Dipicu Kluster Gempa Bumi, Pasien Covid-19 di Mamuju Meningkat
›
Dipicu Kluster Gempa Bumi,...
Iklan
Dipicu Kluster Gempa Bumi, Pasien Covid-19 di Mamuju Meningkat
Kenaikan jumlah pasien penderita Covid-19 terjadi di Rumah Sakit Umum Daerah Sulawesi Barat. Peningkatan terjadi setelah hadirnya kluster korban gempa bumi pekan lalu.
Oleh
videlis jemali/ikhsan mahar
·4 menit baca
MAMUJU, KOMPAS — Rumah Sakit Umum Daerah Sulawesi Barat di Mamuju mencatat kenaikan jumlah pasien penderita Covid-19. Peningkatan terjadi setelah hadirnya kluster korban gempa bumi pekan lalu.
Hingga Sabtu (23/1/2021), RSUD Sulbar menangani 252 penyintas gempa. Dari jumlah itu terdapat tujuh orang menunjukkan hasil positif dari tes usap antigen yang dilakukan pihak RSUD Sulbar sejak Senin (18/1/2021).
Jumlah itu lebih banyak dari angka korban meninggal dunia setelah menjalani tindakan medis di RSUD Sulbar, yakni enam orang. Pasien korban gempa yang dirawat dan tidak terinfeksi Covid-19 hanya tersisa 30 orang.
Sebelum gempa terjadi, RSUD tengah merawat tujuh pasien Covid-19. Secara total, pasien Covid-19 yang tengah menjalani proses rawat inap di rumah sakit itu berjumlah 14 orang.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, dalam satu pekan terakhir, Sulbar mencatatkan penambahan kasus baru Covid-19 sebanyak 16 kasus. Jumlah total kasus Covid-19 hingga Sabtu kemarin sebanyak 2.790 kasus.
Kepala Bagian Perencanaan RSUD Sulbar Wahyuddin menuturkan, pihaknya menjadi rujukan utama bagi pasien Covid-19 di Sulbar. Ketika tiga hari awal setelah gempa, kata Wahyuddin, RSUD Sulbar belum terlalu ketat memantau potensi penyebaran Covid-19 kepada pasien karena keterbatasan fasilitas penunjang.
Namun, setelah pasokan alat tes usap telah tiba dari berbagai sumber, seperti Kementerian Kesehatan hingga organisasi sukarelawan, pemeriksaan Covid-19 diberlakukan kepada seluruh korban gempa yang menjalani perawatan, ratusan tenaga kesehatan, serta sukarelawan di RSUD Sulbar.
”Dengan peningkatan pesat temuan kasus Covid-19, kami memperketat prosedur standar operasi kepada korban gempa, terutama mewajibkan tes usap kepada korban gempa sebelum mendapatkan perawatan, kemudian pasien yang positif Covid-19 ditempatkan di ruang perawatan khusus,” kata Wahyuddin di RSUD Sulbar, Sabtu (23/1/2021).
Untuk menangani pasien Covid-19, RSUD Sulbar menyiapkan empat tenda di sisi barat gedung utama rumah sakit. Dua tenda besar berwarna jingga yang masing-masing berukuran sekitar 6 meter x 12 meter menjadi tempat bagi pasien Covid-19 bergejala berat menjalani rawat inap.
Lalu, satu tenda berukuran serupa berwarna biru, yang berada di sisi utara gedung RSUD Sulbar, diperuntukkan bagi pasien Covid-19 bergejala ringan. Terdapat tiga pasien di dalam tenda itu pada Sabtu kemarin.
Ketiganya merupakan pasien yang menjalani operasi akibat menderita patah tulang, Kamis (21/1/2021). Selain tiga tenda itu, RSUD Sulbar juga telah menyediakan satu tenda lain untuk mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19 dari kluster korban gempa.
”Selain korban gempa, kami juga menemukan satu tenaga kesehatan positif Covid-19. Namun, karena tak bergejala, maka ia melakukan isolasi mandiri di tempat yang telah ditentukan Dinas Kesehatan Sulbar,” ujar Wahyuddin.
Untuk korban gempa yang tidak terinfeksi Covid-19, RSUD Sulbar mendirikan empat tenda yang juga berukuran sekitar 6 meter x 12 meter di sisi timur gedung utama.
Dalam kesempatan terpisah, Kepala Dinkes Sulbar Alif Satria menyebutkan, selain di RSUD Sulbar, pihaknya juga telah menyiapkan ruang perawatan khusus pasien Covid-19 di Rumah Sakit Bhayangkara Hoegeng Imam Santoso dan KRI dr Soerharso.
Selain korban gempa, kami juga menemukan satu tenaga kesehatan positif Covid-19. Namun, karena tak bergejala, maka ia melakukan isolasi mandiri di tempat yang telah ditentukan Dinas Kesehatan Sulbar.
Rumah Sakit Bhayangkara Hoegeng Imam Santoso, yang menjadi salah satu dari dua rumah sakit rujukan korban gempa di Mamuju, menyiapkan deteksi dini untuk mengantisipasi korban gempa terpapar Covid-19. Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Kepolisian Daerah Sulbar Komisaris Besar Asmarahadi menyatakan, pihaknya telah memberlakukan tes usap antigen kepada pasien korban gempa.
”Kami bukan rujukan utama pasien Covid-19 sehingga tes usap itu hanya diberlakukan kepada korban gempa yang memiliki indikasi Covid-19, seperti demam tinggi dan gangguan saluran pernapasan,” ujar Asmarahadi.
Adapun satu dari tujuh korban gempa yang positif Covid-19 di RSUD Sulbar merupakan rujukan dari RS Bhayangkara Hoegeng Imam Santoso. Seorang pasien itu ialah ibu hamil yang dirujuk sejak Jumat (22/1/2021).
Lebih lanjut, Alif Satria menjelaskan, pihaknya telah merencanakan tes Covid-19 kepada seluruh penyintas gempa. Tes itu akan dilaksanakan baik di pos pengungsian terpusat maupun para pengungsi yang mendirikan tenda pengungsian secara swadaya. Meski begitu, Alif mengakui ada resistensi dari penyintas terkait tes Covid-19 itu.
”Ini butuh edukasi dan hal ini tugas semua pihak,” kata Alif di sela-sela rapat koordinasi penanganan bencana, Sabtu, di Posko Induk Gubernur Sulbar.
Merujuk data Badan Nasional Penanggulangan Bencana, terdapat 30.353 penyintas terdampak gempa. Mereka berada di dua kabupaten, yakni Mamuju dan Majene. Alif menyatakan, mayoritas tak patuh protokol kesehatan karena berkerumun dan enggan memakai masker.
Dalam sejumlah pengamatan hal tersebut gamblang di lapangan. Pembagian bantuan juga turut mengundang kerumunan penyintas. Meski demikian, secara perlahan pemandangan penyintas memakai masker di posko pengungsian sudah jamak terlihat, misalnya di dua lokasi posko induk pengungsian di Stadion Manakarra, Mamuju, dan gerbang kota Mamuju dari arah Palu, Sulawesi Tengah.
Saat ditanya apakah jumlah kasus Covid-19 terkait dengan pengungsian, Alif tidak menjawabnya secara gamblang. Ia hanya menyatakan sebelum bencana kasus Covid-19 telah meningkat.