Hujan lebat kembali menyebabkan banjir dan longsor di berbagai lokasi di Manado, Sulawesi Utara. Ini adalah kali kedua dalam sepekan terakhir.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·3 menit baca
MANADO, KOMPAS — Hujan lebat kembali menyebabkan banjir dan longsor di sejumlah lokasi di Manado, Sulawesi Utara, Jumat (22/1/2021). Bencana hidrometeorologis ini adalah yang kedua kali dalam kurun sepekan setelah pada Sabtu (16/1/2021) longsor yang disebabkan hujan deras menewaskan enam orang.
Hujan berintensitas lebat mengguyur Manado sejak kira-kira pukul 12.00 Wita. Hujan sempat berhenti sementara, tetapi kembali turun sekitar pukul 14.00 Wita dan belum berhenti hingga pukul 18.00 Wita. Aliran listrik di beberapa kelurahan di Kecamatan Malalayang, Tikala, Wenang, dan Wanea terputus hingga berita ini diturunkan.
Sebelumnya, pada pukul 14.05 Wita, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah menyiarkan peringatan dini adanya cuaca ekstrem di sembilan kabupaten/kota, termasuk Manado dan daerah di sekitarnya, yaitu Minahasa, Minahasa Utara, dan Tomohon. Kondisi diperkirakan berlangsung hingga pukul 16.50 Wita, tetapi nyatanya hujan tak kunjung reda.
Banjir setinggi 80-100 sentimeter telah menggenangi Kelurahan Ranotana Weru. Di Tikala Baru, banjir telah masuk ke rumah-rumah warga. Adapun air sungai di Kelurahan Bahu telah meluap dengan warna coklat keruh. Air bahkan juga menggenangi Jalan Boulevard Piere Tendean, salah satu jalan utama di Manado.
Di Facebook, warga mulai melontarkan laporan area rumah mereka tergenang air sehingga mereka terisolasi. Jessica Sumilat, warga Teling Tingkulu, menyatakan melalui siaran langsung bahwa wilayah lingkungan (setara RT) 8 telah terisolasi oleh banjir dan longsor. Pada siaran itu, air setinggi 1 meter telah masuk ke rumah.
Indri Rauan, warga Perumahan Kawangkoan Baru di perbatasan antara Manado dan Minahasa Utara, menyerukan permintaan bantuan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas). Menurut dia, ada anak berusia 8 tahun yang hanyut terbawa arus banjir yang mengalir deras ke drainase Jalan Tol Manado-Bitung.
”Sudah banyak orang ke jalan tol, ke got tempat anak itu hanyut. Katanya aliran akan tembus ke sungai di wilayah Paal II,” tulis Indri yang tinggal di blok C perumahan itu, tepat di belakang jalan tol.
Sementara itu, lalu lintas antara Manado dan Tomohon juga terhambat akibat longsoran tanah di wilayah Pineleng. Warga belum berani menggunakan jalan alternatif karena risiko longsor pula. Adapun di dalam kota Manado, kemacetan terjadi di berbagai titik karena genangan air sudah sangat tinggi dan pohon-pohon tumbang.
Hingga kini, belum diketahui adanya korban jiwa ataupun jumlah warga yang harus mengungsi akibat banjir. Tim SAR dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) masih menghimpun informasi dampak hujan deras.
Prakirawan Stasiun Meteorologi Sam Ratulangi Manado Ben Arther Molle mengatakan, hujan deras berintensitas lebat dalam durasi lama disebabkan adanya sirkulasi siklonal yang terbentuk perbedaan tekanan udara di Laut China Selatan (1.008 milibar) dan Samudra Pasifik (998 milibar).
Hujan lebat diprediksi paling sering turun pada siang hari, yaitu pukul 11.00-18.00 Wita.
”Massa udara yang bertemu di Sulut adalah massa udara basah dari Samudra Pasifik sebelah barat. Kelembaban udara di lapisan bawah hingga atas sangat basah. Ini mendukung terbentuknya awan kumulonimbus di Sulut, khususnya Manado dan sekitarnya,” kata Ben Arther.
BMKG memperkirakan hujan berintensitas ringan sampai lebat masih dapat turun selama sepekan ke depan, dimulai dari Sabtu (23/1/2020). Hujan lebat diprediksi paling sering turun pada siang hari, yaitu pukul 11.00-18.00 Wita. Suhu berkisar 19-32 derajat celsius di 15 kabupaten/kota di Sulut dengan kecepatan angin 5-25 knot.
”Warga di wilayah yang berpotensi hujan sedang hingga lebat diharapkan berhati-hati dan tanggap terhadap potensi bencana hidrometeorologis. Yang kerap terjadi di Manado tentunya banjir dan tanah longsor,” kata Ben Arther.
Pekan lalu, enam orang tewas akibat tanah longsor di tiga kelurahan. Dalam kunjungannya pada Rabu (20/1/20221), Menteri Sosial Tri Rismaharini menyatakan akan mengusulkan kepada pemerintah pusat untuk mengadakan pintu air dan pompa untuk mengatasi banjir serta rumah susun untuk merelokasi warga yang tinggal di area rawan longsor.