Di Tengah Pandemi, Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Baik Sangat Dibutuhkan
›
Di Tengah Pandemi,...
Iklan
Di Tengah Pandemi, Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Baik Sangat Dibutuhkan
Pandemi Covid-19 berdampak ke semua sekolah di dunia. Pengalaman kepala sekolah di Singapura dan Filipina menunjukkan kepemimpinan yang baik amat dibutuhkan guru dan siswa untuk melalui pandemi.
Oleh
Mediana
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Di masa sulit pandemi Covid-19, kepemimpinan kepala sekolah diuji. Mereka dituntut mampu mengambil keputusan cepat untuk mengarahkan pembelajaran sesuai keberagaman kondisi guru dan kebutuhan anak.
”Kuncinya adalah komunikasi berkala. Komunikasi bisa berupa percakapan formal dan informal,” ujar Former Principal Peiying Primary School Singapore, K Govindan, saat menghadiri webinar ”Building A Positive School Culture”, Kamis (21/1/2021), di Jakarta. Webinar ini diselenggarakan oleh The HEAD Foundation.
Meski sekarang sudah pensiun, dia mengaku sempat mengalami masa memimpin di tengah pandemi Covid-19. Dari hasil komunikasi rutin dengan guru ataupun anak, dia membuat program, seperti fasilitas layanan konseling, gawai, dan makan siang bagi anak kurang mampu. Secara berkala, manajemen sekolah memberikan bantuan paket alat kebersihan, kue, dan bunga sebagai bentuk dukungan moral.
Empati adalah salah satu inti budaya organisasi kami. Maka, di tengah situasi sulit seperti sekarang, saya mengingatkan kembali spirit empati. (K Govindan)
”Empati adalah salah satu inti budaya organisasi kami. Maka, di tengah situasi sulit seperti sekarang, saya mengingatkan kembali spirit empati,” katanya.
Mengenai pembelajaran selama sekolah tutup, lanjut Govindan, sekolah memakai metode daring. Keuntungannya, sekolah sudah mempersiapkan segala infrastruktur jaringan hingga pedagogi pembelajaran berbasis teknologi informasi.
Principal I Ramon Magsaysay Elementary School Filipina Shiarell Loida Cruz menceritakan pengalaman yang senada. Dia bahkan berkolaborasi dengan pemerintah daerah setempat untuk membantu menyalurkan kebutuhan sosial bagi keluarga guru ataupun siswa yang kurang mampu. Dia pun ikut mendampingi guru-guru lebih senior mengoperasikan teknologi informasi untuk pembelajaran.
Kepada guru dan orangtua, dia tetap mendorong agar masa sulit pandemi Covid-19 jangan sampai melumpuhkan semangat. Pembelajaran kepada anak harus tetap berlanjut meski tidak bisa maksimal.
Menurut Shiarell, kepemimpinan kepala sekolah di masa sulit dibentuk oleh budaya positif. Dia mengaku, sejak awal jadi kepala sekolah, dia menerapkan prinsip selalu punya visi yang jelas, bersikap transparan, dan komunikatif.
”Sebelum menerapkan prinsip itu, saya mempelajari dulu budaya lama di sekolah dan menemukan hal-hal yang bisa diperbarui. Pemimpin sejati selalu menghormati dirinya sendiri, orang lain, dan bertanggung jawab. Ketiganya ini yang selalu saya junjung,” kata dia.
Principal Princess Elizabeth Primary School Singapore Moliah Hashim mengatakan, sekolah memiliki kultur pembelajar sepanjang hayat kepada siswa dan guru. Penekanan kultur ini adalah pemahaman pembelajaran yang mendalam.
Di tengah kondisi darurat pandemi Covid-19, kultur itu berfungsi. Siswa dan guru tetap saling proaktif beradaptasi dan menemukan solusi-solusi belajar yang sesuai dengan suasana darurat.
”Tantangan saya adalah motivasi. Ada sebagian guru dan siswa suka bertanya mengapa harus menerapkan kultur pembelajar sepanjang hayat. Kompetensi apa yang bisa diperoleh kalau kultur itu diterapkan,” kata Moliah.
Senada dengan Shiarell ataupun Govindan, Moliah pun selalu berusaha berkomunikasi kepada guru dan siswa. Dari komunikasi intens, Moliah mengetahui kebutuhan masing-masing.