Konsistensi penampilan dan kemampuan menjaga fokus bermain masih menjadi masalah terbesar mayoritas wakil Indonesia di Toyota Thailand Terbuka. Indonesia pun tinggal menyisakan tiga wakil di turnamen BWF Super 1000 itu.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·3 menit baca
BANGKOK, KAMIS - Baru melewati dua babak, sebanyak 13 dari 16 wakil Indonesia telah tersingkir pada turnamen bulu tangkis Toyota Thailand Terbuka. Tak hanya dalam dua turnamen beruntun, mereka juga kesulitan menjaga konsistensi permainan dalam satu laga.
Hari kelabu tim ”Merah Putih” itu diawali kekalahan ganda campuran, Adnan Maulana dan Mychelle Chrystine Bandaso, dari Chan Peng Soon/Goh Liu Ying (Malaysia), 18-21, 15-21, pada babak kedua turnamen itu di Arena Impact, Bangkok, Thailand, Kamis (21/1/2021).
Setelah itu, rentetan kekalahan dialami Anthony Sinisuka Ginting, Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin, Gregoria Mariska Tunjung, dan Shesar Hiren Rushtavito. Di antara rentetan kekalahan yang berlangsung pada pagi hingga sore itu, hanya terselip satu kemenangan yang diraih ganda campuran, Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja. Ganda unggulan keenam itu menang atas Joshua Hurlburt-Yu/Josephine Wu (Kanada), 21-17, 21-8.
Pada sesi malam, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan menambah wakil Indonesia pada perempat final setelah mengalahkan rekan sesama pemain pelatnas, Pramudya Kusumawardana/Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan, 21-18, 21-18.
Greysia Polii/Apriyani Rahayu juga lolos ke delapan besar dengan kemenangan mudah atas Catherine Choi/Jospehine Wu (Kanada), 21-11, 21-10. Adapun Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana dihentikan ganda Jerman, Mark Lamsfuss/Marvin Seidel.
Daftar hasil buruk
Kekalahan yang dialami Anthony dan kawan-kawan menambah daftar hasil buruk yang dialami Jonatan Christie, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, Ruselli Hartawan, dan Siti Fadia Silva Ramadhanti/Ribka Sugiarto. Mereka langsung tersingkir pada babak pertama di Bangkok.
Diperkuat dua pemain di jajaran 10 besar dunia, Anthony (peringkat kelima) dan Jonatan (peringkat keenam), serta Shesar (18), tunggal putra bisa dikatakan menjadi sektor dengan hasil terburuk pada Thailand Terbuka seri kedua ini. Meski sebagian besar pemain top dunia hadir, absennya Jepang dan China, karena terkait kasus Covid-19, menjadi peluang yang semestinya bisa mereka manfaatkan guna membawa pulang gelar juara.
Hasil Praveen/Melati tidak maksimal dalam dua turnamen. Kendalanya sama, yaitu banyak membuat kesalahan. Komunikasi dan greget mereka tidak terlihat. Dalam keadaan tertekan, mereka juga gampang menyerah.(Nova Widhianto)
Harapan muncul ketika Anthony mencapai semifinal pada Yonex Thailand Terbuka di tempat yang sama, pekan lalu. Dia mencapai semifinal sebelum dihentikan Viktor Axelsen yang akhirnya menjadi juara.
Alih-alih tampil dan meraih hasil lebih baik di Toyota Thailand Terbuka, Anthony justru tersingkir lebih cepat. Dia dikalahkan Lee Cheuk Yiu (Hong Kong), 19-21, 21-13, 12-21, kemarin. Seperti saat dikalahkan Axelsen, Anthony lengah setelah sempat unggul atas Lee.
Seperti pekan lalu, Anthony kehilangan fokus ketika unggul. Ia membuat banyak kesalahan, termasuk dari smes yang seharusnya menjadi senjata meraih angka. Kok pukulan Anthony acapkali gagal menyeberangi net atau keluar garis.
”Sebenarnya, permainan Anthony di awal laga sudah bagus. Namun, ia masih suka terpancing mengikuti irama permainan lawan. Dampaknya, lawan bisa mengeluarkan keunggulannya. Anthony harus bisa mempertahankan fokus sejak awal hingga akhir laga,” ujar Irwansyah, pelatih yang mendampingi skuad tunggal putra Indonesia di Bangkok.
Pelatih ganda campuran, Nova Widhianto, juga memberi catatan atas kiprah Adnan/Mychelle dan Praveen/Melati. Adnan/Mychelle gagal mencapai target yang ditetapkan pelatih, yaitu mencapai perempat final di kedua turnamen. Pekan lalu, mereka terhenti di babak pertama oleh lawan yang sama.
Praveen/Melati, ganda campuran terbaik Indonesia saat ini, juga tidak tampil maksimal. Penampilan mereka pekan ini jauh lebih buruk dari turnamen sebelumnya, yaitu saat dikalahkan Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taeratanachai (Thailand) pada babak final.
”Hasil Praveen/Melati tidak maksimal dalam dua turnamen. Kendalanya sama, yaitu banyak membuat kesalahan. Komunikasi dan greget mereka tidak terlihat. Dalam keadaan tertekan, mereka juga gampang menyerah,” ujar Nova tentang ganda juara All England 2020 itu.
Nova enggan menyebut vakumnya turnamen selama 10 bulan, sejak Maret 2020, sebagai alasan penampilan buruk mereka. "Lama tidak bertanding dan dikarantina di sini tidak bisa menjadi alasan karena semua pemain juga mengalaminya. Evaluasi sementara, semua yang sudah kalah selama dua turnamen ini hasilnya mengecewakan. Tetapi, ini tetap menjadi tanggung jawab pelatih," lanjutnya.