Kalah dari Klub Divisi Tiga, Masa Depan Zidane Suram
›
Kalah dari Klub Divisi Tiga,...
Iklan
Kalah dari Klub Divisi Tiga, Masa Depan Zidane Suram
Kekalahan tragis Real Madrid dari klub divisi tiga Liga Spanyol, CD Alocyano, 1-2 di 32 besar Copa del Rey, Kamis, berbuntut panjang. Pelatih Real Madrid Zinedine Zidane terancam dipecat karena kekalahan tersebut.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
ALCOY, JUMAT — Karena nila setitik rusak susu sebelanga, begitulah nasib Pelatih Real Madrid Zinedine Zidane. Segala kontribusinya membangun kejayaan ”Los Blancos” tercoreng seketika karena kekalahan 1-2 dari klub divisi tiga Liga Spanyol, CD Alcoyano, di Stadion El Collao, Alcoy, Kamis (21/1/2021). Kekalahan memalukan di babak 32 besar Piala Raja Spanyol itu membuat kebersamaan Madrid dan Zidane di ujung tanduk.
Walau hasil itu tidak serta-merta membuat Zidane dipecat, pakar sepak bola Spanyol, Guillem Balague, dilansir BBC, Kamis, menilai kekalahan itu amat tragis untuk Real Madrid yang notabene salah satu penguasa Piala Raja Spanyol dengan koleksi 19 trofi. Surat kabar Spanyol, AS, menyebutkan bahwa kekalahan itu sebagai salah satu bagian paling memilukan dalam lembaran sejarah panjang ”Los Merengues”.
Bahkan, surat kabar Spanyol, Marca, menilai, jika Zidane selamat dari pemecatan, itu adalah keajaiban. ”Kekalahan itu bisa menjadi akhir era Zidane kendati tidak digantikan sebagai manajer sampai akhir musim panas ini. Zidane memang telah kembali dari tepi jurang beberapa kali sebelum ini, tetapi tampaknya tim telah menemui jalan buntu (untuk memberikan kesempatan lebih panjang bagi Zidane),” ujar Balague.
Jika Zidane mendapatkan kesempatan lebih panjang sampai akhir musim, itu semata-mata karena status Zidane sebagai legenda hidup klub yang bermarkas di Stadion Santiago Bernabeu tersebut. Lagi pula, di periode pertamanya sebagai pelatih, legenda hidup berkebangsaan Perancis itu turut membawa timnya ke jalur kejayaan.
Zidane sempat membawa Real Madrid meraih gelar La Liga 2016/2017 dan 2019/2020, Piala Super Spanyol 2017 dan 2019/2020, Liga Champions 2015/2016, 2016/2017, dan 2017/2018, Piala Super Eropa 2016 dan 2017, serta Piala Dunia Klub 2016 dan 2017. ”Dia legenda klub dan mereka (manajemen) akan menunggu, melihat bagaimana perkembangannya,” kata Balague.
Peluang bertahan
Balague menuturkan, peluang Zidane untuk bertahan lebih lama juga dipengaruhi performa Real Madrid hingga akhir musim ini. Sejauh ini, grafik penampilan klub Kerajaan Castilla itu tidak stabil atau fluktuatif.
Di Liga Spanyol, Real Madrid memang berada di peringkat kedua klasemen dengan 37 poin dari 18 laga. Namun, mereka tertinggal tujuh poin dari klub sekotanya, Atletico Madrid, dengan 44 poin dari 17 laga. Di Piala Super Spanyol, mereka justru tersingkir 1-2 dari Athletic Bilbao di semifinal, Jumat (15/1/2021).
Walau lolos ke babak 16 besar Liga Champions sebagai pemuncak klasemen Grup B, Real Madrid sejatinya bermain kurang meyakinkan. Mereka kalah dua kali dari klub Ukraina, Shakhtar Donetsk, yang hanya menempati urutan ketiga klasemen akhir penyisihan grup, yakni 2-3 di Madrid dan 0-2 di Kiev, Ukraina.
Ada salah satu sebab yang membuat performa labil Real Madrid. Zidane cenderung hanya mengandalkan pemain itu-itu saja, seperti gelandang Toni Kroos, Casemiro, Luka Modric, dan penyerang Karim Benzema. Padahal, sebagian dari pemain andalan itu sudah berusia di atas 30 tahun. Secara kualitas, mereka mungkin masih di level atas tetapi kecepatan sudah jauh berkurang.
Rencana regenerasi tim tidak benar-benar dijalankan oleh pelatih berusia 48 tahun tersebut. Manajemen telah mendatangkan sejumlah pemain muda untuk meremajakan tim, seperti Vinicius Junior (20), Rodrygo (20), Federico Valverde (22), Martin Odehaard (22), hingga Eder Militao (23). Mereka itu sepatutnya sudah diberikan kesempatan menjadi bagian inti tim.
Nyatanya, para pemain muda itu hanya diberikan kesempatan bermain di laga-laga yang dianggap kurang penting. Secara tidak langsung, mental bertanding mereka tidak teruji dalam laga-laga krusial, termasuk waktu tambahan menghadapi Alcoyano kemarin. ”Ada celah besar antara pemain sukses (yang sudah jadi) dan pemain baru (pemain muda). Dia (Zidane) sepertinya tidak bisa melakukan transisi itu,” kata Balague.
Andai Zidane mampu mengatasi transisi antarpemain itu, boleh jadi permainan tim akan jauh membaik. Ditambah dengan raihan gelar juara di akhir musim, mungkin saja karier pelatih berdarah Aljazair itu bisa lebih panjang di klub yang pernah berjuluk ”Los Galacticos” tersebut.
Memikul tanggung jawab
Zidane dengan lapang dada siap memikul segala konsekuensi dari kekalahan tersebut. ”Saya memikul tanggung jawab (dari kekalahan ini) dan kami akan terus bekerja. Saya pikir para pemain bersama saya, tetapi Anda harus bertanya kepada mereka. Kami telah melakukan hal-hal bagus di musim ini. Kami harus berkonsentrasi pada hal-hal yang biasa dilakukan,” ujar pelatih kelahiran Marseille, Perancis, itu dikutip BBC.
Dalam laga itu, Real Madrid unggul lebih dahulu lewat gol bek Militao di menit ke-45. Namun, di pengujung laga, tuan rumah Alcoyano mampu menyamakan kedudukan lewat gol bek pengganti Jose Solbes di menit ke-80. Pertandingan pun dilanjutkan ke waktu tambahan dengan waktu 2 x 15 menit.
Real Madrid memiliki peluang memenangi laga ketika tuan rumah harus bermain dengan 10 pemain usai gelandang pengganti Ramon Lopez Olivan diganjar kartu merah di menit ke-110. Naas bagi Madrid, tuan rumah justru bisa mencuri gol melalui gelandang Juan Antonio Casanova Vidal di menit ke-115 atau lima menit sebelum laga usai. Hingga peluit panjang tanda laga berakhir, Marcelo dan kawan-kawan tak bisa mengubah skor itu sehingga tersingkir dari perebutan gelar Copa del Rey musim ini.
Barca menang
Dalam laga lain Piala Raja Spanyol, Jumat (22/1/2021), seteru abadi Real Madrid, Barcelona, justru memenangi laga atas klub divisi tiga, Cornella, 2-0. Sama halnya dengan Madrid, Barca harus menjalani laga dengan waktu tambahan. Gol ”Blaugrana” lahir di menit ke-92 oleh penyerang Ousmane Dembele dan di menit ke-120 oleh penyerang Martin Braithwaite.
Namun, Pelatih Barcelona Ronald Koeman tidak puas dengan hasil tersebut. Pelatih asal Belanda itu murka dengan para pemain yang gagal memanfaatkan dua hadiah penalti dalam laga waktu normal, yakni kegagalan penalti dengan algojo Miralem Pjanic di menit ke-39 dan Dembele di menit ke-80.
Anda mungkin gagal melakukan penalti dalam suatu laga. Namun, Anda tidak bisa melakukan kegagalan hingga dua kali dalam satu laga.
Karena itu pula, Barca harus menguras energi melalui waktu tambahan. ”Anda mungkin gagal melakukan penalti dalam suatu laga. Namun, Anda tidak bisa melakukan kegagalan hingga dua kali dalam satu laga. Tim tampaknya mengalami kerusakan fisik yang tidak normal dalam laga ini,” tutur Koeman dikutip Infobae.com, Jumat.
Secara keseluruhan, permainan Barca tidak jauh lebih baik selepas takluk 2-3 dari Athletic Bilbao di final Piala Super Spanyol, Senin (18/1/2021). ”Lawan memang memainkan permainan yang bagus, penjaga gawang mereka adalah yang terbaik. Namun, kami harus menganalisis dan berbicara tentang mengapa kami gagal (melakukan dua kali penalti) dan mengapa kami harus bermain hingga 120 menit sekali lagi (usai melawan Bilbao),” kata Koeman. (AFP/REUTERS)