Rumah Jadi Tempat Penyebaran, Hotel Isolasi di Cirebon Masih Sepi
›
Rumah Jadi Tempat Penyebaran, ...
Iklan
Rumah Jadi Tempat Penyebaran, Hotel Isolasi di Cirebon Masih Sepi
Hotel yang disiapkan untuk isolasi pasien Covid-19 di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, masih sepi. Padahal, hotel itu dapat mencegah kluster Covid-19 di rumah tangga.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS – Hotel The Radiant di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, yang menjadi tempat isolasi pasien Covid-19, masih sepi pasien. Padahal, hotel tersebut disiapkan untuk mengurangi penyebaran Covid-19 yang kerap terjadi di rumah pasien. Salah satu alasannya, tidak ada internet di tempat itu.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Eni Suhaeni, dari 41 kamar yang disiapkan untuk pasien Covid-19, baru sembilan kamar yang terisi. Sejak akhir pekan lalu, hotel yang berada di Jalan Gronggong itu menyediakan 78 tempat tidur bagi pasien Covid-19 tanpa gejala.
“Teman-teman di puskesmas sudah meminta pasien yang positif Covid-19 dan tanpa gejala untuk isolasi mandiri di Hotel The Radiant. Tapi, banyak yang tidak mau. Alasannya, tidak ada internet di sana. Kami tidak bisa memaksa,” ujar Eni, Senin (25/1/2021).
Di Hotel The Radiant, kebutuhan makan dan minum pasien ditanggung pemerintah. Pasien juga menikmati kamar hotel yang dilengkapi televisi hingga pendingin ruangan. Setiap pagi, pasien harus berjemur dan berolahraga.
Sebanyak 24 perawat dan empat dokter turut bersiaga. Berbagai fasilitas tersebut bisa digunakan hingga tiga bulan ke depan. Adapun anggaran yang disiapkan sekitar Rp 1,8 miliar.
Eni berharap, warga yang positif Covid-19 dan tidak mengalami gejala, seperti demam, sesak napas, dan batuk, agar menjalani isolasi di Hotel The Radiant. Sebab, rumah selama ini menjadi tempat penyebaran Covid-19. Apalagi, jika pasien tinggal di permukiman padat.
Selama ini, kluster penyebaran Covid-19 di rumah tangga mencapai lebih dari 30 persen dari total kasus positif Covid-19. Hingga kini, sebanyak 4.972 warga terpapar virus korona baru dan 283 orang di antaranya meninggal. Adapun 541 pasien masih dirawat, termasuk 292 orang yang menjalani isolasi mandiri di rumah.
Eni mengatakan, jika pasien memilih menjalani isolasi mandiri di rumah, protokol kesehatan harus dijalankan secara ketat. “Masker, misalnya, harus pakai jenis N95. Kalau tidak disiplin, berarti masyarakat enggak sayang sama keluarganya,” ungkapnya.
Terkait permintaan Gubernur Jabar Ridwan Kamil agar pemerintah kabupaten/kota menyiapkan tempat isolasi di puskesmas, Eni mengatakan, hal itu belum mendesak. “Puskesmas butuh pelayanan untuk penyakit lainnya. Warga khawatir kalau puskesmas merawat pasien Covid-19,” katanya.
Rumah sakit juga masih menyediakan ruangan isolasi bagi pasien. Saat ini, keterisian ruangan isolasi di RS masih berkisar 60 persen dari total 409 tempat tidur. Bahkan, pihaknya akan menambah hingga 447 tempat tidur di 13 RS.
Kuwu (Kepala Desa) Astana, Kecamatan Gunung Jati, Nuril Anwar, mengatakan, pihaknya telah mengetahui keberadaan hotel isolasi. “Harusnya warga mau diisolasi. Tapi, warga takut divonis Covid-19. Warga selama ini banyak yang diam-diam isolasi di rumah. Mereka takut kalau ke rumah sakit,” katanya.