Puluhan Tanggul Sungai di Brebes Rawan Jebol, Perbaikan Mendesak Dilakukan
›
Puluhan Tanggul Sungai di...
Iklan
Puluhan Tanggul Sungai di Brebes Rawan Jebol, Perbaikan Mendesak Dilakukan
Puluhan tanggul sungai di Brebes, Jateng, dalam kondisi kritis. Saat hujan besar, tanggul dikhawatirkan tidak mampu membendung air sehingga air limpas ke permukiman. Penanggulangan darurat dilakukan untuk menekan dampak.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
BREBES, KOMPAS — Puluhan tanggul sungai di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, dalam kondisi kritis atau rawan jebol. Hal ini dapat meningkatkan potensi banjir saat curah hujan tinggi. Sembari menunggu penanganan permanen, warga berinisiatif membuat tanggul darurat.
Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung (BBWS Cimancis) memetakan 130 titik tanggul sungai kritis. Dari jumlah tersebut, 72 titik berada di wilayah Brebes, terdiri dari 11 titik di Sungai Cisanggarung, 19 titik di Sungai Kabuyutan, 11 titik di Sungai Tanjung, 20 titik di Sungai Babakan, dan 11 titik di Sungai Kluwut.
Kepala Bidang Operasi dan Pemeliharaan BBWS Cimancis Abdul Ghoni Majdi menuturkan, suatu tanggul sungai masuk dalam kategori kritis apabila tanggul rusak, retak, tergerus, atau ketinggiannya berkurang akibat sendimentasi sungai. Tanggul dalam kondisi kritis memerlukan penanganan bersifat segera.
”Yang masuk kategori kritis ini rawan limpas kalau curah hujan tinggi. Jadi, perlu dimitigasi agar dampaknya tidak terlalu besar apabila ada limpasan,” kata Abdul, Senin (18/1/2021).
Menurut Abdul, sejumlah upaya sudah dilakukan BBWS Cimancis untuk menanggulangi tanggul-tanggul kritis, misalnya memasang tanggul darurat menggunakan karung berisi pasir, memperbaiki tembok penahan tebing, normalisasi sungai, peninggian tanggul, hingga rekayasa hayati. Adapun kegiatan penanggulangan tersebut dilakukan berdasarkan skala prioritas.
”Supaya benar-benar bebas dari banjir, harus ada upaya komprehensif dari hulu hingga hilir. Agar penanganannya komprehensif, harus ada gambaran lengkap terkait persoalan sungai dari hulu ke hilir yang dapat diketahui jika sudah ada kajian mendalam,” katanya.
Abdul menambahkan, melalui kajian mendalam akan dihasilkan rekomendasi yang sesuai untuk menangani persoalan sungai. Contohnya, jika perlu ada pengerukan sungai, peninggian tanggul permanen, atau perlu pembuatan kolam retensi yang bisa menampung debit air sungai.
Darurat
Sembari menunggu penanganan permanen, sejumlah warga yang tinggal di sekitar Sungai Cisanggarung, Desa Pekauman, Kecamatan Losari, bergotong royong membuat tanggul darurat dari karung berisi tanah. Di daerah itu, beberapa tanggul sungai rusak akibat terkikis air sungai. Saat hujan lebat, air sungai di daerah itu limpas.
”Tanggul sungai di desa kami dibangun sejak 36 tahun lalu. Kami berharap semoga segera ada rehabilitasi tanggul atau upaya apa pun untuk menanggulangi kerusakan ini secara permanen,” ujar Kepala Desa Pekauman Warno.
Warno mengatakan, pada 2018, banjir akibat jebolnya tanggul Sungai Cisanggarung pernah merendam sebagian wilayah Losari. Kala itu, ratusan rumah terendam air dengan ketinggian hampir 1 meter. Warno dan masyarakat berharap peristiwa itu tidak terulang.
Sementara itu, Bupati Brebes Idza Priyanti meminta masyarakat mewaspadai sejumlah bencana di musim hujan, seperti banjir, tanah longsor, tanah bergerak, dan puting beliung. Idza juga meminta warga berperan aktif mengatasi penyebab bencana, salah satunya dengan menjaga lingkungan.
”Banjir di Brebes itu salah satunya terjadi karena kerusakan hutan di hulu. Jadi, seluruh air hujan langsung mengalir ke sungai, tidak bisa diserap tanaman karena tidak ada tanaman,” kata Idza.
Idza mengajak masyarakat melakukan penghijauan kembali di hutan yang berada di bagian hulu. Selain itu, Idza juga akan terus berkoordinasi dengan BBWS Cimancis dan Pemerintah Provinsi Jateng terkait penanganan banjir yang bersifat permanen.