Bantuan di Mamuju Disalurkan melalui Desa agar Merata
›
Bantuan di Mamuju Disalurkan...
Iklan
Bantuan di Mamuju Disalurkan melalui Desa agar Merata
Penyaluran bantuan untuk pengungsi gempa di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, dilakukan melalui desa atau kelurahan. Mekanisme itu untuk memastikan semua pengungsi mendapatkan bantuan.
Oleh
VIDELIS JEMALI
·3 menit baca
MAMUJU, KOMPAS — Penyaluran bantuan untuk pengungsi gempa di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, dilakukan melalui desa atau kelurahan. Mekanisme itu untuk memastikan semua pengungsi mendapatkan bantuan karena desa atau kelurahan memiliki data jelas penduduk.
Mekanisme penyaluran bantuan sebelumnya dilakukan dengan distribusi langsung dari posko induk di Rumah Jabatan Wakil Bupati Mamuju. Perwakilan penyintas datang ke posko dengan membawa daftar keluarga yang mengungsi di posko atau sekitar poskonya. Cara itu menimbulkan kerumunan dan sempat terjadi perebutan bantuan pada Rabu (20/1/2021).
Bahkan, sering kali pengungsi yang datang dari desa tidak mendapatkan bantuan. Padahal, mereka membawa daftar jumlah keluarga dan jiwa yang berada di posko atau sekitar poskonya untuk mendapatkan bantuan. Bantuan yang disalurkan tersebut berupa kebutuhan pokok, seperti beras, air minum, dan perlengkapan atau kebutuhan anak, seperti popok.
”Cara seperti ini lebih baik. Nanti kami yang bagi ke posko-posko yang datanya juga kami pegang. Kalau bantuannya tidak banyak, kami usahakan untuk dibagi secara merata,” kata Kepala Urusan Perencanaan Desa Poteng Utara, Kecamatan Simboro, Mamuju, Daud Kuatur, Kamis (21/1). Dia datang mengambil jatah bantuan untuk desanya.
Daud menyatakan, selama ini desanya belum tersentuh bantuan. Pengungsi yang terdata di Desa Poteng Utara berjumlah 88 keluarga atau sekitar 300 jiwa. Mereka mengungsi di kebun dan bukit.
Sekretaris Dinas Sosial Kabupaten Mamuju Muzakkir menyatakan, penyaluran bantuan melalui dan dari desa bertujuan agar semua penyintas mendapatkan jatah. Dengan penyaluran langsung dalam beberapa hari ini, banyak ketakjelasan, termasuk kemungkinan penyintas dari posko yang sama mendapatkan jatah lebih dari yang lainnya.
Ia memastikan semua pengungsi harus dilayani. Dengan penyaluran dari desa, ia mengharapkan distribusi bantuan menjadi lebih baik dan tepat sasaran. ”Bahwa ada yang belum dapat jatah, ini kami belum bisa pastikan. Tetapi, kami usahakan semua mendapatkan haknya,” katanya.
Sejauh ini, bantuan untuk pengungsi atau penyintas gempa di Sulbar terus mengalir dari berbagai daerah di Sulawesi, seperti Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan. Selain mengantar bantuan ke posko induk, bantuan tersebut juga diantar langsung ke posko pengungsi yang tersebar di berbagai titik, antara lain di Stadion Manakarra dan Jalur Dua poros Mamuju-Palu, Sulawesi Tengah.
Pada umumnya, pengungsi di kota kebutuhannya terpenuhi. Di beberapa pengungsian, ada dapur umum, baik yang dioperasikan pemerintah maupun sukarelawan dari lembaga sosial. ”Sejauh ini kebutuhan terpenuhi dengan baik. Kami makan tiga kali sehari dari dapur umum,” kata Basso Paulle, pengungsi di Stadion Manakarra.
Sementara itu, bantuan dari pembaca harian Kompas melalui Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas (DKK) diberangkatkan dari Makassar menuju Sulawesi Barat, Kamis (21/1). Bantuan senilai Rp 300 juta itu di antaranya berupa bahan pokok, kebutuhan anak dan perempuan, obat-obatan, air mineral, perlengkapan mandi, perlengkapan tidur, seperti matras, tikar, dan selimut, serta berbagai kebutuhan lain.
Bantuan itu diangkut dengan tiga truk dan satu mobil boks, diperkirakan tiba di Majene pada Jumat (22/1) pagi untuk langsung didistribusikan kepada para penyintas. ”Semoga bantuan ini bisa membantu meringankan beban para penyintas bencana di Sulbar,” ujar Perwakilan Yayasan DKK Suyanto. (ENG)