Gamang dengan Ancaman Merapi, Pengungsi di Magelang Pilih Bertahan
›
Gamang dengan Ancaman Merapi, ...
Iklan
Gamang dengan Ancaman Merapi, Pengungsi di Magelang Pilih Bertahan
Sebagian pengungsi di Kabupaten Magelang ragu untuk pulang. Selain status tanggap darurat erupsi Merapi yang belum berakhir, mereka pun khawatir ancaman erupsi Gunung Merapi berubah lagi.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Sebagian warga lereng Gunung Merapi di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, untuk sementara memilih bertahan di lokasi pengungsian. Selain karena status tanggap darurat bencana erupsi Merapi belum berakhir, mereka khawatir aktivitas vulkanik dan pemetaan dampak bencana erupsi akan kembali berubah.
Dasri, salah seorang koordinator pengungsi asal Dusun Babadan I, Desa Paten, Kecamatan Dukun, mengatakan, warga belum meninggalkan pengungsian karena menilai aktivitas vulkanik Gunung Merapi cenderung berubah-ubah. Meski ancamannya berubah, warga masih berpotensi diungsikan kembali.
Dasri mengatakan, pihaknya pun tidak bisa sembarangan memulangkan pengungsi karena yang berada di pengungsian adalah warga dari kelompok rentan. ”Bolak-balik kampung-pengungsian justru akan menimbulkan trauma dan berdampak buruk bagi kesehatan kelompok rentan, terutama bagi warga lanjut usia (lansia),” ujarnya, Minggu (24/1/2021).
Seperti diberitakan sebelumnya, rekomendasi terbaru Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), bahaya erupsi Merapi saat ini berupa guguran lava dan awan panas ke sektor selatan barat daya yang meliputi Sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Sungai Putih, sejauh maksimal lima kilometer dari puncak.
Kelompok rentan yang dimaksudkan terdiri dari warga lansia, ibu hamil, ibu menyusui, warga difabel, dan anak-anak. Sebanyak 265 warga dari kelompok rentan di Dusun Babadan I kini mengungsi di Balai Desa Banyurojo, Kecamatan Mertoyudan.
Aktivitas vulkanik Gunung Merapi yang cenderung berubah-ubah dan status tanggap darurat bencana erupsi hingga 14 Februari 2021 memang membuat warga ragu untuk pulang. Dasri mengatakan, warga memutuskan melihat perkembangan situasi dan memilih bertahan di pengungsian setidaknya hingga akhir Januari.
Sama seperti Dasri, Suchini, salah seorang koordinator pengungsi asal Dusun Babadan II, Desa Paten, mengatakan, pihaknya tidak ingin terburu-buru menggerakkan pengungsi untuk pulang karena khawatir situasi masih mungkin berubah.
”Kami khawatir saat nantinya baru saja berada di rumah, warga tiba-tiba saja diminta kembali mengungsi,” ujarnya.
Pada kondisi saat ini, menurut dia, aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih patut diwaspadai. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, warga Dusun Babadan II memilih menunggu keputusan dan instruksi lebih lanjut dari Pemerintah Kabupaten Magelang.
Bertahan di pengungsian sengaja dipilih warga karena dianggap menjadi solusi paling aman.
Bertahan di pengungsian, menurut dia, sengaja dipilih karena dianggap menjadi solusi paling aman. Kendati demikian, hal itu sebenarnya juga tidak menyenangkan. Selain karena warga terdesak kebutuhan mencari pendapatan dengan bertani di lahan, mereka merasa kurang nyaman di pengungsian karena stok logistik kian menipis.
”Kami sempat beberapa kali hanya makan nasi, sayur, dan kerupuk,” ujarnya. Makanan ringan yang biasanya bisa dinikmati setiap hari kini hanya tersedia dua atau tiga hari sekali. Namun, mereka menerima kondisi tersebut karena saat ini tidak ada pilihan lain kecuali bertahan di pengungsian.
Dalam kesempatan terpisah, Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang Supranowo mengatakan, terkait perubahan pemetaan dampak bencana erupsi Merapi, BPBD Kabupaten Magelang sebenarnya tidak merespons dengan memulangkan pengungsi. Namun, pihaknya juga tidak bisa melarang pengungsi untuk pulang.
Oleh karena Gunung Merapi masih bertatus Siaga (Level III), semua pihak diminta tetap meningkatkan kewaspadaan. ”Selama status Merapi Siaga, kami pun juga meminta semua pengungsian tetap siap menerima pengungsi kapan pun diperlukan,” ujarnya.
Jika sebelumnya disiapkan sembilan lokasi pengungsian, maka pada Sabtu (23/1/2021), hanya tinggal dua lokasi yang dihuni pengungsi. Adapun, jumlah pengungsi di dua lokasi tersebut terdata 333 orang. Terkait logistik, Supranowo mengatakan, pihaknya, bekerja sama dengan dinas sosial akan tetap berupaya mencukupi kebutuhan pengungsi.
Oleh karena dana penanganan bencana yang diambilkan dari bantuan tak terduga (BTT) belum juga cair, Pemerintah Kabupaten Magelang akan berupaya mencarikan sejumlah toko atau warung terdekat di sekitar pengungsian, yang bisa membantu menyediakan kebutuhan pengungsi dengan sistem utang.