Kremlin menolak seruan negara-negara Uni Eropa dan Amerika Serikat untuk membebaskan tokoh oposisi Alexei Navalny karena merupakan urusan internal.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
MOSKWA, RABU — Pemerintah Rusia menepis seruan Amerika Serikat dan sejumlah negara Barat untuk membebaskan tokoh oposisi Alexei Navalny. Moskwa menyebut kasus Navalny adalah urusan internal. Namun, sejumlah negara Uni Eropa bersiap menjatuhkan lebih banyak sanksi kepada Rusia.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, kepada sejumlah jurnalis, Selasa (19/1/2021) siang waktu setempat, mengatakan, Pemerintah Rusia tidak bisa dan tidak akan mempertimbangkan desakan-desakan yang muncul.
”Kami berbicara tentang fakta ketidakpatuhan terhadap hukum Rusia oleh warga negara Rusia. Hal ini benar-benar masalah internal dan kami tidak mengizinkan siapa pun untuk ikut campur di dalamnya. Kami juga tidak bermaksud untuk mendengarkan pernyataan seperti itu,” kata Peskov.
Tokoh oposisi Rusia, Alexei Navalny (44), ditahan di Bandara Sheremetyevo, Minggu (17/1/2021) malam, setelah tiba dari Berlin, Jerman, tempat dia dirawat selama hampir empat bulan akibat keracunan pada Agustus lalu.
Pada Senin (18/1/2021), Navalny diperintahkan untuk menjalani penahanan pra-sidang selama 30 hari yang dibuat tergesa-gesa dan dipaksakan di sebuah kantor polisi tempatnya ditahan.
Dinas Pemasyarakatan Federal Rusia (FSIN) dalam pernyataannya menyebutkan, Navalny, tokoh oposisi terkemuda dan juru kampanye gerakan anti-korupsi, telah melanggar hukuman percobaan atas putusan pengadilan yang sudah ditangguhkan pelaksanaannya. Navalny diputus hukuman 3,5 tahun penjara karena dinilai terbukti bersalah dalam kasus tindak pidana pencucian uang.
Selain itu, Navalny didakwa menghina para veteran Perang Dunia II Rusia. Sidang permulaan atas dakwaan itu akan berlangsung pada Rabu (20/1/2021) dan ancaman hukuman penjara atas dugaan itu adalah ancaman bui hingga lima tahun.
Navalny menolak tudingan atau dakwan dan menyatakan hukuman itu adalah bagian dari tindakan politis Kremlin yang ingin membungkam suaranya. Navalny menilai tindakan terhadapnya sebagai tanda ketakutan Putin.
Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa juga menganggap proses peradilan Navalny sebagai kesewenang-wenangan Kremlin.
Peskov menepis anggapan bahwa Putin takut kepada Navalny sebagai omong kosong dan bersikeras bahwa dia telah melanggar hukum. Juru bicara itu mengatakan, pertanyaan yang diajukan penegak hukum untuk Navalny ”tidak ada hubungannya dengan Presiden Rusia”.
Navalny mengalami koma saat berada dalam penerbangan domestik dari Siberia ke Moskwa pada 20 Agustus dan diterbangkan ke rumah sakit Berlin dua hari kemudian. Laboratorium di Jerman, Perancis, dan Swedia, dan tes independen yang dilakukan oleh Organisasi untuk Larangan Senjata Kimia menyebutkan bahwa Navalny diracuni dengan racun saraf Novichok, yang dikembangkan dan pernah digunakan militer Uni Soviet pada era 1970-an hingga 1980-an.
Pihak berwenang Rusia bersikeras bahwa para dokter yang merawat Navalny di Siberia tidak menemukan jejak racun dan menolak membuka penyelidikan kriminal lengkap. Pemerintah Jerman, sebelum kepulangan Navalny, juga telah mengirimkan laporan lengkap tentang pemeriksaan kandungan racun di tubuh Navalny berdasarkan sampel yang dibawa tim dari Siberia. Jerman berharap Kremlin menindaklanjuti temuan itu.
Bulan lalu, Navalny merilis rekaman panggilan telepon yang dia lakukan kepada seorang pria yang dia duga sebagai anggota sekelompok petugas Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB), yang konon meracuninya pada bulan Agustus dan kemudian mencoba menutupinya. Sementara itu, pihak FSB menganggap rekaman itu palsu.
Stasiun televisi CNN, bersama lembaga investigasi Bellingcat, melakukan investigasi terhadap peristiwa peracunan Navalny. Mereka menemukan bahwa agen intelijen Rusia mengikuti pergerakan Navalny selama tiga tahun terakhir, termasuk saat Navalny terkapar karena diracun di pesawat.
Setelah Navalny dipenjara pada hari Senin, sekutunya mengumumkan persiapan untuk protes nasional pada hari Sabtu dan merilis video Navalny yang mendesak orang-orang untuk tidak ”takut” dan ”turun ke jalan”.
Peskov mengatakan bahwa meski seruan untuk turun ke jalan ”mengkhawatirkan”, Kremlin tidak takut kepada protes massal. (AP/REUTERS)