Kepala Bareskrim Polri Komisaris Jenderal Listyo Sigit Prabowo akan mengikuti uji kelayakan dan kepatutan di DPR, Rabu pagi ini. Inilah momentum DPR untuk menggali visi-misi mantan ajudan Presiden Joko Widodo.
Oleh
Rini Kustiasih, Norbertus Arya Dwiangga Martiar dan Nikolaus Herbowo
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebagaimana dijadwalkan, Komisaris Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo akan mengikuti uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) di Dewan Perwakilan Rakyat, Rabu (20/1/2021), di Jakarta. Momentum uji kelayakan dan kepatutan kali ini diperkirakan lebih banyak menjadi kesempatan bagi anggota DPR untuk memperdalam visi-misi dan program calon kepala Polri.
Anggota Komisi III DPR dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Mohammad Rano Alfath, Rabu, mengatakan, fraksinya sejak awal mendukung kebijakan pemerintah. Sebagi partai pendukung pemerintah, PKB mendukung calon kepala Polri yang diajukan oleh Presiden Joko Widodo.
”Dari awal, kami mendukung calon kepala Polri yang diajukan Pak Presiden. Apalagi, Pak Sigit ini, kan, dulu bertugas di Banten, dan dalam tugasnya cukup baik. Saya sempat berinteraksi dengan beliau karena daerah pemilihan saya Banten,” katanya.
Sejumlah isu yang berkembang soal Sigit sebelumnya, antara lain, yang terkait dengan latar belakang suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA), menurut Rano, tidak memengaruhi sikap sebagian besar fraksi di DPR.
Dari awal, kami mendukung calon kepala Polri yang diajukan Pak Presiden. Apalagi, Pak Sigit ini, kan, dulu bertugas di Banten, dan dalam tugasnya cukup baik. Saya sempat berinteraksi dengan beliau karena daerah pemilihan saya Banten.
”Ulama-ulama semua mendukung Pak Sigit. Beliau dari masyarakat mendapatkan dukungan. Dan kalau mendengarkan pernyataan dari teman-teman fraksi lainnya, nadanya positif ke beliau. Jadi, fit and proper test ini akan menjadi kesempatan kami mendalami saja apa yang akan beliau lakukan sebagai calon kepala Polri ke depan,” tutur Rano.
Dukungan juga diperlihatkan oleh Fraksi Partai Demokrat yang selama ini menjadi fraksi penyeimbang di parlemen. Anggota Komisi III dari Fraksi Demokrat, Didik Mukrianto, mengatakan, fraksinya menghargai siapa pun calon kepala Polri yang diajukan oleh presiden.
”Insya Allah, melalui uji kelayakan dan kepatutan, potret terkait integritas, kapasitas, kapabilitas, kompetensi, rekam jejak, dan komitmennya terhadap keadilan serta keberpihakannya terhadap kepentingan masyarakat akan bisa kita nilai,” ungkapnya.
Dihubungi secara terpisah, anggota Komisi III DPR dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Arsul Sani, menyampaikan, Komisi III sebelumnya telah memanggil Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) untuk menelusuri rekam jejak dan profil keuangan Sigit.
Dari sisi rekam jejak, lanjut Arsul, Sigit memenuhi syarat untuk menduduki jabatan sebagai kepala Polri. Dari laporan PPATK pun tidak ditemukan profil keuangan Listyo yang mencurigakan.
”Sejauh ini, PPP juga tidak menerima masukan dan keberatan dari elemen masyarakat terhadap calon keapla Polri. Karena itu, tidak ada alasan bagi PPP untuk menolak Komjen Listyo Sigit Prabowo menjadi kepala Polri,” ucap Arsul.
Yang terpenting bagi PPP, menurut Arsul, adalah kepala Polri ke depan harus bisa membawa Polri sebagai penjaga kamtibmas yang andal dan responsif, serta bisa membawa profil Polri sebagai penegak hukum yang tidak saja hanya bertumpu pada kepastian hukum, tetapi juga mengedepankan sisi keadilan dan kemanfaatan hukum.
Arsul tidak mempersoalkan Sigit yang baru sekali menjabat kapolda, yakni Kapolda Banten (2016-2018). Menurut dia, yang utama dari kerja teritorial Polri adalah membangun komunikasi yang baik dengan jajaran internal dan eksternal.
”Nah, selama ini, bagi PPP, kemampuan komunikasi Pak Listyo Sigit Prabowo itu bagus. Dengan kami pun, yang partai Islam, justru lancar,” ucapnya.
Kuasai teritori wilayah Nusantara
Sebagai fraksi partai oposisi pemerintah, anggota Komisi III DPR Fraksi PKS, Nasir Djamil Nasir Djamil, mengaku tak mempersoalkan sosok Sigit. ”Kalau dilihat dari paparan Kompolnas kemarin, rasanya tidak ada keraguan untuk memberikan persetujuan kepada Pak Sigit. Jadi, kami tentu akan memberikan dukungan dan persetujuan kepada beliau,” katanya.
Meskipun demikian, lanjut Nasir, ada hal-hal yang masih perlu diperhatikan. Berbeda pendapat dengan Arsul, menurut Nasir, Sigit perlu lebih memahami lagi situasi teritori kewilayahan Polri di Nusantara. Sebab, Sigit baru sekali menjabat sebagai kapolda.
Ia berharap, meski di masa pandemi, Sigit bisa turun ke seluruh polda dengan tetap menaati protokol kesehatan. Ini bertujuan agar Sigit memahami dan mendengar langsung situasi kewilayahan di setiap polda itu. Apalagi, masa jabatan Sigit sebagai kepala Polri nanti tergolong lama, yakni sekitar 3,5 tahun hingga 4 tahun.
”Itu artinya bahwa beliau harus memastikan, itu harus ditutupi dengan komunikasi dan koordinasi yang intensif dengan polda-polda. Beliau penting mengevaluasi kewilayahan-kewilayahan itu. Jadi harus solid dengan seluruh wilayah dalam hal ini polda-polda dengan cara mengintensifkan komunikasi dan koordinasi,” ucap Nasir.
Sementara kita, kalangan masyarakat sipil, juga memberikan harapan kepada Sigit. Direktur eksekutif Institute for Criminal Justice Reform (ICJR) Erasmus Napitupulu mengatakan, ada beberapa catatan penting yang harus dihadapi oleh kepala Polri terpilih nantinya. Tantangan itu, antara lain, meningkatkan akuntabilitas, reformasi institusi, pencegahan tindak kekerasan yang eksesif, memberikan perhatian kepada penanganan kasus kekerasan seksual, dan mendorong pendekatan keadilan restoratif.
Satu kata dengan perbuatan
Untuk itu, Kapolri baru harus segera menghilangkan semua ketentuan yang diskriminatif di tubuh Polri, misalnya ketentuan non-Akpol dilarang mengikuti Sespimen, perwira LAN 1 tidak boleh menjadi kapolda, tidak adanya kapolda perempuan, dan sebagainya.
Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane mengatakan, kepala Polri baru pengganti Idham Azis diharapkan bisa senantiasa bersikap satu kata dengan perbuatan sehingga bisa menjadi teladan bagi 400.000 anggota kepolisian.
IPW melihat tantangan yang dihadapi Polri ke depan cukup berat mengingat dampak pandemi Covid-19 sudah menimbulkan banyak persoalan baru, baik di bidang sosial, ekonomi, budaya, maupun politik. Sementara Polri sendiri harus menghadapi berbagai persoalan internal yang tak kalah berat. Misalnya adanya sejumlah ketentuan yang diskriminatif.
”Untuk itu, kepala Polri baru harus segera menghilangkan semua ketentuan yang diskriminatif di tubuh Polri, misalnya ketentuan non-Akpol dilarang mengikuti Sespimen, perwira LAN 1 tidak boleh menjadi kapolda, tidak adanya kapolda perempuan, dan sebagainya,” kata Neta.
Selain itu, kepala Polri baru perlu konsisten dalam menegakkan sikap Promoter Polri dan konsisten menerapkan kontrol terhadap bawahan langsung oleh setiap atasan sehingga semua jajaran kepolisian terkendali kinerja, mentalitas, maupun moralitasnya.
Dihubungi secara terpisah terkait dengan seleksi yang akan dihadapinya di DPR, Sigit menjawab singkat melalui telepon seluler. Sigit menyampaikan, dirinya masih ingin fokus terlebih dahulu untuk persiapan uji kelayakan dan kepatutan, yang akan digelar pada hari ini.
”Mohon doanya agar bisa melaksanakan rangkaian fit and proper test dengan baik,” katanya.