Evakuasi Korban Gempa Sulawesi Barat Dihentikan Sementara
›
Evakuasi Korban Gempa Sulawesi...
Iklan
Evakuasi Korban Gempa Sulawesi Barat Dihentikan Sementara
Meskipun pencarian dihentikan sementara, tim tetap memantau perkembangan di lapangan. Regu SAR masih siaga untuk mengevakuasi korban jika ada laporan atau dari penyisiran ada indikasi korban.
Oleh
VIDEL JEMALI/MUHAMMAD IKHSAN MAHAR/RENY SRI AYU
·3 menit baca
MAMUJU, KOMPAS — Evakuasi tiga korban gempa di Sulawesi Barat yang hilang tertimbun longsoran dihentikan sementara karena lokasi yang sulit dan berpotensi membahayakan tim penolong. Namun, tim tetap bersiaga jika ada perkembangan lain di lapangan.
Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Kantor Pencarian dan Pertolongan Mamuju Saidar mengatakan, tiga orang yang dinyatakan hilang itu tertimbun longsoran di jalan Desa Mekata, Kecamatan Malunda, Majene. Daerah itu salah satu yang terisolasi karena longsor akibat gempa.
”Tumpukan longsoran mencapai 50 meter, jadi pencarian untuk sementara dihentikan. Pertimbangan lain kemanusiaan, yakni keselamatan regu pencari karena kondisi yang berbahaya,” ujar Saidar, Kamis (21/1/2021).
Ketiga korban itu masih satu keluarga. Bersama warga lainnya, mereka sempat dalam perjalanan untuk mengungsi. Namun, ketiganya kembali lagi ke permukiman. Saat itulah terjadi longsor dan menimpa mereka.
Meski pencarian dihentikan sementara, tim tetap memantau perkembangan di lapangan. Regu SAR masih siaga untuk mengevakuasi korban jika ada laporan atau dari penyisiran ada indikasi korban.
Dari pantauan di lapangan, di lokasi rumah atau bangunan yang hancur tidak ada lagi evakuasi dan pencarian. Tim SAR gabungan tak terlihat lagi di lokasi. Di beberapa lokasi reruntuhan hanya ada petugas operator alat berat yang membersihkan puing-puing bangunan atau material longsor. Aktivitas itu termasuk dilakukan di Kantor Gubernur Sulbar yang juga runtuh terdampak gempa.
Menurut Basarnas Kantor Pencarian dan Pertolongan Mamuju, Sulbar, gempa bermagnitudo 6,2 itu menewaskan 91 orang. Sebanyak 80 korban tewas merupakan warga Mamuju, 11 orang lainnya warga Majene. Kedua daerah itu merupakan daerah terdampak paling parah akibat gempa, Jumat (15/1/2021).
Berangsur pulih
Hingga kemarin, kondisi di Mamuju berangsur pulih. Sebagian pedagang sudah berjualan, seperti di Pasar Lama dan Pasar Baru Mamuju. Warung di pinggir jalan juga sudah buka.
Sebagian penyintas masih mengungsi di Stadion Manakarra serta di ruas jalan penghubung Mamuju dan Palu, Sulawesi Tengah. Sebagian penyintas memutuskan kembali ke rumah, terutama yang rumahnya tidak rusak. Mereka tidak tidur di dalam rumah, tetapi di teras untuk mengantisipasi gempa susulan.
”Saya tidak tahan di pengungsian. Saya memutuskan untuk kembali ke rumah. Apalagi listrik sudah menyala,” kata Edi (52), warga Kelurahan Karema, Kecamatan Simboro, Mamuju.
PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), dalam keterangan persnya, menyatakan telah memperbaiki 851 dari 872 gardu listrik yang rusak di Mamuju dan Mejene. Sekitar 83.000 pelanggan kembali terlayani.
Sementara itu, jalur ke wilayah Ulumanda dan Malunda yang terisolasi akibat material longsor saat gempa di Majene masih dipulihkan. Sukarelawan dari berbagai kelompok masyarakat terus berusaha masuk wilayah terisolasi dan posko-posko pengungsian yang minim tersentuh bantuan.
Di Mamuju, mekanisme penyaluran bantuan diubah dari sebelumnya penyintas langsung mengambil di posko menjadi didistribusikan melalui desa atau kelurahan setempat. Sekretaris Dinas Sosial Mamuju Muzakkir mengatakan, mekanisme diperbarui agar semua penyintas mendapatkan jatah. Penyaluran secara langsung dalam beberapa hari ini banyak ketidakjelasan, termasuk kemungkinan penyintas dari posko yang sama mendapatkan jatah lebih dari yang lainnya.
”Bahwa ada yang belum dapat jatah, belum bisa dipastikan. Tetapi, kami usahakan semua mendapat haknya,” katanya.
Sejauh ini, bantuan untuk penyintas gempa di Sulbar terus mengalir dari sejumlah daerah di Sulawesi, seperti Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan. Salah satunya bantuan dari pembaca harian Kompas melalui Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas (DKK) yang diberangkatkan dari Makassar, Sulawesi Selatan, menuju Sulbar, kemarin.
Bantuan senilai Rp 300 juta itu di antaranya berupa bahan makanan pokok, kebutuhan anak dan perempuan, obat-obatan, air mineral, perlengkapan mandi, serta perlengkapan tidur, seperti matras, tikar, dan selimut. ”Semoga bantuan ini dapat meringankan beban para penyintas bencana,” ujar perwakilan Yayasan DKK, Suyanto.
Sementara itu, sejumlah kalangan pendidik berharap gedung sekolah yang rusak dan tidak laik lagi digunakan bisa segera diperbaiki. Dua di antaranya SMA Negeri 1 dan SMP Negeri 2 Mamuju yang rusak berat. (VDL/SAN/REN/ENG)