Bayu Wardoyo: Upaya Maksimal Penyelam Tangguh demi Keluarga Korban
›
Bayu Wardoyo: Upaya Maksimal...
Iklan
Bayu Wardoyo: Upaya Maksimal Penyelam Tangguh demi Keluarga Korban
Bayu Wardoyo dikenal humoris di antara kawan-kawannya. Meski begitu, ia benar-benar menghadapi dunia lain saat harus memimpin para penyelam mumpuni untuk mencari korban kecelakaan dengan amat serius dan penuh marabahaya.
Oleh
KOMPAS/DWI BAYU RADIUS
·3 menit baca
Saat mendengar kabar soal jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 di Kepulauan Seribu, Jakarta, Sabtu (9/1/2021), Bayu Wardoyo (47) spontan siaga. Firasat itu tak meleset, seperti musibah-musibah serupa sebelumnya. Penyelam kawakan itu memang sudah berkali-kali dilibatkan dalam pencarian korban kecelakaan pesawat.
”Sebentar, ya. Saya persiapan deployment team (penurunan tim) dulu,” katanya di sela perbincangan, hanya berselang sekitar tiga jam setelah kecelakaan Sriwijaya Air. Hari-hari selanjutnya bagi Team Leader Indonesia Dive Rescue itu tidaklah mudah.
Ketinggian ombak berfluktuasi dan jarak pandang yang kerap terbatas mengganggunya, tetapi ia tak patah semangat. Bayu bertekad tetap menyelam, tentunya mengukur risiko dengan sangat matang. ”Saya berjanji kepada keluarga korban untuk mengupayakan hasil maksimal agar bisa membawa jasad-jasad yang masih tersisa,” ucapnya.
Bukan sembarangan penyelam yang dilibatkan. Mereka harus memiliki kemampuan melakukan penyelamatan di bawah laut. Pagi-pagi benar ia dan timnya sudah bersiap. Bayu senantiasa bersyukur jika ia dan timnya berhasil mengumpulkan jenazah atau bagian-bagiannya yang difokuskan di bawah air.
”Cukup banyak yang didapat. Kalau capek banget, pasti. Namanya juga manusia. Ada lelahnya, tapi kami tetap semangat,” ujarnya. Ia juga turut menumpang Kapal Negara (KN) Basudewa yang dikerahkan untuk menangani kotak hitam dengan peralatan khusus.
Bermalam di kapal dengan lantai dingin dan bergoyang-goyang bukan kendala bagi Bayu. Ia sudah terbiasa dengan situasi serba sulit yang sangat tak nyaman. ”Untung, pernah ikut PDGH (pendidikan dasar gunung dan hutan). Di lantai, menggelongsor pun enggak masalah,” ucapnya seraya tertawa.
Bayu dan timnya santai saja berbaring diselungkupi sarung. Jika bisa beralaskan matras, itu sudah tergolong mewah. Bayangkan saja, beberapa penyelam terlelap di atas tumpukan tabung selam saking letihnya. Sukarelawan lain berbaring tanpa sempat melepas baju selamnya. Ada pula anggota yang tertidur dengan kaki menekuk atau duduk bersandar. Itu pun protokol kesehatan harus dipatuhi dengan tak melepas masker.
”Sebagian dari kami malah memilih tidur di luar kabin. Soalnya, mendingan daripada terkena embusan penyejuk udara yang luar biasa dinginnya,” ucapnya. Maut sudah tentu mengintai. Sahabat karib Bayu, Syachrul Anto, misalnya, tewas saat mencari korban kecelakaan pesawat Lion Air pada 2018.
Penyelam asal Surabaya, Jawa Timur, yang berusia 48 tahun ketika meninggal itu juga kawan seperjuangan Bayu saat sama-sama ditugaskan setelah pesawat Air Asia jatuh di perairan Kalimantan Tengah tahun 2014. Padahal, fisik dan peralatan selam Syachrul dinilai layak.
Berkali-kali diterjunkan dalam operasi pencarian yang sarat marabahaya dan korban, tak pelak mencuatkan emosi, bahkan traumatis. Doa yang dipanjatkan teman-temannya setiap kali ia berinteraksi dan berbagi informasi menguatkan Bayu untuk tetap menjalankan tugasnya sepenuh hati.
Ia pun merasa sangat beruntung sudah menggeluti aktivitas menjelajah gunung dan hutan, setidaknya sejak SMA. Bayu bergabung dengan organisasi pencinta alam Sisgahana yang menempa mental dan fisiknya.
Di klub itu, ia meraih nomor registrasi pokok 001 Cagar Kilat, yang berarti anggota terbaik di antara semua rekan-rekan seangkatannya saat mereka diuji tim senior tentang spesialisasi masing-masing. Gemblengan tersebut membentuk kepribadiannya saat ini yang tahan banting. Ditambah, ia merasakan asam garam dunia selam, termasuk menimba pengalaman di Bali lebih kurang 20 tahun lalu yang membuatnya menjadi penyelam tangguh.
Terlepas dari tugasnya yang menuntut keseriusan, Bayu sebenarnya sangat ceria dan gemar bersenda gurau. Ia kerap melawak saat bercengkerama bersama kawan-kawannya. Kelakar Bayu yang paling khas, selalu menjawab ”ada” jika temannya bertanya.
”Ada yang sepedaan hari ini di car free day?” tanya salah satu kawannya suatu waktu.
”Adaaaaa,” jawab Bayu.
”Siapa?” tanya kawannya lagi.
”Enggak tahu, tapi yang sepedaan di car free day pasti ada. Banyak malah” kata Bayu yang bikin temannya keki.