Ketegangan di Washington DC jelang pelantikan Biden kian terasa. Pengamanan ekstraketat tak cukup memberi rasa aman. Pentagon merilis, ada anggota aktif dan veteran militer yang terlibat dalam penyerbuan Gedung Capitol.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
WASHINGTON, SELASA — Dua hari jelang pelantikan presiden terpilih Amerika Serikat, Joe Biden, di Gedung Capitol, Rabu (20/1/2021), suasana tegang menyelimuti ibu kota Washington DC. Pengamanan yang dilakukan lebih dari 20.000 anggota pasukan Garda Nasional, ditambah dengan 2.300-an anggota dan staf Kepolisian Capitol, belum cukup memberikan warga rasa aman dan nyaman.
Pada saat yang sama, Angkatan Bersenjata Amerika Serikat dibantu Biro Investigasi Federal AS (FBI) tengah memeriksa secara menyeluruh anggota pasukan Garda Nasional yang diterjunkan untuk mengamankan pelantikan. Muncul kekhawatiran soal dugaan keterkaitan anggota pasukan pengamanan dengan kelompok-kelompok ekstremis, yang terungkap dalam insiden pendudukan massa pendukung Presiden Donald Trump di Gedung Capitol, 6 Januari lalu.
Dalam situasi ketegangan yang ada, penduduk Washington pun meningkatkan kewaspadaan jelang hari pelantikan. Pengamanan yang berlapis membuat sebagian besar wilayah kota menjadi sangat sunyi, terutama di sebagian besar area di sekitar Capitol, Gedung Putih, dan National Mall. Gedung obyek vital dan area publik itu ditutup dari semua orang kecuali personel yang berwenang.
Bagi Katie Henke (40), warga yang tinggal di barat daya Washington, suasana kota tempat tinggalnya itu pada hari-hari terakhir ini membuatnya merasa gelisah. Dia sendiri cukup khawatir dengan kondisi itu. Dia mengaku telah mengemas sebuah tas ransel yang berisi pakaian serta keperluan pribadi lainnya. Tas itu sewaktu-waktu siap disandangnya jika seandainya Henke merasa harus meninggalkan lingkungan tempat tinggalnya.
”Ini benar-benar menakutkan. Antara pandemi dan Trump, saya merasa negara kita berada pada titik lemah dan rentan. Dan, kami tahu ada kekuatan di dalam dan di luar negeri yang melihat kerentanan itu sebagai peluang untuk melakukan sesuatu,” tutur Henke.
Kekhawatiran tentang kemungkinan terjadinya sesuatu hal menjelang dan sepanjang proses pelantikan presiden AS juga membuat Wali Kota Washington Muriel Bowser meminta penduduk untuk tetap tinggal di rumah atau menjauh dari pusat kota pada hari pelantikan.
Dinas Rahasia AS memperketat keamanan di dalam dan di sekitar Capitol seminggu lebih awal dalam persiapan. Pusat kota Washington pada dasarnya diisolasi dengan pemblokadean jalan-jalan, pemasangan pagar-pagar yang tinggi, dan pengerahan puluhan ribu aparat keamanan di sekitar area tersebut.
David Hill, Manajer Hotel Phoenix Park, yang lokasinya sangat dekat dengan Gedung Capitol, menuturkan, biasanya kamar hotelnya sudah penuh dipesan beberapa bulan sebelum pelantikan. Para tamu yang datang dan menginap di hotel itu ingin menyaksikan sejarah serta bersedia membayar tarif yang lebih tinggi dan minimal menginap selama empat malam.
Kali ini, lanjut Hill, pemesanan baru di hotelnya meningkat dalam sepekan terakhir. Kebanyakan pemesannya adalah para jurnalis, anggota Garda Nasional, dan pejabat keamanan lainnya yang dikirim ke Washington. Ia menambahkan, kamar hotelnya kini hampir penuh.
Wartawan diimbau waspada
Federasi Jurnalis Jerman memperingatkan koresponden asing yang meliput acara tersebut untuk mengambil tindakan pencegahan dan ”sangat berhati-hati dan waspada pada hari Rabu” setelah wartawan diserang selama kerusuhan di Capitol. ”Mengerikan bahwa seruan seperti itu bahkan diperlukan di AS, yang pernah menjadi model demokrasi,” kata Frank Ueberall, ketua federasi.
Kegelisahan warga soal keamanan semakin menjadi ketika kompleks Capitol ditutup sementara setelah sebuah insiden kebakaran sempat menghentikan sementara gladi resik pelantikan. Sebuah kebakaran di perkemahan tunawisma, yang berjarak sekitar 1 mil dari Capitol, menghentikan semua kegiatan di kota tersebut.
Petugas keamanan dan panitia yang terlibat dalam gladi bersih itu meminta perhatian para peserta saat kebakaran itu terjadi. ”Ini bukan latihan,” kata seorang petugas keamanan.
Petugas pemadam kebakaran datang ke lokasi kebakaran sebelum pukul 10.15. Lokasi kebakaran dihuni seorang perempuan tuna wisma yang memiliki kompor pemanas portabel dan sebuah tangki bensin yang mudah terbakar. Juru bicara pemadam kebakaran, Vito Maggiolo, mengatakan, perempuan penghuni lokasi itu terluka, tetapi menolak perawatan medis. Petugas juga berhasil memadamkan api sebelum menjalar lebih luas lagi.
Meski ketegangan meningkat, Wakil presiden AS terpilih, Kamala Harris, menyatakan, dia menantikan hari pelantikan itu. ”Saya akan berjalan ke sana, ke momen itu, dengan bangga, dengan kepala terangkat, dan bahu saya ke belakang,” kata Harris, di sela-sela kegiatan di sebuah bank makanan.
Keterlibatan aparat
Dugaan adanya anggota otoritas keamanan, baik polisi maupun militer, yang terlibat dalam penyerbuan dan pendudukan Gedung Capitol terbukti dari hasil penyelidikan Pentagon. Harian The New York Times melaporkan, Pentagon menemukan keterlibatan sedikitnya enam anggota militer, baik aktif maupun pensiunan, dalam peristiwa itu. Penyelidikan lebih lanjut terus dilakukan.
Sejauh ini, sebanyak enam orang yang terlibat di antaranya adalah pensiunan anggota Angkatan Udara AS yang berasal dari Texas, anggota Angkatan Darat dari Carolina Utara, anggota pasukan cadangan dari New Jersey, serta anggota tim psikologi pasukan khusus AS.
”Mereka bukan bagian dari militer negara ini,” kata Komandan Kepala Staf Gabungan Jenderal Mark A Milley.
Dia menambahkan, mayoritas anggota militer aktif dan para pensiunan militer tetap akan menjaga kehormatan serta sumpah prajurit mereka, termasuk melindungi konstitusi AS.
Milley mengakui, hasil analisis atas sejumlah laporan dan video menemukan adanya indikasi para veteran militer AS memiliki hubungan dengan kejadian di Gedung Capitol. Termasuk di antaranya adalah salah satu tersangka kerusuhan memiliki akses ke pusat persenjataan Angkatan Laut AS.
Pejabat Departemen Pertahanan AS menyatakan, mereka akan memonitor akun-akun media sosial milik anggota mereka untuk mencari indikasi kemungkinan keterlibatan dengan kelompok antipemerintah atau kelompok ekstremis lainnya. (AP)