Terkait rencana perpanjangan PPKM, Pemprov Jawa Timur menyiapkan langkah untuk mengatasinya. Komunikasi antara pemerintah dan sektor usaha didorong untuk terus dilakukan guna mencapai titik temu.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Pemerintah pusat memutuskan memperpanjang pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat, termasuk di Jawa Timur. Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elistianto Dardak mengatakan, masyarakat diajak mempersiapkan dan mengantisipasi PPKM lanjutan.
Hal itu dikatakan Emil seusai mengikuti shalat Jumat dan melakukan sosialisasi PPKM di Masjid Jami Kota Malang, Jumat (22/1/2021). ”Terkait perpanjangan PPKM, semalam kami sudah komunikasi dengan kementerian. Kita akan antisipasi dan akan terus memantau serta melihat perkembangan. Yang jelas, PPKM ini adalah alarm bahwa kita sedang prihatin dengan keberadaan Covid-19. Namun, ini tidak berarti ekonomi akan mati. Maka, akan dicari jalan tengahnya,” papar Emil.
Salah satu cara menemukan jalan tengah antara kepentingan ekonomi dan kesehatan masyarakat, menurut Emil, adalah dengan membuka ruang komunikasi antara pemerintah dan pengusaha (sektor ekonomi). Beberapa pertimbangannya adalah bahwa tren penambahan, kesembuhan, dan kematian akibat Covid-19 di Jatim semakin bisa ditekan. Sementara di satu sisi, sektor ekonomi pun harus kembali berjalan agar tidak mati.
”Kita harus tetap menghindari risiko. Misalnya, perkantoran selama bisa daring, ya, dilakukan daring. Artinya, kita mencari titik temu. Apakah PPKM ini efektif? Tentu ada jeda untuk melihatnya. Namun, terlihat ada tanda-tanda baik, seperti di Malang Raya. Ini yang harus diapresiasi,” kata Emil.
Salah satu model komunikasi antara pemerintah dan sektor ekonomi, menurut Emil, tampak di Kota Malang. Malang mampu menciptakan titik temu jam tutup operasi pada pukul 20.00 WIB. Padahal, pada aturan pemerintah pusat sebelumnya, jam tutup operasional usaha adalah pukul 19.00 WIB.
Kota Malang juga memang salah satu kota di Jatim yang bisa menekan angka kematian sejak PPKM digelar pada 11 Januari lalu. Jika pada awal PPKM tingkat kematian akibat Covid-19 di Kota Malang mencapai 9,8 persen, saat ini tingkat kematiannya 9,1 persen.
”Kalau begitu, apa PPKM ini selesai? Tidak bisa begitu. Kita ingin tren Covid-19 ini bukan hanya melandai, melainkan menurun. Dan, seiring vaksinasi, akan ada titik temu bahwa kita keluar dari pandemi,” kata Emil.
Oleh karena itu, Emil berharap pemerintah daerah juga menjalankan PPKM dengan disesuaikan kebutuhan atau sesuai kearifan lokal di masing-masing daerah. ”Misalnya di Kota Malang PPKM dilakukan dengan pembatasan jam malam, yaitu pukul 20.00 WIB, maka di Madiun misalnya dengan membatasi kerumunan hajatan. Jadi, silakan saja setiap daerah membuat aturan yang disesuaikan keadaan. Intinya adalah kita berusaha mencegah Covid-19 ini dari hulu, yaitu dari penyebab penambahan kasusnya,” kata Emil.
Mantan Bupati Trenggalek itu berharap masyarakat tidak menyikapi PPKM sebagai hal traumatis. Namun, ia berharap ini disikapi sebagai upaya bersama mencegah bencana.
”Saat ini situasi kasus Covid-19 kita sudah tiga kali jumlahnya dibandingkan November lalu. Jadi, kita harus terus berhati-hati. Kita sudah menambah RS, tetapi pasien juga terus bertambah. Jadi, intinya, kita harus berusaha mencegah di hulunya agar kasus tidak terus bertambah, dengan cara membatasi hal yang tidak begitu penting. Dengan jumlah kasus dan dampak yang sedemikian besar, saya rasa membatasi cangkrukan malam insya Allah tidak masalah,” kata Emil.
Wali Kota Malang Sutiaji mengatakan, Kota Malang memang sudah berusaha keras menekan angka kematian akibat Covid-19. ”Namun, bukan berarti ke depan dengan capaian ini kita akan kendur. Kami akan terus menerapkan protokol kesehatan. Razia kafe membandel akan diteruskan,” katanya.
Hal lainnya, menurut Sutiaji, adalah dengan mendorong tempat-tempat ibadah, termasuk masjid, menjadi masjid tangguh. ”Masjid tangguh itu bukan hanya jaraknya diatur, melainkan jemaah juga diingatkan untuk memakai masker dan cuci tangan. Kita harus sadar bahwa ini akan berhasil kalau kita lakukan bersama-sama,” kata Sutiaji.