Situasi di Wuhan, China, kini melegakan pada saat dunia masih heboh dengan Covid-19. Negara China juga menjadi harapan bagi banyak negara untuk pasokan vaksin Covid-19.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Diam itu sahabat sejati yang tak pernah berkhianat. Diam gerbang menuju realisasi dan meluputkan Anda dari situasi tak enak akibat terlalu banyak adu argumentasi.
Moto Konfusius ini pegangan Presiden China Xi Jinping saat wabah Covid-19 merebak pada Januari 2020. Dia diam saat warga di Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei, berteriak lewat media. Ini menyambut tewasnya Dr Li Wenliang, si pembocor penyakit aneh, julukan awal Covid-19, pada 7 Februari 2020.
Warga Wuhan tidak mau diam seperti ketika polisi memaksa diam Dr Li, yang sejak 30 Desember 2019 sudah mengingatkan otoritas. Peringatan itu, negara kemungkinan sedang diserang wabah. Dr Li meninggal karena terpapar dari pasien di tempatnya bekerja, Rumah Sakit Pusat Wuhan.
Baru pada 21 Januari 2020 Pemerintah China mencatatkan resmi data Covid-19. Kisah Covid-19 yang mengharu biru Wuhan menjadi tontonan dunia, yang mengira wabah hanya milik Wuhan. Rupanya Covid-19 telah menyebar ke dunia. Kemudian muncul gugatan mantan Presiden AS Donald Trump akan tanggung jawab China karena menyebarkan Covid-19. Tentu saja pakar virus tidak menerima hasutan ini.
China dalam diam menegakkan ketat penguncian Wuhan, menciduk warga yang terpapar jika tak melapor, karena aplikasi pelacakan sudah ada, serta memburu vaksin.
Setelah dunia terpapar lebih parah, ironisnya seruan untuk kolaborasi global lewat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mental. Serang-menyerang antara Amerika Serikat (AS) dan China diperburuk dengan pilihan Trump membawa AS meninggalkan WHO, yang dianggap berpihak kepada China.
Sebaliknya Presiden Xi mencanangkan pada 10 Maret 2020, dalam kunjungan pertama ke Wuhan, bahwa Wuhan akan menang dan bangkit. ”WHO menyebut langkah China saksama, cepat, dan ambisius, tiga karakteristik yang menjelaskan cara China menangani pandemi,” kata Therese Hesketh, seorang profesor kesehatan global dari University College London (Xinhua, 21 Januari 2021).
Saat dunia masih meraba, China sudah menjalankan percobaan vaksin kepada manusia, Mei 2020, dilanjutkan penggunaan darurat vaksin pada Juni 2020 seizin WHO. China berterima kasih kepada WHO seperti dikatakan Zheng Zhongwei, pejabat Komisi Kesehatan Nasional. WHO mengatakan negara-negara memiliki otonomi untuk penggunaan darurat, sebagaimana dikatakan Dr Mariangela Simao, asisten Dirjen WHO, di Geneva, Swiss (Reuters, 25 September 2020).
Kini China juga menjadi harapan bagi banyak negara untuk pasokan vaksin yang dikembangkan Institute of Medical Biology di bawah Chinese Academy of Medical Sciences. Itulah China soal Covid-19, bekerja dalam diam, tetapi benar-benar memberi solusi.
Situasi di Wuhan kini disebut melegakan di saat dunia masih heboh. China hanya memiliki kasus positif 88.991 orang, kematian 4.635 orang, dan sebanyak 82.556 orang sembuh berdasarkan data 24 Januari 2021.