Dua Korban Terakhir Ditemukan, Operasi SAR Longsor di Sumedang Ditutup
›
Dua Korban Terakhir Ditemukan,...
Iklan
Dua Korban Terakhir Ditemukan, Operasi SAR Longsor di Sumedang Ditutup
Dua korban terakhir longsor di Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, ditemukan meninggal, Senin (18/1/2021) malam. Total 40 orang tewas akibat longsor yang terjadi pada Sabtu (9/1) itu. Operasi SAR pun ditutup.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
SUMEDANG, KOMPAS — Dua korban terakhir longsor di Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, ditemukan meninggal, Senin (18/1/2021) pukul 19.59 dan 21.13. Total 40 orang tewas akibat longsor yang terjadi pada Sabtu (9/1/2021) itu. Operasi SAR pun ditutup.
Kedua korban masih diidentifikasi oleh tim Disaster Victim Identification (DVI) Kepolisian Daerah Jabar di Puskesmas Sawahdadap, Cimanggung. Enam korban tewas lainnya juga ditemukan, Senin.
Keenam korban itu adalah Abraham Sihombing (8), Roida Manaor Tampubolon (60), Daniel Alvaro Pasaribu (5), Boston Fanbel Pasaribu (1), Melati Natasya Sihombing (12), dan Rosa Arga Pasaribu (12). Mereka ditemukan di sekitar lokasi longsoran pertama.
”Keberhasilan ini berkat sinergi dan kerja sama tim di lapangan yang baik antara unsur SAR sehingga seluruh korban bisa ditemukan,” ujar Kepala Basarnas Bandung Deden Ridwansah.
Cuaca cerah dimaksimalkan petugas untuk mencari korban sejak Senin pagi. Sebelumnya, proses pencarian sering terkendala hujan lebat.
Evakuasi korban longsor di Cimanggung berlangsung sepuluh hari sejak longsor menerjang Dusun Bojong Kondang, Desa Cihanjuang, pada Sabtu (9/11/2021). Pencarian korban melibatkan tim SAR gabungan dari berbagai instansi, antara lain Basarnas Bandung, TNI, Polri, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB); Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG); Palang Merah Indonesia (PMI) Jabar; Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; Pemerintah Kabupaten Sumedang; dan berbagai kelompok sukarelawan.
”Pencarian hari kesepuluh difokuskan di sektor dua atau rumah terdampak longsoran pertama. Hal ini berdasarkan keterangan dari keluarga korban yang mengetahui letak rumah dan posisi korban ketika terjadi longsor,” ujarnya.
Longsor di Cihanjuang terjadi dua kali, Sabtu pukul 15.30 dan pukul 19.30. Akibatnya, lebih dari 30 rumah tertimbun material longsor.
Lokasi longsor berada pada tebing curam setinggi sekitar 20 meter. Di bawah tebing tersebut terdapat permukiman warga.
Meskipun semua korban telah ditemukan, warga perlu mewaspadai longsor susulan. Sebab, masih terdapat retakan di tebing sehingga rawan longsor jika terus-menerus diguyur hujan lebat.
Waspada longsor susulan
Meskipun semua korban telah ditemukan, warga perlu mewaspadai longsor susulan. Sebab, masih terdapat retakan di tebing sehingga rawan longsor jika terus-menerus diguyur hujan lebat.
”Musim hujan di Sumedang dan sekitarnya diprediksi hingga Mei sehingga longsor masih mengancam,” ujar Kepala Bidang Mitigasi Gerakan Tanah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Agus Budianto.
Menurut Agus, longsor seperti di Cimanggung berpotensi terjadi di daerah lain di Jabar selama musim hujan. Dia berharap, masyarakat di perbukitan lebih waspada dan mengenali karakteristik kawasan rawan longsor, seperti tanah cenderung berwarna cokelat, memiliki jalur air, dan tidak ditimbuh pohon berakar kuat.
Di Cimanggung dan sekitarnya terdapat banyak permukiman di perbukitan. Lahannya terjal dan minim pohon tegakan. Evaluasi perizinan diperlukan agar bencana serupa tidak terulang.
Pemerintah Kabupaten Sumedang berencana merelokasi warga terdampak longsor. Namun, Sekretaris Daerah Sumedang Herman Suryatman belum dapat memastikan waktu relokasi itu. ”Kami masih mencari lokasinya,” ujarnya.