Akses Desa Terisolasi Banjir Mulai Terbuka, Ancaman Masih Ada
›
Akses Desa Terisolasi Banjir...
Iklan
Akses Desa Terisolasi Banjir Mulai Terbuka, Ancaman Masih Ada
Banjir besar di Kalimantan selatan menyebabkan sejumlah desa terisolasi. Bantuan pun tak bisa disalurkan. Namun warga desa bertahan dan saat ini akses mulai terbuka meski masih ada ancaman lain.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
MARTAPURA, KOMPAS — Akses desa-desa terisolasi banjir di Kalimantan Selatan mulai terbuka. Meskipun demikian, curah hujan yang tinggi masih menjadi ancaman karena akan menyebabkan luapan di sungai-sungai besar.
Di Tambak Anyar, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, pengungsi mandiri mulai kembali ke rumah. Sebelumnya mereka bahkan tak bisa masuk ke rumah lantaran tinggi air mencapai satu meter.
Dari pantauan Kompas, mereka mulai menjemur pakaian basah, buku, dokumen, dan kasur basah lantaran direndam banjir. Mereka juga mulai membersihkan perabotan rumah sembari masih membuat tenda untuk dapur darurat karena sebagian besar dapur mereka yang terbuat dari kayu hanyut.
Selain di Tambak Anyar, Desa Pengaron, Kecamatan Pengaron, Kalimantan Selatan, sempat terisolasi selama lima hari. Kini air mulai surut. Masyarakat sudah kembali ke rumah pada Jumat (22/1/2021).
Haji Rasyid (54), warga Pengaron, mengungkapkan, saat terisolasi mereka hanya memakan mi instan dan beras sisa sebelum banjir. Ia dan warga lainnya mengaku tidak mendapatkan bantuan apa pun selama terisolasi.
”Ada truk yang mau antar bantuan, tetapi saat dekat jembatan balik kanan, jembatannya saja enggak terlihat lagi, rata dengan air Sungai Pengaron ini,” kata Rasyid.
Hal serupa juga dirasakan Jahrani (43), warga Sungai Raya RT 003. Di desanya, rumahnya dan 11 keluarga lainnya tak hanya diterjang banjir, tetapi juga hancur karena longsor. Mereka tinggal di pinggir hulu Sungai Martapura.
Ada truk yang mau antar bantuan, tetapi saat dekat jembatan balik kanan, jembatannya saja enggak terlihat lagi, rata dengan air Sungai Pengaron ini
”Kami mengungsi ke bukit. Tidak ada bantuan, saya bahkan pakai pakaian istri saya karena baju enggak bisa dipakai semua, hanyut juga yang lain,” kata Jahrani.
Jahrani mengaku Polsek Simpang Empat pernah mengevakuasi banyak warga di desanya untuk dipindah ke tempat yang lebih aman. Namun, proses evakuasi cukup sulit dilakukan.
”Tak semua warga juga mau dievakuasi karena enggak mau meninggalkan rumah, apalagi harta benda ada di rumah semua,” kata Jahrani.
Meskipun akses sudah terbuka karena banjir mulai surut, pada Jumat sore hujan lebat disertai angin kembali terjadi di sekitar Pengaron sampai Simpang Empat. Arus sungai pun semakin deras.
Prakiraan cuaca dari laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan cuaca di seluruh Kalimantan Selatan berpotensi hujan ringan sampai sedang hingga Selasa (26/1/2021) nanti.
Banjir di Kalimantan Selatan, dari laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) berdampak pada terendamnya 66.768 rumah dan membuat 63.608 warga mengungsi. Banjir kali ini juga merenggut nyawa 21 orang dan hingga kini terdapat 6 orang yang dilaporkan masih hilang.
Banjir besar itu merendam 11 kabupaten/kota di Kalimantan Selatan. Hingga kini, dari pantauan Kompas di lapangan, banjir dan genangan air di sejumlah wilayah masih belum surut dan bertahan. Arus deras sungai pun membuat sejumlah infrastruktur rusak berat.