Gedung sekolah menjadi fasilitas publik yang tidak luput mengalami kerusakan akibat gempa yang mengguncang Sulawesi Barat, pekan lalu. Kemendikbud diharapkan memberikan prioritas renovasi kepada sekolah yang tak laik.
Oleh
M Ikhsan Mahar
·5 menit baca
MAMUJU, KOMPAS — Gedung sekolah menjadi fasilitas publik yang tidak luput mengalami kerusakan akibat gempa yang mengguncang Sulawesi Barat, pekan lalu. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan diharapkan memberikan prioritas renovasi kepada sejumlah sekolah yang tidak laik lagi digunakan.
Di pusat kota Mamuju, Sulawesi Barat, terdapat dua sekolah yang mengalami kerusakan berat. Keduanya ialah SMA Negeri 1 dan SMP Negeri 2. Sebanyak 38 ruangan di SMAN 1, yang berada di Jalan Kumbang Lollo, tidak bisa lagi digunakan. Ruang kelas yang berjumlah 30 tidak laik lagi menjadi tempat belajar-mengajar karena plafon runtuh dan beberapa lantai telah terangkat akibat guncangan gempa berkekuatan M 6,2 pada 15 Januari lalu.
Selain itu, dua ruangan laboratorium komputer yang berada di lantai dua juga telah retak menganga di sudut-sudut dinding. Puluhan komputer telah jatuh dan tergeletak di lantai. Kondisi dinding yang menganga juga terlihat di sejumlah ruangan, seperti ruang kepala sekolah, guru, serta laboratorium fisika dan kimia. Kemudian, sebanyak enam rak buku di ruang perpustakaan jatuh sehingga ratusan buku berserakan di lantai ruangan itu.
Kerusakan paling parah terjadi di bangunan masjid sekolah. Bangunan itu runtuh hingga rata dengan tanah. Seluruh pagar dinding sekolah yang memisahkan kompleks sekolah dengan permukiman warga juga runtuh.
Kepala SMAN 1 Mamuju Halima menyatakan, belum ada pihak berwenang dari pemerintah daerah yang mengecek langsung kondisi sekolah itu. Ia pun mengecek gedung sekolah pada Minggu (17/1/2021). Setelah itu, ia membuat laporan kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Barat serta Kemendikbud.
”Dengan laporan yang lebih awal kami berikan, semoga sekolah kami masuk dalam prioritas utama renovasi sekolah. Sebab, sudah tidak ada gedung yang laik untuk mendukung proses belajar-mengajar,” kata Halima saat ditemui, Kamis (21/1/2021).
Dana itu akan dialokasikan untuk membantu proses pembersihan puing bangunan.
Langkah paling awal yang dilakukan Halima adalah menerapkan penjagaan gedung sekolah dengan dua petugas. Gerbang besi di pintu utama sekolah digembok sehingga hanya pihak berkepentingan yang diperbolehkan memasuki kompleks sekolah. Hal itu untuk mengantisipasi tindakan pencurian sejumlah peralatan berharga di sekolah itu, seperti komputer dan peralatan laboratorium lainnya.
Lebih lanjut, Halima mengungkapkan, dirinya telah berkomunikasi dengan ikatan alumni sekolah itu untuk melakukan penggalangan dana. Dana itu akan dialokasikan untuk membantu proses pembersihan puing bangunan.
Ia juga telah memerintahkan seluruh guru untuk mendata keberadaan murid yang masih tersebar di sejumlah daerah, seperti Pasangkayu (Sulbar), Makassar (Sulsel), dan Mamasa (Sulbar). Hingga Kamis, seorang siswa SMAN 1 Mamuju meninggal dan 22 orang lainnya mengalami luka akibat gempa.
Meskipun masih dalam kondisi tanggap darurat, Halima telah merencanakan lokasi belajar-mengajar jika dalam waktu dekat pemerintah telah mengizinkan pembelajaran tatap muka. Proses itu akan berlaku bagi 1.063 siswa di SMAN 1 Mamuju. ”Kami berencana membangun tenda-tenda di kompleks sekolah untuk menjadi lokasi belajar-mengajar sementara sambil menunggu proses renovasi,” katanya.
Sementara itu, kerusakan berat juga dialami SMP Negeri 2 yang berada di Jalan AP Pettarani. Terdapat empat ruang kelas yang salah satu sisi temboknya runtuh. Selain itu, plafon di atap ruang kelas itu juga telah terlepas.
Akibat gempa itu, mayoritas ruang kelas lainnya dan ruang guru mengalami kerusakan di lantai, kaca pecah, dan plafon runtuh. Tak hanya ruang kelas, koridor sekolah yang berbahan kayu dan beratap seng juga telah runtuh di beberapa titik.
Secara total, 25 ruangan dari 33 ruangan di SMPN 2 Mamuju mengalami kerusakan. Data itu dikumpulkan Kepala SMPN 2 Mamuju Muhammad Nurkhojin setelah mengecek kondisi sekolahnya pada Jumat (15/1/2021) sore. Setelah itu, ia pun membuat laporan kerusakan kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim yang ditembuskan ke Dinas Dikbud Sulbar.
”Sebagai pelaksana tugas teknis di lapangan, saya telah menunaikan tugas saya untuk mendata kerusakan. Kami sangat berharap pemerintah hadir untuk memperbaiki fasilitas sekolah kami karena dampaknya amat berpengaruh kepada 1.050 siswa serta 70 pengajar dan staf sekolah,” tutur Nurkhojin.
Nurkhojin mengungkapkan, dirinya masih menunggu berakhirnya masa tanggap darurat yang dikeluarkan Pemerintah Provinsi Sulbar hingga 30 Januari mendatang untuk kembali memulai proses belajar-mengajar secara daring. Ia pun belum bisa mendata para murid yang terdampak gempa karena para guru, terutama wali kelas, masih memerlukan waktu untuk memulihkan diri dari trauma gempa.
Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Dikbud Sulbar Gufran Darman Dirawan menyatakan, pihaknya menunggu sisa dana alokasi khusus (DAK) fisik untuk mengalokasikan anggaran renovasi sekolah terdampak gempa. Di tahun 2021, DAK Fisik Reguler Bidang Pendidikan yang ditetapkan Kementerian Keuangan untuk Sulbar mencapai Rp 164,4 miliar dari total DAK Fisik Sulbar yang berjumlah Rp 187,4 miliar.
Gufran menambahkan, DAK akan diprioritaskan untuk pembangunan gedung sekolah yang rusak berat. Dari 103 sekolah yang terdampak gempa, 39 sekolah di antaranya mengalami kerusakan berat. Apabila tidak memungkinkan dibangun secara keseluruhan, kata Gufran, pihaknya menargetkan bisa memperbaiki 30-40 persen gedung yang rusak pada tahun ini.
”Dengan keterbatasan fiskal, kami berharap proses pembangunan sekolah yang terpapar gempa bisa mendapat bantuan dari pemerintah pusat. Kami akan berdiskusi dengan Kemendikbud untuk mencari jalan keluar dari situasi ini,” kata Gufran.
Sebagai langkah darurat, Gufran menuturkan, pemda akan membangun tenda-tenda di sejumlah sekolah yang terdampak gempa ketika proses belajar-mengajar tatap muka telah berlangsung. Khusus untuk pendidikan vokasi, dirinya telah berkoordinasi dengan sekolah vokasi swasta untuk meminjam fasilitas untuk keperluan penelitian dan workshop.