Dukungan Perbankan Sinyal Positif Pengembangan PLTS Atap
›
Dukungan Perbankan Sinyal...
Iklan
Dukungan Perbankan Sinyal Positif Pengembangan PLTS Atap
Dukungan perbankan terhadap pembiayaan PLTS atap di rumah tangga dipercaya bakal meningkatkan minat masyarakat untuk memasangnya. Hal ini untuk mendukung pencapai target bauran energi terbarukan.
Oleh
ARIS PRASETYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dukungan perbankan dalam pemasangan pembangkit listrik tenaga surya atau PLTS atap diharapkan dapat menjadi sinyal positif dalam pengembangan energi terbarukan di Indonesia. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk berkomitmen membiayai pemasangan PLTS atap dengan tingkat bunga rendah dan jangka waktu pinjaman hingga 15 tahun. Dari semua jenis energi terbarukan di Indonesia, potensi tenaga surya adalah yang terbesar, yakni mencapai 207.800 megawatt.
Dukungan BRI tersebut diwujudkan melalui penandatanganan nota kesepahaman dengan Dewan Energi Nasional dan PT Len Industri (Persero), Kamis (21/1/2021), di Jakarta, yang disiarkan secara virtual. Dalam nota kesepahaman itu, BRI berkomitmen membiayai pemasangan PLTS atap oleh nasabahnya tanpa agunan ataupun uang muka dengan jangka waktu yang fleksibel dan bunga rendah. Fasilitas tersebut dimulai untuk pegawai di kantor Dewan Energi Nasional.
”Bentuk pembiayaan yang diberikan sangat fleksibel. Jangka waktunya bisa sampai 15 tahun dengan tingkat suku bunga yang rendah, yaitu 0,92 persen. Kami berharap kerja sama ini bisa diperluas sebagai bentuk dukungan perusahaan terhadap pengembangan energi terbarukan di Indonesia,” kata Pemimpin Wilayah BRI Jakarta Rudhy Sidharta dalam konferensi pers seusai penandatanganan nota kesepahaman.
Adapun untuk konstruksi, pelatihan pengoperasian, dan pemeliharaan menjadi tanggung jawab Len Industri. Dalam laman perusahaan, Len Industri telah merintis pengembangan PLTS di Indonesia sejak 1985. Kapasitas produksi modul surya perusahaan tersebut mencapai 71 megawatt peak (MWp) per tahun. Pada 2015, Len Industri juga membangun PLTS berkapasitas 5 MWp di Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Jangka waktunya bisa sampai 15 tahun dengan tingkat suku bunga yang rendah, yaitu 0,92 persen.
”Dari sekitar 150 PLTS di Indonesia, sekitar 40 persennya dipasang Len Industri. Sejak dua tahun lalu, kami juga berhasil memproduksi panel surya yang khusus untuk perumahan. Len Industri sudah siap dari sisi produksi dan sertifikasi, tetapi belum dalam hal pendanaan,” ucap Direktur Strategi Bisnis dan Portofolio Len Industri Linus Andor Mulana Sijabat.
Linus menambahkan, sudah saatnya pemasangan PLTS atap di tingkat hunian warga didukung pembiayaan dari perbankan. Ia percaya hal tersebut merupakan hal yang tak memberatkan dengan contoh pembelian sepeda motor pun bisa didukung lembaga pembiayaan. Dukungan perbankan dalam pembiayaan PLTS atap diharapkan dapat menaikkan minat masyarakat untuk memanfaatkan sumber energi terbarukan.
Secara terpisah, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform Fabby Tumiwa menyampaikan, dukungan perbankan membiayai pemasangan PLTS atap di Indonesia dapat menjadi sinyal positif dalam pengembangan energi terbarukan. Dalam kajian yang dilakukan IESR, sekitar 10 persen rumah tangga berminat memasang PLTS atap apabila ada dukungan pembiayaan dari perbankan. Minat masyarakat akan semakin tinggi apabila jangka waktu pinjaman semakin panjang dan tingkat suku bunga yang diberikan rendah.
”Ini merupakan sinyal positif. Yang perlu ditingkatkan lagi adalah bagaimana promosi PLTS atap oleh pemerintah, industri, dan lembaga pembiayaan bisa semakin masif sehingga masyarakat berminat bisa memperoleh informasi yang valid dan lengkap,” ucap Fabby.
Dukungan perbankan dalam pembiayaan PLTS atap diharapkan dapat menaikkan minat masyarakat untuk memanfaatkan sumber energi terbarukan.
Data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menunjukkan, hingga 2020, pemanfaatan sumber energi terbarukan di Indonesia mencapai 10.467 MW dengan kontribusi PLTS atap sebesar 13,4 MW. Tahun ini, pemerintah menargetkan kapasitas terpasang energi terbarukan bisa naik menjadi 11.373 MW, termasuk tambahan dari PLTS atap sebesar 11,8 MW.
Pengembangan PLTS atap sangat diandalkan dalam mempercepat pencapaian target bauran energi nasional pada 2025, yaitu 23 persen berasal dari energi baru dan terbarukan. Hingga 2035, pemerintah menargetkan kapasitas terpasang pembangkit listrik dari energi terbarukan sebesar 47.500 megawatt. Dari target tersebut, PLTS adalah pemilik porsi terbesar, yaitu mencapai 17.540 MW yang disusul pembangkit listrik tenaga air (PLTA) 7.815 MW dan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) 7.170 MW.