Manajer Manchester United Ole Gunnar Solskjaer mengingat memori indah tahun 1999 sebagai motivasi untuk menghadapi Liverpool di ajang Piala FA. Kali ini, Solskjaer berusaha menciptakan keajaiban dari pinggir lapangan.
Oleh
DOMINICUS HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
MANCHESTER, SABTU — Manchester United kembali menjalani laga bergengsi melawan Liverpool pada putaran keempat Piala FA yang berlangsung di Stadion Old Trafford, Senin (25/1/2021) pukul 00.00 WIB. Bagi manajer MU Ole Gunnar Solskjaer, laga ini membangkitkan memori indah yang terjadi pada 22 tahun silam ketika ”Setan Merah” berhasil menyingkirkan Liverpool dan kemudian bisa menjuarai Piala FA.
Laga yang berlangsung pada 24 Januari 1999 itu menampilkan Solskjaer sebagai pahlawan yang mencetak gol kemenangan untuk menyingkirkan Liverpool pada putaran keempat dengan skor 2-1. Pada waktu itu, ia masih menjadi pemain yang berbahaya di tangan manajer Alex Ferguson dan sampai dijuluki ”the baby-faced assassin” (”pembunuh bertampang imut”).
Setelah menyingkirkan Liverpool, MU terus melangkah dan akhirnya menjuarai Piala FA musim 1998-1999 itu dengan mengalahkan Newcastle United, 2-0. Tahun 1999 merupakan masa kejayaan MU karena mereka mampu meraih gelar treble dengan menjuarai Piala FA, Liga Inggris, dan Liga Champions.
Solskjaer lagi-lagi menjadi pahlawan yang mencetak gol kemenangan pada final Liga Champions musim itu saat Setan Merah mengalahkan Bayern Muenchen, 2-1. MU masih bisa mereplika kejayaan treble tersebut pada musim ini, tetapi dengan rasa yang berbeda karena mereka telah tersingkir dari ajang Liga Champions dan turun derajat dengan bertarung di Liga Europa.
Tentu saja kami bisa mendapat beberapa pelajaran dari musim tersebut. Momen-momen pada masa itu memberikan keuntungan dari segi mentalitas.
Meski demikian, memori pada tahun 1999 itu sangat penting bagi Solskjaer untuk memotivasi timnya saat ini. ”Tentu saja kami bisa mendapat beberapa pelajaran dari musim tersebut. Momen-momen pada masa itu memberikan keuntungan dari segi mentalitas,” kata Solskjaer.
Berkaca dari peristiwa 22 tahun lalu, skuad Setan Merah menjadi semakin percaya diri. MU waktu itu bisa menyingkirkan Liverpool meskipun awalnya tertinggal 0-1 dan kembali menyingkirkan Liverpool pada laga nanti bukanlah hal yang mustahil. Apalagi, MU sedang dalam kondisi terbaiknya dan Liverpool sedang kehilangan taji.
Pekan lalu, kedua tim sudah bertarung di ajang Liga Inggris dan bermain imbang, 0-0. Namun, pada laga berikutnya, MU bisa menang atas Fulham 2-1 dan Liverpool secara mengejutkan dikalahkan Burnley, 0-1. Dalam lima laga terakhirnya di semua kompetisi, Liverpool baru menang sekali dan menelan dua kekalahan.
Liverpool bermasalah
Liverpool bahkan tidak mampu mencetak satu gol pun dalam empat laga terakhirnya di Liga Inggris dan masalah ini menjadi catatan terburuk ”Si Merah” dalam dua dekade terakhir. Tumpulnya lini serang Liverpool memang sedang menjadi masalah pelik bagi manajer Juergen Klopp. Trio penyerang maut Liverpool, yaitu Sadio Mane, Mohamed Salah, dan Roberto Firmino, seperti sedang kehabisan energi.
Klopp sebenarnya mendapati masalah utama di lini belakang ketika para bek utama cedera. Ia mengatasi masalah tersebut dengan menarik para gelandang, seperti Jordan Henderson dan Fabinho, untuk mundur sebagai bek tengah. Namun, masalah terbesar justru terjadi di lini serang.
Harapan Klopp untuk mendapatkan pemain baru untuk menambah kekuatan tim rupanya juga tidak mudah diwujudkan karena masalah finansial. Meski demikian, Klopp percaya timnya masih bisa bangkit kembali dengan komposisi skuad yang ada. ”Saya bukan anak lima tahun lagi yang menangis jika tidak mendapatkan apa yang saya inginkan,” kata Klopp menanggapi kenyataan sulitnya mendapatkan pemain baru.
Laga kontra MU pun menjadi momen penting bagi Liverpool untuk menunjukkan bahwa mereka masih bisa bangkit. Apalagi, Liverpool sudah 15 tahun tidak pernah bisa menjuarai Piala FA. Gengsi untuk bisa mengalahkan MU dan ambisi untuk kembali meraih trofi Piala FA bisa menjadi motivasi terbesar Si Merah pada laga ini.
Bagi pemain Liverpool, James Milner, yang lahir di Leeds dan tumbuh di lingkungan yang ”membenci” MU, laga ini menjadi sangat penting. ”Saya selalu ingin bisa mengalahkan mereka. MU jelas menjalani musim ini dengan baik dan sekarang bergantung kepada kami apakah bisa mengatasi perlawanan mereka,” kata Milner.
Arsenal tersingkir
Pada laga putaran keempat Piala FA lainnya yang berlangsung pada Sabtu malam, Arsenal tersingkir setelah dikalahkan Southampton, 1-0. Kekalahan ini menjadi tamparan bagi Arsenal yang merupakan juara bertahan dan tim yang paling banyak menjuarai turnamen ini (14 trofi).
Manajer Arsenal Mikel Arteta melakukan rotasi besar pada skuadnya dengan menjadikan pemain seperti Thomas Partey, Alexandre Lacazette, dan Bukayo Saka sebagai pemain cadangan. Hasilnya, Southampton bisa menang berkat gol bunuh diri bek Arsenal Gabriel Magalhaes pada menit ke-24.
Mereka akan melaju ke putaran kelima melawan Wolverhampton Wanderers yang menang melawan Chorley, 1-0, pada laga Sabtu dini hari WIB. ”Kami layak menang dan siap untuk menjalani laga berikutnya,” ujar gelandang Southampton, James Ward-Prowse, dikutip BBC. (AFP/REUTERS)