Tersimpan kegembiraan besar dalam hal berkendara di dalam kemasan kompak BMW M235i terbaru. Sedan terkecil BMW ini semakin terasa istimewa di tengah pasar otomotif yang sedang dibanjiri model SUV maupun crossover SUV.
Oleh
DAHONO FITRIANTO dan HERLAMBANG JALUARDI
·5 menit baca
Tersimpan kegembiraan besar dalam hal berkendara di dalam kemasan kompak BMW M235i terbaru. Sedan terkecil BMW ini semakin terasa istimewa di tengah pasar otomotif yang sedang dibanjiri model SUV maupun crossover SUV.
Sebagai bagian dari keluarga BMW Seri 2, ukuran M235i ini memang kompak. Panjangnya 4,526 meter (m); lebar 1,800 m; dan tinggi 1,420 m; dengan jarak antarsumbu roda (wheelbase) 2,670 m. Lebih kecil dari BMW Seri 3 generasi terbaru (G20), dan bahkan dari dimensinya, mobil ini lebih dekat ke BMW Seri 3 generasi ketiga (E36) yang legendaris itu.
Namun, berada di kelas di bawah Seri 3 tidak membuat mobil ini bisa dipandang sebelah mata. Dilihat dari nama lengkap dan inisial angka-angkanya, BMW Group Indonesia memasukkan varian istimewa dari sedan Seri 2 ini. Perhatikan nama lengkap sesuai akta kelahiran mobil ini: BMW M235i xDrive Gran Coupe.
Inisial M235i menunjukkan mobil ini berasal dari kategori mobil M Performance. Ini adalah kategori bagi mobil-mobil BMW yang sudah mendapat sentuhan BMW M (divisi mobil performa tinggi dari BMW Group) dalam hal performa dan sejumlah fitur, sehingga performanya berada di atas BMW standar. Walau demikian, mobil-mobil M Performance belum berhak menyandang titel M penuh yang diperuntukkan bagi mobil-mobil dengan performa teratas di BMW.
Di bawah 5 detik
Simak spesifikasi mesinnya. Walaupun sama-sama menggunakan mesin seri B48, angka-angka di atas kertas menunjukkan performa M235i ini berada di atas BMW 330i yang kastanya lebih tinggi. Mesin bensin empat silinder 2.0 liter (1.998 cc) dengan turbo pada mobil ini menyemburkan tenaga 306 HP pada putaran mesin 5.000-6.000 rpm dan torsi puncak 450 Nm pada rentang putaran 1.750-4.000 rpm.
Bandingkan dengan tenaga mesin 330i yang “hanya” 255 HP dan torsi puncak 400 Nm. Tidak heran jika New BMW M235i ini diklaim mampu berakselerasi dari 0-100 km per jam hanya dalam 4,8 detik!
Selanjutnya nama Gran Coupe mengaju pada bentuk bodi mobil yang didesain sebagai mobil coupe empat pintu. Ini julukan bagi bentuk sedan yang sporty, dengan atap bagian belakang turun melandai layaknya mobil coupe. Menambah kesan mobil sport, keempat pintunya tanpa bingkai alias frameless.
Lalu embel-embel xDrive menegaskan bahwa mobil ini sudah mengadopsi sistem penggerak empat roda permanen. Memang saat dibuka kap mesinnya kita akan melihat mesin yang dipasang melintang, yang mengingatkan mobil ini dikembangkan dari platform UKL, yakni arsitektur dasar bagi mobil-mobil berpenggerak roda depan dari BMW.
Semua yang tersurat pada nama lengkapnya dan tersirat dari dimensinya menjanjikan sebuah pengalaman berkendara yang menyenangkan. Kompak, sporty, bertenaga, lincah, dan stabil. Kurang apa lagi?
Maka pada suatu malam, Kamis (14/01/2021), Kompas menekan tombol Start di mobil yang terparkir di ruang bawah tanah Menara Kompas di Jakarta Pusat itu. Sontak terdengar raungan mesin ala mobil sport menggaung dari knalpot, lengkap dengan sentuhan bunyi “brrppp…. brrppp…”. Wow, sebuah sensasi tambahan yang membuat hati tambah bergairah.
Setelah mengatur jok pengemudi yang berbentuk bucket seat ala mobil balap dan berbalut kulit Alcantara, itu, Kompas segera memasukkan tuas transmisi ke posisi D dan menyentuh pedal gas. Hanya sedikit sentuhan dan mobil serasa meloncat ke depan untuk segera meluncur keluar dari ruang bawah tanah langsung menuju jalan tol terdekat di Slipi.
Ditingkahi suara radio FM dari 16 speaker besutan Harman/Kardon yang terasa premium, mobil meluncur pesat di jalan tol yang sudah lengang malam itu. Rasa mengemudi langsung didapatkan, dengan tubuh seolah langsung menyatu pada dimensi mobil. Respons stirnya begitu tajam dan presisi. Strut bar yang terpasang di ruang mesin membuat pengendalian mobil begitu stabil dan minim body roll.
Melihat jalan di depan kosong, mode berkendara dipindah dari Comfort ke Sport. Setir langsung terasa memberat, tapi akselerasi menjadi begitu ringan saat gas diinjak makin dalam dan raungan suara dari knalpot kian membahana.
Tenaga memang tidak sebesar mobil M sejati, seperti M2 apalagi M3. Bahkan tenaga M235i ini masih di bawah M235i generasi sebelumnya yang dipasangi mesin 6 silinder 3.0 liter. Jeda antara pedal gas diinjak sampai turbo diaktifkan di 1.750 rpm juga masih sedikit terasa.
Namun, tarikannya sudah membuat sebuah kegembiraan membuncah dari dalam dada. Semboyan BMW sebagai sebuah “ultimate driving machine” dan “sheer driving pleasure” terasa mengejawantah utuh di mobil yang diimpor utuh dari pabriknya di Leipzig, Jerman, ini.
Bukan di belakang
Hanya saja, kegembiraan ini langsung berkurang jauh begitu kita bergeser duduk di kursi belakang. Walau ruang kaki masih terasa cukup lapang untuk orang dewasa dengan tinggi badan 165 cm, ruang kepala terasa sangat minim. Hanya tersisa jarak kurang dari sejengkal antara ubun-ubun dengan plafon mobil yang miring melandai ke belakang. Selain itu, sandaran kursi belakang ini terasa tegak untuk ukuran sebuah sedan.
Sistem penyejuk udara juga hanya memiliki dua zona, sehingga penumpang belakang harus pasrah dengan setelan AC orang yang duduk di kursi depan. Dari segi fasilitas, hanya tersedia dua soket USB-C di bawah kisi-kisi AC belakang. Ya, ini memang bukan BMW Seri 5 atau Seri 7 yang mementingkan kenyamanan di belakang. Untuk merasakan sensasi penuh M235i, seseorang harus duduk di depan dan mengemudi!
Di ruang depan, mobil ini sudah dilengkapi konektivitas Apple Car Play nirkabel. Sistem operasi mobil juga sudah mengadopsi iDrive OS 7.0 yang terbaru. Fitur parkir otomatis Parking Assistant dan mundur otomatis Reversing Assistant juga sudah standar. Hanya saja, tak ditemukan heads-up display (HUD) dan fitur monitor keselamatan, seperti blind sport monitor dan lane departure warning di mobil seharga Rp 1,259 miliar (off the road) ini.
Namun, lembar spesifikasi mengindikasikan mobil sudah dilengkapi Launch Control untuk memaksimalkan traksi saat mobil hendak diajak berakselerasi maksimal ala drag race. Ada sederetan langkah yang harus dilakukan untuk mengaktifkan fitur ini, salah satunya adalah dengan menonaktifkan fitur Dynamic Stability Control (DSC).
Sampai di sini, Kompas memilih tak melakukan uji fitur tersebut karena menonaktifkan DSC dan melaju dalam kecepatan tinggi akan sangat berbahaya untuk dilakukan di jalanan umum. Buat para pemilik mobil ini, disarankan Launch Control hanya diaktifkan pada jalanan tertutup dan kondisi terkontrol, misalnya di sirkuit balap. Selamat melesat!