Sejarah telah membentuk Vietnam menjadi bangsa yang kokoh. Stabilitas politik dan solidaritas antarwarga menjadi modal bagi Vietnam menata masa depan.
Oleh
Mahdi Muhammad, Benny D Koestanto, B Josie Susilo Hardianto
·5 menit baca
Partai berkuasa di Vietnam, Partai Komunis Vietnam (CPV), akan melaksanakan kongres lima tahunan mulai Senin (25/1/2021). Diperkirakan terjadi pergantian kepemimpinan. Selain pandemi, energi Vietnam juga akan tersedot untuk mengelola ekonomi dan stabilitas politik.
Vietnam di bawah kendali Presiden Nguyen Phu Trong dan Perdana Menteri (PM) Nguyen Xuan Phuc mendapat pujian banyak pihak karena negaranya tergolong negara yang berhasil menangani pandemi dibandingkan dengan negara lainnya, termasuk Indonesia. Di bawah kendali keduanya, Vietnam, berdasarkan data Worldometer.info, hanya mencatatkan 1.548 kasus Covid-19 dan 35 kematian. Dari total 1.548 kasus, sebanyak 1.411 sembuh.
Pelacakan dan pengetesan secara agresif serta karantina massal adalah kunci bagi keberhasilan Vietnam membendung laju infeksi. Apabila menilik sejumlah foto kala awal pandemi menerpa, tampak warga di Hanoi, ibu kota Vietnam, disiplin menerapkan protokol kesehatan. Sikap itu menunjang penerapan kebijakan pembatasan nasional yang sempat ditetapkan Pemerintah Vietnam. Belajar dari pengalaman menangani SARS, Vietnam sejak beberapa tahun terakhir memang menginvestasikan baik dana maupun tenaga untuk mengembangkan kapasitas tenaga medis, organisasi, dan fasilitas kesehatan.
Selain itu, solidaritas antarwarga yang terwujud, di antarnya, melalui ”ATM” beras memungkinkan warga yang sangat membutuhkan dapat memperoleh beras secara gratis.
Kedutaan Besar Vietnam dalam keterangan tertulisnya mengatakan, Vietnam juga terkena dampak pandemi Covid-19 secara signifikan dan mengalami dua wabah serius di masyarakat pada Maret dan Juli 2020. Namun, dengan determinasi yang tinggi dari seluruh sistem politik, Vietnam pada dasarnya telah mengendalikan epidemi, mencegah penularan dari komunitas, sambil mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang positif.
”Kontributor terpenting bagi keberhasilan kami adalah konsensus dan koordinasi seluruh sistem politik, dari tingkat pusat hingga provinsi dan akar rumput, dan penerapan tepat waktu dari strategi pencegahan proaktif, deteksi dini, isolasi menyeluruh, dan pengobatan yang efektif,” kata Duta Besar (Dubes) Pham Vinh Quang dalam keterangan tertulisnya kepada Kompas.
Dikutip dari The Economist, dalam sebuah survei yang dilakukan pada bulan Mei, yang menilai bagaimana orang-orang dari 23 negara menilai tanggapan pemerintah mereka terhadap pandemi, Vietnam mendapat skor terbaik kedua.
Determinasi tinggi yang ditunjukkan Vietnam, baik oleh warga maupun pemerintah mereka, sejatinya tidak lepas dari sejarah panjang negara itu. Selama 12 abad, sejak abad ke-3 hingga akhir abad ke-20, selain berjuang menghadapi bencana alam, rakyat Vietnam juga harus berjuang melawan agresi asing, baik oleh China, Perancis, maupun perang melawan Amerika Serikat.
Dalam jawaban tertulisnya, Dubes Quang mengatakan, sejarah Vietnam mirip dengan sejarah Indonesia yang dicirikan, di antaranya, dengan perjuangan kemerdekaan dan pembangunan nasional. ”Patriotisme, kemandirian, tradisi persatuan, dan kemauan untuk memperjuangkan tujuan yang benar adalah ciri-ciri terpenting dan standar moral orang Vietnam,” kata Dubes Quang.
Ekonomi
Tidak mengherankan apabila modal sosial itu menjadi energi yang memampukan Vietnam bertahan, termasuk saat pandemi Covid-19 melanda dan mampu kembali fokus pada pembangunan ekonomi.
Menurut Kedutaan Besar Vietnam, laju pertumbuhan ekonomi Vietnam pada 2020 diperkirakan mencapai 2-3 persen. Meskipun turun apabila dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya yang bisa mencapai 6,8 persen—mengingat tekanan ekonomi akibat pandemi terjadi di banyak negara—pertumbuhan positif yang dicapai Vietnam pada 2020 adalah luar biasa. Laju pertumbuhan itu termasuk yang tercepat di kawasan.
Vietnam menargetkan, dalam kurun waktu 2021-2025, dapat mencapai rata-rata laju pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) berkisar 6,5-7 persen, meningkatkan PDB per kapita menjadi 4.700-5.000 dollar AS, serta meningkatkan ekonomi digital menjadi sekitar 20 persen dari PDB.
Standard Chartered Bank memperkirakan ekonomi Vietnam tumbuh 7,8 persen pada 2021. Manufaktur diperkirakan mendorong kebangkitan ekonomi Vietnam dari tekanan akibat pandemi.
Tim Leelahaphan, ekonom di Standard Chartered Bank, mengatakan, ekonomi Vietnam telah bangkit sejak triwulan ketiga tahun lalu. ”Pemulihannya stabil. Dalam dekade terakhir, pertumbuhan ekonomi Vietnam adalah salah satu yang tercepat dan kami memperkirakan tren ini (berlanjut),” kata Leelahaphan, seperti dikutip VNExpress, Sabtu (23/1/2021).
Standard Chartered melihat investasi asing dan sektor jasa sebagai faktor pendorong pertumbuhan Vietnam dalam beberapa tahun mendatang. Vietnam diakui sebagai salah satu tujuan paling menarik bagi investor asing setelah negara itu dinilai berhasil menangani pandemi Covid-19.
Kepempimpinan Nguyen Phu Trong, yang merupakan Sekretaris Jenderal CPV, dan Nguyen Xuan Phuc, anggota Politbiro CPV, harus diakui, berhasil ”membuat” Vietnam bernapas lebih lega.
Kongres
Akan tetapi, Presiden Nguyen Phu Trong kini sudah berusia 76 tahun. Sementara PM Nguyen Xuan Phuc sudah memasuki usia 66 tahun.
Le Hong Hiep, peneliti pada Yusuf Ishak Institute-ISEAS, dalam makalahnya pada Mei 2020 menyatakan, peraturan lembaga Politbiro Nomor 35-CT/TW membatasi masa jabatan para petinggi partai di lembaga itu hingga usia 65 tahun. Artinya, Presiden Nguyen Phu Trong dan PM Nguyen Xuan Phuc—mengacu pada ketentuan itu—kemungkinan lengser dari jabatannya masing-masing, yakni sebagai presiden sekaligus Sekretaris Jenderal CPV, serta sebagai anggota Politbiro dan kepala pemerintahan.
Kini, setelah berhasil mengendalikan pandemi dan mendorong ekonomi tetap tumbuh, Vietnam dihadapkan pada suksesi kepemimpinan baru yang bisa membawa negara sosialis ini menuju era industrialisasi modern tahun 2025. Kongres yang diikuti oleh 1.500-an anggota CPV itu akan menjadi proses penting bagi masa depan Vietnam.
Di sisi lain, ada ”tema-tema” yang kini berkembang dalam masyarakat negara itu. Nguyen Khac Giang, analis yang tinggal di Selandia Baru, dikutip dari The Economist, mengatakan, rakyat Vietnam, dalam beberapa dekade terakhir, telah merasakan tingkat pendidikan yang lebih baik dan akses internet yang cepat, yang memungkinkan mereka berkenalan dengan ”nilai-nilai” baru yang universal, seperti demokrasi dan hak asasi manusia.
Namun, berbeda dari isu ekonomi, tema itu tentu masih menjadi ”tantangan” untuk berkembang di Vietnam.