Vaksinasi di Sumatera Selatan belum menunjukan tren keberhasilan yang memuaskan. Itu karena cakupan vaksinasi yang masih rendah. Proses distribusi vaksinasi akan dioptimalkan agar segera terbentuk kekebalan komunal.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
PALEMBANG,KOMPAS—Vaksinasi di Sumatera Selatan belum menunjukan tren keberhasilan yang memuaskan. Itu karena cakupan vaksinasi yang masih rendah. Karena itu, warga diminta untuk tetap menerapkan protokol kesehatan dengan ketat sembari menunggu giliran vaksinasinya tiba.
Kepala Seksi Imunisasi dan Surveilans Dinas Kesehatan Sumatera Selatan Yusri, Senin (25/1/2021) menuturkan, sampai dengan 10 hari pelaksanaannya, cakupan vaksinasi di Sumsel masih rendah yakni sebanyak 2.778 orang atau hanya 5,81 persen dari total sasaran vaksinasi yakni sebanyak 54.024 orang. “Rendahnya cakupan vaksinasi karena distribusian vaksin yang masih di kecil yakni Kota Palembang dan Ogan Komering Ilir,” ucapnya Yusri.
Mengacu pada perhitungan Kepala Dinas Kesehatan Sumsel Lesty Nurainy, setiap satu hari Sumsel harus memvaksinasi sebanyak 16.680 orang. Berarti per 10 hari sekitar 166.800 orang. Namun sampai sekarang masih 2.778 orang
Pada Selasa (12/1/2021), Dinas Kesehatan Sumsel telah menyalurkan sebanyak 35.740 vial vaksin ke dua daerah yakni Palembang (29.340 vial) dan Kabupaten Ogan Komering Ilir (6.400 vial). Kemudian pada Senin (25/1/2021), sebanyak 23.200 vial ke lima daerah di Sumatera Selatan yakni Banyuasin (5.400 vial), Ogan Ilir (4.000 vial), Kota Prabumulih (4.920 vial), Penukal Abab Lematang Ilir (2.520 vial), dan Musi Banyuasin (6.360 vial). “Masih ada 880 vial vaksin yang tersimpan di gudang,” ucap Yusri.
Jumlah vaksin yang dikirim ini disesuaikan dengan kebutuhan vaksinasi yakni dua kali vaksin di daerah sasaran. Pengiriman vaksinasi ke daerah sasaran dilakukan sekaligus agar tidak ada kendala dalam penerapannya di lapangan.
Jadi setelah vaksinasi pertama tuntas, 14 hari berselang vaksinator bisa segera menjalankan lagi vaksinasi yang kedua. “Dua kali vaksinasi ini dibutuhkan agar tujuan vaksinasi yakni untuk membentuk kekebalan tubuh dapat terwujud,” kata Yusri.
Rencananya, lanjut Yusri, PT Bio Farma akan mengirim lagi 38.000 vial vaksin CoronaVac ke Palembang pada Senin (25/1/2021) malam. Setibanya di Palembang, vaksin tesebut akan segera didistribusikan ke tujuh daerah di Sumsel yang belum mendapatkan vaksin. Dia berharap, daerah yang sudah menerima vaksin bisa segera melakukan vaksinasi sehingga cakupan vaksinasi bisa diperluas.
Yusri menjelaskan untuk vaksinasi tahap pertama, sasarannya adalah sumber daya manusia kesehatan (SMDK) dan pelayan publik (ASN/TN/Polri). Vaksinasi pada SDMK ditargetkan tuntas pada Ferbuari 2021. Selanjutnya, vaksinasi akan menyasar ke aparatur pelayan publik hingga April 2021. Sementara untuk masyarakat umum akan dimulai pada April 2021-Maret 2022.
Yusri mengimbau masyarakat yang masih menunggu giliran vaksinasi agar tetap menjalankan protokol kesehatan secara ketat. “Di satu sisi kita mencegah agar tidak terjangkit atau menularkan Covid-19, di sisi lain kita divaksin agar imunitas tubuh meningkat. Dengan ini rantai penularan Covid-19 di Sumsel bisa terputus,” katanya.
Masyarakat yang masih menunggu giliran vaksinasi agar tetap menjalankan protokol kesehatan secara ketat. (Yusri)
Pakar Epidemiologi dari Universitas Sriwijaya Iche Andriyani Liberty menuturkan, untuk mencapai kekebalan komunal setidaknya sekitar 66 persen-70 persen dari total keseluruhan warga Sumsel perlu divaksin atau sekitar 5,7 juta warga.
Saat ini kondisi Covid-19 di Sumsel pun masih fluktuatif termasuk terkait perubahan zona.“Terkadang satu daerah yang awalnya jingga keesokan harinya bisa merah atau sebaliknya. Karena itu agar penularan tidak semakin meluas masyarakat diminta untuk menjalani protokol kesehatan," ujar Iche.
Ahli Mikrobiologi dari Universitas Sriwijaya, Yuwono menuturkan, walau sudah divaksin, risiko untuk tertular Covid-19 masih tetap ada. Diketahui, efikasi vaksin CoronaVac baru 65,3 persen, artinya sekitar 34,7 persen penerima vaksin masih berisiko tertular, hanya saja tidak separah dengan mereka yang belum divaksin.
Yuwono berharap agar proses mitigasi vaksinasi terhadap orang yang menerima vaksin juga dipeketat agar tidak menimbulkan korban. “Penerima vaksin diminta jujur untuk menyampaikan kondisinya. Petugas vaksinasi juga diimbau lebih jeli dalam menilai kondisi si penerima vaksin,” ucap Yuwono.
Dalam skenario vaksinasi, lanjut Yuwono, ada dua kemungkinan yang akan dialami oleh penerima vaksin setelah divaksinasi. Pertama adalah meningkatnya imunitas tubuh karena terbentuknya antibodi penetral (Neutralizing Antibody). Sebalinya jika vaksinasi gagal membentuk antibodi peneteral maka akan terbentuk Antibody-dependent enhancement, dimana penerima vaksin bisa sakit atau malah bisa berujung kematian.