Biden Tawarkan Perpanjangan Traktat Pembatasan Senjata Nuklir kepada Rusia
›
Biden Tawarkan Perpanjangan...
Iklan
Biden Tawarkan Perpanjangan Traktat Pembatasan Senjata Nuklir kepada Rusia
Kesepakatan New START, yang akan habis masa berlakunya pada Februari mendatang, mengizinkan AS-Rusia punya paling banyak 1.550 bom nuklir walau tidak dibatasi berapa banyak hulu ledak per bom.
Oleh
kris mada
·4 menit baca
WASHINGTON, JUMAT — Presiden Amerika Serikat Joe Biden menawarkan perpanjangan masa berlaku traktat pengendalian senjata nuklir AS-Rusia sampai 2026. Tawaran ini pernah disampaikan Presiden Rusia Vladimir Putin kala AS dipimpin Presiden Donald Trump.
Juru Bicara Gedung Putih Jen Psaki mengumumkan penawaran perpanjangan traktat yang dikenal dengan nama New START itu, Kamis (21/1/2021) siang waktu Washington atau Jumat dini hari WIB. ”AS berniat mengupayakan perpanjangan lima tahun untuk New START, seperti dimungkinkan dalam perjanjian. Perpanjangan lebih masuk akal kala hubungan (AS) dengan Rusia saling berhadapan seperti sekarang,” ujarnya.
Perjanjian Pengurangan Persenjataan Strategis (START) II atau New START itu disebut Psaki sebagai satu-satunya kesepakatan pengendalian senjata AS-Rusia yang tersisa. Kesepakatan itu penting sebagai jangkar kestabilan Moskwa-Washington.
Perundingan pengganti New START sudah dimulai sejak era Donald Trump. Walakin, sampai masa jabatan Trump selesai, Moskwa-Washington tidak kunjung menyepakati perjanjian baru. Sejak 2020, sejumlah pihak telah meminta AS-Rusia memanfaatkan klausul perpanjangan masa berlaku dalam New START.
Sebelum pengumuman Psaki, Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Jens Stoltenberg mendorong AS-Rusia lebih dulu memperpanjang masa berlaku New START. Setelah itu, baru Moskwa-Washington membahas perluasan perjanjian itu.
”Jangan sampai kita dalam keadaan tanpa pembatasan hulu ledak nuklir dan New START akan kedaluwarsa dalam beberapa hari,” ujarnya seraya menekankan perpanjangan masa berlaku adalah awal untuk memperkuat pengendalian persenjataan nuklir.
Sebelumnya, Putin juga pernah menawarkan perpanjangan masa berlaku New START II. Kini, Biden ikut mengusulkan hal sejenis.
Marshall Billingslea, utusan Trump untuk perjanjian pengendalian nuklir, berkali-kali berkeras perjanjian baru bisa disepakati jika diperluas. Selain jenis peluncur, AS ingin para pihak dalam perjanjian baru ditambahkan dengan China. Tuntutan Trump, melalui Billingslea, membuat perundingan buntu sampai akhirnya Biden memutuskan perpanjangan masa berlaku New START.
Perjanjian itu disepakati Presiden AS Barack Obama dan Presiden Rusia Dmitry Medvedev pada 2010 dan berlaku sampai 5 Februari 2021. New START mengizinkan AS-Rusia punya paling banyak 1.550 bom nuklir walau tidak dibatasi berapa banyak hulu ledak per bom. Sementara rudal balistik antarbenua (ICBM), pesawat pengangkut bom nuklir, dan aneka perangkat peluncur nuklir lain dibatasi paling banyak 800 unit.
New START melanjutkan START I yang disepakati Presiden AS George HW Bush dan Pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev pada 1991. START I berlaku pada 1991-2009 dan mengizinkan AS-Rusia paling banyak memiliki 6.000 hulu ledak nuklir dengan 1.600 ICBM.
Senat menyetujui START II karena Obama berjanji mengembangkan kekuatan nuklir AS. Dalam beberapa puluh tahun mendatang, AS menyiapkan anggaran hingga 1 triliun dollar AS untuk mengembangkan persenjataan nuklirnya. Program itu untuk meningkatkan kemampuan nuklir AS yang selama ini bersandar pada pesawat pengangkut bom nuklir, rudal darat, dan rudal dari kapal selam.
Tanggapan
Juru Bicara Departemen Pertahanan AS John Kirby mengatakan, jeda perjanjian akan melemahkan kemampuan AS memahami kekuatan nuklir Rusia. ”Perpanjangan pembatasan cadangan senjata nuklir sampai 2026 memberi waktu dan tempat bagi kedua bangsa membahas pengaturan pengendalian senjata yang baru dan bisa mengurangi risiko pada bangsa Amerika,” tuturnya.
”Pentagon siap mendukung mitra di Departemen Luar Negeri karena mereka yang memengaruhi perpanjangan dan mengeksplorasi perjanjian baru itu,” tutur Kirby.
Pemimpin Global Zero, Derek Johnson, mengatakan bahwa usulan Biden adalah langkah penting untuk tujuan akhir dunia tanpa senjata nuklir. “”Kecuali Anda kontraktor pertahanan, ini adalah berita baik,” ujar pemimpin kelompok yang mengampanyekan penghapusan senjata nuklir itu.
Namun, Billingslea mengecam keputusan Biden dan menyebutnya sebagai ketidakmampuan berunding. ”Hanya butuh 24 jam bagi tim Biden untuk menghabiskan daya tawar paling tinggi pada Rusia. Ada pendekatan lebih baik, perpanjangan enam bulan dengan syarat pembatasan hulu ledak yang disetujui Putin. Hal itu akan menghentikan pembangunan besar-besaran senjata nonstrategis Rusia dan membuat dunia tetap fokus pada China,” kata Billingslea.
Billingslea merujuk pada kategori persenjataan yang menempatkan nuklir sebagai persenjataan strategis. Sementara semua persenjataan nonnuklir, termasuk rudal hipersonik, selama tidak dilengkapi hulu ledak nuklir dikategorikan persenjataan konvensional. Tahun lalu, ia berkeliling ke sejumlah negara untuk mencari dukungan bagi penarikan China dalam perjanjian pengendalian nuklir. Sejumlah pihak menuding upaya itu cara Washington untuk menolak terlibat dalam perjanjian pengendalian persenjataan yang baru.
Perumus kebijakan nuklir era Trump, Robert Soofer, juga menyebut keputusan Biden sebagai tindakan yang membuang peluang. ”Rusia sepertinya akan menyepakati perpanjangan, lalu meninggalkan perundingan alih-alih menerima permintaan AS soal pembatasan persenjataan lain,” ujarnya. (AP/REUTERS)