Investasi merupakan aktivitas pengelolaan keuangan yang terbilang kompleks. Ada beberapa hal yang mesti jadi pertimbangan sebelum memutuskan berinvestasi. Tak ada alasan untuk latah berinvestasi.
Oleh
PRITA HAPSARI GHOZIE
·4 menit baca
Your money your responsibility. Pernahkah mendengar kalimat tersebut? Jika diterjemahkan, setiap individu harus bertanggung jawab atas setiap harta yang dititipkan kepadanya.
Sayangnya, saat ini menurut pengamatan saya, masih banyak yang belum mampu melaksanakannya dengan baik. Kasus sehari-hari yang terjadi di masyarakat Indonesia menjadi buktinya. Sebut saja tertipu skema penipuan berkedok investasi, mengambil risiko investasi yang berlebihan, meski tanpa bekal ilmu yang cukup. Lantas, saat terjadi masalah, mereka mulai mencari pertolongan, bahkan mencari kambing hitam.
Sejak tahun 2020 hingga saat ini, jumlah investor di pasar modal ataupun bursa berjangka terus meningkat. Menurut data yang ada, peningkatan investor ada pada pembelian reksa dana di pasar modal dan pembelian aset mata uang kripto di bursa berjangka.
Di dunia pendanaan digital, lender (pemberi pinjaman) di platform pendanaan P2P lending juga terus meningkat. Sayangnya, inklusi ini terkadang tidak didahului dengan literasi. Sebagai contoh, membeli aset kripto berbasis koin emas. Ada ribuan warga masyarakat yang terkena modus penipuan ini. Ada yang tidak kalah fantastis, banyak juga korban penanaman suntik modal alat kesehatan yang merugi hingga total triliunan rupiah.
Namun, yang tidak kalah menarik adalah kisah beberapa investor pasar modal resmi yang akhirnya menderita kerugian investasi akibat penurunan harga saham pilihannya. Tampak biasa saja bukan? Sayangnya, dana investasi yang digunakan berasal dari dana pinjaman daring, dana arisan kompleks perumahan, bahkan ada juga yang mengambil dana pendidikan anaknya.
Para pembaca Kompas nan budiman, investasi adalah suatu aktivitas dalam pengelolaan keuangan yang terbilang kompleks, meskipun untuk melaksanakannya sudah menjadi sangat sederhana. Kompleks dalam arti ketika mengambil keputusan investasi, ada beberapa pertimbangan yang seharusnya diutamakan. Meskipun kolom ini kerap mengedukasi pentingnya berinvestasi, hal ini tidak menjadi alasan bagi Anda untuk latah berinvestasi.
Pertama, semua keputusan investasi wajib didahului dengan penentuan tujuan keuangan. Sederhananya, saya akan menggunakan contoh niat berkunjung ke Bali dari Jakarta. Maka, sangat jelas tujuannya adalah mencapai Pulau Bali. Untuk menuju ke Bali, manusia perlu menggunakan kendaraan, yang pilihannya bisa berupa mobil, bus, kapal laut, hingga pesawat terbang. Lalu, pilih yang mana? Tentu saja tergantung dari risiko berkendara mana yang sanggup Anda ambil, berapa lama waktu yang dimiliki untuk mencapai Bali, dan tentu saja uang yang dimiliki.
Analogi itu saya terjemahkan menjadi tujuan keuangan yang mungkin untuk dana naik haji, dengan harapan lima tahun lagi, maka dengan profil yang konservatif dan dana yang cukup, emas dapat menjadi pilihan kendaraan untuk mencapai tujuan. Jika pada faktanya emas mengalami kenaikan harga luar biasa, maka sederhananya Anda mencapai tujuan lebih cepat dari perkiraan.
Kedua, bekal ilmu sebelum memutuskan kendaraan inevstasi. Saat berinvestasi baik di produk pasar modal, pasar uang, maupun komoditas, maka ilmu yang cukup itu adalah suatu keharusan. Tanpa bekal ilmu, saya ibaratkan Anda mengemudi mobil tanpa memiliki pengalaman dan bahkan surat izin mengemudi (SIM). Sampai atau tidaknya Anda ke tujuan menjadi faktor keberuntungan semata atau bahasa kerennya pushing your luck. Pertanyaannya, sampai kapan Anda mampu untuk beruntung?
Sejarah mencatat bahwa hampir tidak ada individu ataupun manajer keuangan yang secara konsisten dapat senantiasa outbeat the market. Dengan demikian, strategi investasi yang benar sebaiknya diterapkan. Apabila Anda lihai dalam berkendara, maka opsi berinvestasi secara mandiri menjadi sangat menarik. Namun, apabila belum, maka tidak ada salahnya untuk minta dibantu oleh ”sopir” investasi, dalam hal ini adalah manajer investasi yang berpengalaman, bereputasi baik, serta telah mengantongi izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Sejarah mencatat bahwa hampir tidak ada individu ataupun manajer keuangan yang secara konsisten dapat senantiasa outbeat the market.
Ketiga, modal investasi. Apa pun posisi Anda saat ini dalam hal pekerjaan, status keluarga, dan lainnya, memiliki dana darurat dalam pengelolaan keuangan adalah hal yang wajib. Silakan mulai berinvestasi setelah memiliki dana darurat setidaknya 1-3 kali pengeluaran rutin bulanan. Setelahnya, pastikan untuk berinvestasi dengan dana pribadi. Mengambil pinjaman untuk berinvestasi di dunia keuangan adalah praktik yang umum dikenal dengan nama margin lending, margin trading, atau borrowing to invest. Risiko besar dari praktik itu adalah jika untung menjadi berlipat dan jika buntung juga berlipat. Hasil investasi adalah sebuah ketidakpastian, sedangkan pengembalian pinjaman modal ataupun bunganya adalah sebuah kepastian.
Revolusi dunia digital sangat berpengaruh dalam hal cara mengelola keuangan di masa kini. Mulai dari sumber informasi yang tidak terfilter, muncul ahli investasi dadakan berbekal pengalaman pribadi, hingga kebiasaan pamer portofolio serta jumlah cuan yang sudah berlipat.
Percaya atau tidak, semakin banyak calon investor yang pushing their luck, akan semakin suram masa depan generasi selanjutnya. Investasi adalah suatu kendaraan yang diperlukan untuk mencapai berbagai tujuan. Namun hati-hati, jangan sampai Anda ikut latah berinvestasi. Tidak masalah untuk ketinggalan kereta, asalkan pada akhirnya Anda memiliki gerbong yang tepat, sesuai, dan akhirnya mencapai tujuan.