Pemulihan Ekonomi Global Dorong Optimisme Pasar Keuangan
›
Pemulihan Ekonomi Global...
Iklan
Pemulihan Ekonomi Global Dorong Optimisme Pasar Keuangan
Investor di Asia merespons positif persiapan pelantikan presiden terpilih AS, Joe Biden, dan wakilnya, Kamala Harris. Vaksinasi Covid-19 juga diharapkan pasar dapat menekan kasus dalam jangka menengah panjang.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
TOKYO, SELASA — Optimisme pemulihan ekonomi global dan peluncuran program vaksinasi mengalahkan kekhawatiran yang sedang berlangsung terkait lonjakan kasus Covid-19. Para pelaku pasar juga berharap banyak dengan pernyataan Janet Yellen sebagai Menteri Keuangan Amerika Serikat di depan Senat sekaligus lancarnya pelantikan presiden terpilih AS, Joe Biden tengah pekan ini. Hal itu tecermin dari kenaikan sejumlah pasar saham pada Selasa (19/1/2021).
Pasar saham Wall Street di AS ditutup pada perdagangan Senin (18//1) karena bertepatan dengan hari libur di negara itu. Namun, investor dan pelaku pasar di regional Asia merespons positif proses persiapan pelantikan Biden dan wakilnya, Kamala Harris. Kasus Covid-19 global yang mencapai 95 juta kasus pada awal pekan ini sempat dikhawatirkan menggelayuti animo pasar saham. Namun, berita vaksinasi diharapkan pasar dapat menekan kasus dalam jangka menengah dan Covid-19 tidak mengganggu pemulihan ekonomi.
Indeks saham di Hong Kong sempat melaju hingga 3 persen pada perdagangan Selasa, melanjutkan kenaikan 1 persen sehari sebelumnya. Kenaikan itu tidak pernah terjadi sebelumnya sejak Mei 2019, terdorong oleh arus masuk dana tunai dari daratan China. Indeks saham di Seoul juga naik 2 persen, seiring dengan kenaikan lebih dari 1 persen di pasar saham Tokyo, Sydney, Mumbai, Taipei, dan Bangkok. Indeks saham turun terjadi di pasar saham Shanghai, Manila, dan Bursa Efek Indonesia.
Di tengah persiapan pelantikan Biden, para pelaku pasar juga menantikan pertemuan Yellen dengan Senat AS. Mantan Gubernur The Federal Reserve (The Fed) itu diharapkan memberi tahu anggota parlemen bahwa ekonomi AS dapat menderita jika mereka tidak menyetujui rencana stimulus raksasa yang diusulkan Biden. ”Para ekonom tidak selalu setuju, tetapi saya pikir ada konsensus sekarang: tanpa tindakan lebih lanjut, kita berisiko mengalami resesi yang lebih lama dan lebih menyakitkan sekarang, serta kerusakan ekonomi jangka panjang nanti,” kata Yellen seperti dikutip Wall Street Journal.
Yellen menyatakan, selama beberapa bulan ke depan, AS akan membutuhkan lebih banyak dana stimulus. Hal itu terutama dibutuhkan untuk mendistribusikan vaksin dan membuka kembali sekolah. Selain itu, dana juga dibutuhkan segera guna membantu negara bagian di AS memastikan petugas pemadam kebakaran dan guru tetap bekerja. Namun, ada kekhawatiran bahwa paket bantuan senilai 1,9 triliun dollar AS dari Biden—meskipun disambut baik oleh pasar—dapat menghadapi tentangan keras dari para anggota Senat konservatif dari sisi fiskal.
Namun, ada kekhawatiran bahwa paket bantuan senilai 1,9 triliun dollar AS dari Biden—meskipun disambut baik oleh pasar— dapat menghadapi tentangan keras dari para anggota Senat konservatif dari sisi fiskal.
Investor juga khawatir bahwa paket pengeluaran besar-besaran ketiga dalam waktu kurang dari setahun itu akan menyebabkan pajak yang lebih tinggi. Namun, ahli strategi Axi Stephen Innes mengatakan, dukungan keuangan yang besar dari The Fed, pengeluaran pemerintah dan peluncuran vaksin menjanjikan hari-hari yang cerah ke depan. ”Sulit untuk tidak menyukai suara fokus menyeluruh pemerintahan Biden pada kesehatan masyarakat dan tanggapan ekonomi terhadap pandemi Covid-19. Bagian penting itu akan melibatkan distribusi vaksin kepada ratusan juta selama tahun pertama pemerintahannya,” kata Innes.
Risiko jangka panjang
Forum Ekonomi Dunia (WEF) dalam laporan ekonomi terbarunya bertajuk ”Global Risks Report 2021” memperingatkan efek risiko jangka panjang bagi perekonomian global akibat pandemi seperti Covid-19 saat-saat ini. Pandemi Covid-19 meningkatkan disparitas dan fragmentasi sosial, dalam 3-5 tahun ke depan akan mengancam perekonomian, dan dalam 5-10 tahun ke depan akan melemahkan stabilitas geopolitik. Selanjutnya masalah lingkungan dan dampaknya diperkirakan akan menggelayuti dunia pada dekade berikutnya.
Menurut laporan yang dirilis Selasa itu, kelindan Covid-19 dan akibatnya dapat menghambat kerja sama global yang diperlukan untuk mengatasi tantangan jangka panjang seperti degradasi lingkungan. Pandemi Covid-19 tidak hanya merenggut jutaan nyawa, tetapi juga memperlebar kesenjangan kesehatan, ekonomi, dan digital yang sudah berlangsung lama. Miliaran warga minoritas secara ekonomi dikhawatirkan berisiko kehilangan momentum sekaligus kesempatan untuk hidup lebih baik.
Dalam hal akses teknologi dan keterampilan digital, kesenjangan antara kaum berpunya dan yang kurang berisiko melebar dan negatif bagi kohesi sosial. Hal ini terutama akan memengaruhi kaum muda di seluruh dunia. Sebab, kelompok ini menghadapi krisis global kedua dalam satu generasi dan dapat kehilangan peluang sama sekali dalam dekade berikutnya.
Tekanan keuangan, digital, dan reputasi akibat pandemi juga mengancam meninggalkan banyak perusahaan dan tenaga kerjanya di pasar masa depan. Prospek geopolitik yang semakin tegang dan rapuh juga akan dinilai rawan menghambat pemulihan global. ”Ketika pemerintah, bisnis, dan masyarakat mulai keluar dari pandemi, mereka harus segera membentuk sistem ekonomi dan sosial baru yang meningkatkan ketahanan dan kapasitas kolektif kita untuk menanggapi guncangan sekaligus mengurangi ketidaksetaraan, meningkatkan kesehatan, dan melindungi planet ini, ” kata Saadia Zahidi, Direktur Pelaksana WEF. (AFP/REUTERS)