Kondisi seperti itu berlanjut bolak balik selama sekitar tiga menit. Akhirnya, Navalny kembali ke istrinya dan memeluknya. Tak lama, Navalny berbalik dan pergi dibawah pengawalan polisi.
Usai mengambil bagasi, Yulia, didampingi pengacara serta sekretaris persnya, duduk di salah satu bangku yang tersedia. Yulia menenangkan pikirannya. Di luar terminal kedatangan, para pendukung bertepuk tangan dan meneriakkan namanya. "Yulia! Yulia!" dan "Rusia akan merdeka!". Beberapa berdiri di balkon di atas.
Berdiri di luar dalam udara malam yang dingin, Yulia Navalnaya berbicara kepada orang banyak: "Alexei hari ini mengatakan bahwa dia tidak takut. Saya juga tidak takut. Dan saya meminta Anda semua untuk tidak takut."
Kemudian dia pergi, dan kerumunan bubar secara perlahan.
Lawan Putin
Nama Navalny mulai mencuat sejak satu dekade silam ketika dirinya mulai memimpin gerakan untuk memprotes kekuasaan Presiden Vladimir Putin. Bahkan, Navalny menantangnya dalam pemilihan umum yang adil dan terbuka. Sebuah hal yang selama ini dinilai menjadi retorika semata Kremlin.
Muncul ke permukaan sebagai pengacara, Navalny kemudian mengubah strateginya dengan mendekatkan isu korupsi kepada publik. Mendirikan Yayasan AntiKorupsi, Navalny dan kawan-kawan membangun platform bagi warga untuk melaporkan berbagai kasus dugaan korupsi yang dilakukan pejabat negara atau aparat sipil negara. Menggunakan platform yang sama, mereka kemudian melacak respon pemerintah atas berbagai kasus dugaan korupsi itu.
Tidak hanya membangun platform tersendiri, Navalny dan koleganya memanfaatkan media sosial untuk mengkampanyekan Pemerintahan Rusia yang bersih dan bebas dari kroniisme. Menggunakan berbagai platform media sosial, termasuk YouTube, Navalny menyebarluaskan berbagai informasi yang mereka miliki soal dugaan kasus korupsi yang terjadi di tubuh pemerintah Rusia. Tudingan-tudingan itu cukup membuat telinga Putin dan para petinggi Rusia memerah.
Pemerintahan Putin menjuluki Navalny dan rekan-rekannya sebagai agen asing dan mulai melakukan tekanan-tekanan terhadap Navalny dan koleganya. Navalny berulang kali berada di balik jeruji besi karena dinilai memprovokasi massa dan melakukan pengumpulan massa tanpa izin pihak berwenang.
Hampir setiap tahun, Navalny dan para tokoh oposisi melakukan demonstrasi menentang pemerintahan Putin tanpa mengenal musim. Di musim dingin tahun 2012, unjuk rasa diikuti oleh nyaris 100000 warga. Tak memedulikan suhu dingin yang menusuk kulit, seratusan ribu demonstran menuntut perubahan pemerintahan yang lebih demokratis.
Peserta aksi hampir pasti adalah anak muda, berhaluan kiri, liberal dan juga nasionalis yang berbaur dengan mahasiswa, guru, aktivis pendidikan lainnya. Mereka mengenakan pita putih, lambang gerakan itu.
Meski gerakan protes membesar dan diikuti oleh banyak anak muda, pemerintahan Putin bergeming. Sampai saat ini, pemerintahan Putih sangat kokoh dan bahkan Putin mengubah konstitusi yang dapat membuat dirinya berkuasa hingga tahun 2036. Lebih jauh lagi, bila nanti sudah tidak menjabat, Putin tidak bisa didakwa atas tuduhan apapun.
Mengutip pemberitaan Kompas edisi 20 Maret 2018, Putin tetap menjadi sosok yang populer di mata rakyat Rusia karena kepemimpinannya dinilai sangat kuat. Dunia internasional menaruh hormat dan rasa takut terhadap Putin dan Rusia
Putin juga dianggap mampu membangkitkan kembali nasionalisme rakyat seperti ketika era Perang Dingin di mana Rusia merupakan negara adidaya yang ditakuti. Ia dinilai berhasil mengelola kecemasan warga Rusia terhadap dampak globalisasi dengan kampanye populisnya seperti ancaman imigran.
Penangkapan Navalny sendiri membuat salah satu anggota Dewan Koordinasi Oposisi Rusia berpotensi berada di balik jeruji selama 3,5 tahun mendatang. Meski kuasa hukum Navalny memastikan akan melakukan upaya hukum untuk membebaskannya dari penjara, hampir dipastikan proses pembebasannya akan berbelit-belit. Bukan tidak mungkin, peristiwa yang sama seperti yang terjadi di Siberia, terulang kembali. (AFP/Reuters)