Koperasi Sang Timur demi Petani yang Lebih Makmur
Hampir 14 tahun berkiprah, Credit Union Sang Timur menjelma sebagai koperasi kredit yang mendorong kesejahteraan ribuan anggotanya yang sebagian besar petani. Inovasinya berupa kios pertanian berjejaring dikembangkan,
Hampir 14 tahun berkiprah, Credit Union Sang Timur terus berkembang sebagai koperasi kredit yang perlahan mendorong kesejahteraan ribuan anggotanya yang sebagian besar petani. Inovasi berupa kios pertanian berjejaring dikembangkan bersama anggota demi kemudahan memenuhi kebutuhan pertanian anggotanya.
”Dasar kekeluargaan itulah dasar hubungan istimewa pada koperasi. Di sini tidak ada majikan dan buruh, melainkan usaha bersama di antara mereka yang sama kepentingan dan tujuannya”. (Mohammad Hatta)
Sesuai semangat Bung Hatta, Koperasi Credit Union (CU) Sang Timur Banyuwangi berhasil mengembangkan usaha berbasis kemitraan bersama anggotanya. Upaya ini bukanlah usaha meningkatkan aset koperasi, tetapi justru upaya meningkatkan kesejahteraan anggota.
Seperti biasanya, Wiyono (39) disibukkan dengan pekerjaannya merawat kebun buah naga, cabai besar, dan jeruk miliknya di Desa Temurejo, Kecamatan Bangorejo, Banyuwangi. Setelah memanen 2 ton buah naga dari lahan seluas 250 meter pada minggu lalu, kini Wiyono hanya perlu melakukan perawatan terhadap sejumlah buah yang belum ikut dipanen saat itu.
”Harga jual buah naga saat musim panen ini hanya Rp 2.500 sampai Rp. 3.000 per kg. Maklum, karena panen berlimpah. Nanti kalau panenan musim lampu (budidaya buah naga menggunakan lampu) bisa tembus Rp 8.000 sampai Rp 9.000 per kg,” ujar Wiyono, Kamis (7/1/2021).
Petani seperti Wiyono kerap dihadapkan pada tidak stabilnya harga jual. Hal ini yang membuat ia kerap kesulitan untuk kembali memulai tanam. Tak jarang keuntungan yang ia dapatkan tak cukup untuk menjadi modal di masa tanam selanjutnya.
Baca juga: Penyinaran Lampu Bantu Petani Buah Naga di Banyuwangi Panen Sepanjang Tahun
Beruntung, Wiyono bergabung dengan CU Sang Timur Banyuwangi. CU atau yang biasa dikenal dengan nama koperasi kredit merupakan lembaga keuangan simpan pinjam yang dikelola oleh anggota demi kesejahteraan anggotanya.
Kesejahteraan yang dijanjikan CU Sang Timur membuat Wiyono bergabung sejak tahun 2017. Selama itu pula ia merasakan aneka kemudahan yang ditawarkan sehingga mempermudah dirinya mengakses aneka kebutuhan pertanian.
”Sebagai anggota CU, saya bisa membeli kebutuhan pertanian di kios-kios pertanian jaringan CU Sang Timur dengan sistem kredit sehingga saat harga sedang anjlok, saya masih tetap bisa beli pupuk tanpa harus langsung membayar. Nanti saat harga panen sedang tinggi, saya bisa membayar kekurangannya,” tuturnya.
Tak hanya kemudahan itu yang didapat. Kios pertanian yang berjaringan dengan CU Sang Timur juga menjual aneka kebutuhan dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan kios pertanian lainnya.
”Lumayan, harga pupuk bisa lebih murah Rp. 1.000 sampai Rp 2.000 jika dibandingkan kios pertanian lainnya,” ungkap Wiyono.
Baca juga: Demokratisasi dengan Koperasi ”Credit Union”
Kios pertanian menjadi salah satu unit usaha CU Sang Timur. Kios-kios tersebut dikelola anggota CU Sang Timur. Keberadaan kios pertanian juga menjadi upaya CU Sang Timur dalam menyejahterakan anggotanya.
Salah satu pemilik kios pertanian yang juga anggota CU Sang Timur ialah Luna Anggraini (37). Baru enam bulan terakhir ini ia membuka kios pertanian yang berjejaring dengan CU Sang Timur tersebut.
Sebagai anggota CU, saya bisa membeli kebutuhan pertanian di kios-kios pertanian jaringan CU Sang Timur dengan sistem kredit sehingga saat harga sedang anjlok, saya masih tetap bisa beli pupuk tanpa harus langsung membayar. Nanti saat harga panen sedang tinggi, saya bisa membayar kekurangannya. (Wiyono)
Luna semula hanya petani buah naga yang memanfaatkan pekarangan rumah. Luna hanya mendapat Rp 300.000 per bulan dari usahanya itu. CU Sang Timur lantas mendampingi Luna agar memberanikan diri membuka kios pertanian.
Luna hanya perlu menyediakan lahan, bangunan, dan sedikit modal untuk membeli aneka kebutuhan pertanian yang akan ia jual. Ia tidak perlu susah payah mencari distributor karena barang-barang kebutuhan itu akan dipasok oleh CU Sang Timur.
”Saya tidak perlu susah payah kulakan. Ada petugas dari CU Sang Timur yang akan mengantar ke kios kami. Kami juga tidak perlu khawatir kalau ada barang yang tidak laku karena petugas akan menukar barang tersebut ke kios berjaringan lainnya,” tuturnya.
Baca Juga: Koperasi Kredit Topang Perekonomian Desa
Luna mengatakan, CU Sang Timur juga memberikan pendampingan dalam upaya pengembangan usaha kios-kios yang ada dalam jaringannya. Luna merasakan, ia tidak hanya diajak mencari keuntungan, tetapi juga mengembangkan usaha.
Hal itu tampak dari jumlah barang yang dijual dikios Karya Tani milik Luna. Dulu luna hanya menjual peralatan pertanian, kini Luna juga menjual pupuk, obat-obatan pertanian, hingga bibit aneka tanaman.
”Sekarang pemasukan saya bisa 10 kali lipat lebih besar. Salah satu dampaknya, tabungan saya di CU Sang Timur yang biasanya maksimal Rp 1 juta per bulan, sekarang bisa menabung minimal Rp 2 juta per bulan,” tuturnya.
Luna dan Kios Karya Tani adalah satu dari enam kios yang masuk dalam jejaring CU Sang Timur. Konsep usaha berjejaring ini menjadi unit usaha yang dikembangkan CU Sang Timur untuk menyejahterakan anggotanya.
Kios pertanian
Unit usaha perdagangan kebutuhan pertanian dipilih karena 60 persen anggota CU Sang Timur ialah petani. Awalnya CU Sang Timur mendirikan toko pertanian milik koperasi. Melihat peluang perkembangan usaha, sejumlah anggota diajak untuk membuka usaha serupa.
Baca juga: Koperasi Belum Jadi Soko Guru Ekonomi
”Sebenarnya kami mampu mendirikan kios-kios cabang milik CU di sejumlah tempat. Tapi kami ingin solider dan mengembangkan perekonomian anggota. Kalau kesejahteraan anggota bisa meningkatkan berkat usaha perdagangan, kenapa hal itu tidak dilakukan? Akhirnya kami ajak anggota untuk membuat kios pertanian sebagai mitra kami,” tutur Manajer CU Sang Timur Andreas Gian Purwoko.
Sistem mitra dengan kios berjaringan dipilih karena dinilai lebih menguntungkan daripada para anggota harus membuat tokonya mandiri. Gian mengatakan, dengan bermitra, para pemilik kios tidak disibukkan dengan mencari distributor atau suplier produk pertanian.
Kios berjejaring juga memungkinkan para pemilik kios belanja bersama sehingga bisa mendapatkan harga lebih murah, bahkan langsung menembus pabrikan. Selain itu, kios berjejaring juga membuat barang yang tidak laku di satu kios bisa coba ditawarkan di kios lain sehingga meminimalkan barang dagangan mengendap karena tidak laku.
CU Sang Timur, tutur Gian, didirikan pada 31 Maret 2007 dengan jumlah anggota awal 30 orang yang terdiri atas karyawan dan guru Katolik. Kini, CU Sang Timur semakin membuka diri dan tumbuh hingga memiliki 2.565 anggota.
Baca juga: Koperasi BPR Tawang Alun Ditutup, LPS Minta Nasabah Tidak Panik
Semangat meningkatkan kesejahteraan anggota koperasi yang dilakukan CU Sang Timur diapresiasi oleh Dinas Koperasi, Usaha Mikro, dan Perdagangan Banyuwangi. Upaya CU Sang Timur diharapkan dapat menjadi contoh bagi koperasi-koperasi lain.
”Di Banyuwangi terdata ada 889 koperasi. Namun, yang aktif hanya 494 koperasi. CU Sang Timur ini bisa menjadi contoh keberhasilan koperasi dalam menyejahterakan anggotanya. Koperasi yang baik itu, ya, koperasi yang memikirkan anggotanya, bukan hanya memikirkan aset koperasi saja,” ujar Nanin Oktaviantie, Kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro, dan Perdagangan Banyuwangi.
Hal itu sesuai dengan yang termaktub dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 25 tentang Perkoperasian yang menyebut bahwa koperasi memang didirikan untuk menyejahterakan anggota dan membangun perekonomian nasional.