Pol Espargaro memenuhi mimpinya bergabung dengan tim tersukses di MotoGP. Namun, memiliki motor terbaik dan dukungan tim terkuat bukan jaminan untuk sukses. Espargaro pun menjadikan musim 2021 untuk menguji dirinya.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·5 menit baca
ASAKA, SELASA — Pol Espargaro merasa waktunya semakin sempit untuk memburu gelar juara MotoGP yang dia geluti sejak 2014 ini. Pebalap Spanyol itu merasa tidak memiliki motor yang mampu bersaing untuk menjadi kampiun setelah tiga tahun bersama Yamaha Tech3, dan empat musim terakhir di tim pabrikan KTM. Namun, saat dia menginjak usia 29 tahun, justru datang peluang yang dia nantikan sejak lama, yaitu menjadi pebalap tim pabrikan Honda, tim tersukses di MotoGP.
Espargaro tak kuasa menolak tawaran itu karena dia akan memiliki motor paling kompetitif yang merajai era MotoGP dengan 10 gelar juara sejak 2002. Dia merasa RC213V sesuai dengan gaya membalapnya yang agresif dengan ciri utama late braking, atau pengereman sedekat mungkin dengan titik masuk tikungan. Motor andalan Honda itu telah menghasilkan enam gelar juara dunia bersama Marc Marquez, yang sejak 19 Juli 2020 menderita cedera humerus kanan dan belum bisa dipastikan kapan bisa kembali balapan.
Menjadi pebalap tim pabrikan Honda mengobarkan semangat Espargaro untuk mewujudkan mimpinya sebagai juara dunia MotoGP. ”Mengenakan warna (tim) ini adalah sesuatu yang luar biasa. Saya telah bertahun-tahun melihat para pebalap terbaik di dunia memenangi gelar dan balapan dengan warna ini. Warna ini bermakna kejayaan bagi saya. Ini berarti Anda memiliki segalanya dalam tangan Anda. Mereka berarti berada di tempat setiap pebalap ingin sukses dan di mana semua pebalap ingin berada,” ujar Espargaro di laman resmi Honda Racing Corporation, Selasa (19/1/2021).
”Ketika saya membalap di 125 cc, Moto2, bahkan MotoGP, tim ini pada dasarnya berada di podium pada setiap balapan. Melihat warna ini di samping nomor Anda sungguh menakjubkan. Ini sesuatu yang sangat istimewa,” lanjut Espargaro.
Espargaro musim lalu menjalani musim terbaiknya di MotoGP dengan meraih lima podium, semuanya posisi ketiga, bersama KTM. Dia pun mengakhiri musim 2020 di posisi kelima, dan ingin jauh lebih baik pada tahun ini bersama Repsol Honda. Musim mendatang adalah ujian sesungguhnya bagi dirinya apakah dia bisa menorehkan tinta emas di ajang MotoGP.
”Sejak semula, saya sudah sangat jelas ingin ke mana, tempat seharusnya saya berada, dan di mana saya ingin melihat diri saya, untuk menguji diri saya, dan melihat apa yang mampu saya lakukan. Cara terbaik melakukan itu adalah berada di tim terbaik di dunia, dengan motor terbaik di dunia, dan di samping pebalap terbaik di dunia. Saya pikir saya datang ke tim Repsol Honda pada waktu terbaik dalam karier saya. Berada di tempat yang Anda inginkan, pada saat yang tepat, berarti memenuhi sebuah mimpi, dan untuk itu tanpa ragu saya memenuhi mimpi saya saat ini,” tutur Espargaro.
Saya telah bertahun-tahun melihat para pebalap terbaik di dunia memenangi gelar dan balapan dengan warna ini. Warna ini bermakna kejayaan bagi saya. Ini berarti Anda memiliki segalanya dalam tangan Anda.
Ujian pertama yang akan dihadapi oleh Espargaro adalah adaptasi dengan RC213V yang terkenal sulit dikendalikan. Bahkan, motor 2020 dengan tenaga yang lebih besar dibandingkan motor 2019 memiliki masalah dengan front end sehingga sulit dikendalikan saat menikung. Titik lemah RC213V itu, dinilai oleh mantan pebalap MotoGP, Carlos Checa, akan menyulitkan Espargaro. Karakter membalap Espargaro dengan late braking di tikungan dinilai akan memperparah masalah pengendalian.
Espargaro akan mencoba RC213V di Sirkuit Losail, Qatar, dalam dua hari tes tambahan, 6-7 Maret. Para pebalap MotoGP kemudian akan menjalani tes utama pada 10-12 Maret. Balapan pertama musim 2021 dijadwalkan di sirkuit yang sama pada 28 Maret.
”Saya telah melihat motor ini beberapa kali lewat foto-foto dan sejumlah video, dan saya melihat ini motor yang secara fisik lebih kecil. Motor yang lebih pendek seperti ini membuat Anda bisa mengendalikan motor seperti yang Anda inginkan, cenderung untuk bergerak sedikit banyak, tetapi ini jenis motor yang saya sukai untuk dikendarai,” ujar Espargaro.
”Anda memiliki masukan besar pada motor, Andalah orang yang memberi tahu motor apa yang harus dilakukan. Kadang, Anda perlu memaksa motor melakukan satu atau dua hal yang tidak ingin dilakukan oleh motor, tetapi ini cara saya berkendara. Saya senang mengerem telat, dan saya telah melihat setiap pebalap yang berada di Repsol Honda melakukan pengereman terlambat dan secara sangat agresif, itu sangat menguntungkan saya karena gaya membalap saya,” tegas Espargaro.
Apa yang ada dalam benak Espargaro itu akan terjawab saat tes di Qatar. Jika dia bisa mengendalikan RC213V, yang secara prinsip adalah motor musim 2020 dengan sedikit perbaikan, peluangnya rutin naik podium akan lebih besar. Namun, sejarah menunjukkan bahwa pebalap Honda minimal membutuhkan semusim untuk beradaptasi. Hal itu juga dialami oleh Alex Marquez, rookie musim 2020, yang baru bisa lebih cepat memacu RC213V setelah tes di Misano.
Tantangan itu tidak mengendurkan optimisme Espargaro yang ingin menjadi langganan peraih podium. ”Target utama musim ini tidak bisa selain berada di podium atau berusaha memenangi balapan, atau bahkan gelar juara dunia. Kami perlu memperbaiki hasil kami tahun lalu, saya memiliki tahun yang bagus, tetapi itu bisa lebih baik, dan saya akan berusaha sekeras mungkin untuk itu,” tegas Espargaro.
”Tahun pertama tidak akan mudah, tetapi saya tidak datang ke tim Repsol Honda untuk bersaing masuk enam besar kejuaraan. Saya datang ke sini untuk meraih target tertinggi dalam karier saya, yaitu menjadi juara dunia MotoGP suatu saat. Yang pasti memenangi balapan-balapan dan target ini bisa diraih di sini di Repsol Honda,” tegas adik pebalap Aprilia Aleix Espargaro itu.