Banjir bandang yang menerjang kawasan Gunung Mas, Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (19/1/2021), berpotensi berulang. Curah hujan tinggi dapat memicu longsor dan banjir bandang susulan.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Banjir bandang yang menerjang kawasan Gunung Mas, Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (19/1/2021), berpotensi berulang. Curah hujan tinggi dapat memicu longsor dan banjir bandang susulan. Penataan kawasan di sana perlu mempertimbangkan ancaman bencana tersebut.
Banjir bandang melanda kawasan Gunung Mas, Kampung Rawa Dulang, Desa Tugu Selatan, Cisarua, Selasa. Sedikitnya 134 keluarga dengan 474 jiwa terdampak bencana itu.
Kepala Bidang Mitigasi Gerakan Tanah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Agus Budianto mengatakan, lokasi banjir bandang berada di mulut lembah. Kondisi geologinya didominasi material vulkanik dengan pelapukan yang tebal.
Kawasan ini berpotensi tinggi terjadi gerakan tanah atau longsor dan banjir bandang saat musim hujan. ”Ancamannya permanen. Artinya, kejadian seperti sekarang berpotensi berulang selama musim hujan belum berakhir sampai Mei 2021,” ujarnya di Bandung, Rabu (20/1/2021).
Oleh sebab itu, pemanfaatan lahan di sana perlu ditata ulang. Hal ini untuk menyesuaikan dengan kondisi geologi dan alur sungai sehingga risiko bencana bisa diminimalkan.
”Adaptasi sangat perlu. Membangun memang oke, tetapi kontrol geologinya juga sangat penting,” ucapnya.
Agus mengatakan, timnya segera menuju lokasi bencana untuk mengkaji lebih jauh penyebabnya. Masyarakat diminta mewaspadai banjir bandang susulan, terutama saat hujan di hulu.
Pemanfaatan lahan di sana perlu ditata ulang. Hal ini untuk menyesuaikan dengan kondisi geologi dan alur sungai sehingga risiko bencana bisa diminimalkan.
Banjir bandang diduga dipicu longsor di aliran Sungai Cisampay. Material longsor membentuk bendungan alami dan jebol saat debit air sungai meningkat akibat hujan lebat.
Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Bogor, curah hujan di Cisarua, Selasa, mencapai 112 milimeter atau kategori sangat lebat. Pantauan citra radar dan satelit menunjukkan pergerakan awan hujan yang signifikan ke lokasi bencana.
Hujan memicu meluapnya aliran Sungai Cisampay dan menyebabkan banjir bandang. Pertumbuhan awan hujan dipicu labilnya kondisi atmosfer dan diperkuat adanya daerah belokan angin dan pertemuan angin yang melewati wilayah Jabar.
Kepala Badan Geologi Eko Budi Lelono mengatakan, pihaknya telah membuat peta rawan bencana longsor dan banjir bandang yang diperbarui setiap bulan. Peta itu disampaikan kepada pemerintah daerah (pemda) agar mengetahui potensi bencana di wilayahnya masing-masing.
”Agar mengetahui area mana saja yang berpotensi longsor dan banjir bandang tingkat tinggi, menengah, ataupun rendah. Baiknya peta ini dijadikan acuan pemda untuk mengantisipasi bencana,” ujarnya.
Didominasi wilayah pegunungan, banyak kawasan di Jabar bagian tengah hingga selatan rawan longsor. Kerawanan itu meningkat saat musim hujan.
Longsor dan banjir bandang di provinsi ini berulang kali terjadi. Pada Sabtu (9/1/2021), longsor menerjang Dusun Bojong Kondang, Cimanggung, Kabupaten Sumedang. Akibatnya, 40 orang tewas dan ratusan warga mengungsi.
Banjir bandang melanda Cicurug, Kabupaten Sukabumi, September 2020. Sebanyak 12 rumah hanyut dan 85 rumah terendam banjir. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini.
Sementara pada akhir 2018, lebih dari 30 orang tewas tertimbun longsor di Kampung Garehong, Desa Sirnaresmi, Kabupaten Sukabumi. Daerah itu berada di perbukitan curam yang minim pohon tegakan.