Warga Lelah Menjalani Masa Pembatasan Berkepanjangan
›
Warga Lelah Menjalani Masa...
Iklan
Warga Lelah Menjalani Masa Pembatasan Berkepanjangan
Masa pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM hingga 8 Februari 2021 tidak diiringi dengan respons kepatuhan warga. Sebagian mereka mengaku lelah menjalani masa pembatasan yang berkepanjangan.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah warga lelah menjalani masa pembatasan sosial yang berkepanjangan di Jakarta dan wilayah sekitar. Kelelahan itu berdampak pada kendurnya praktik protokol kesehatan sehari-hari untuk mencegah penularan Covid-19.
Pantauan Kompas, masih ada warga yang melanggar protokol kesehatan ketika masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) diperpanjang pada Senin (25/1/2021). Praktik jaga jarak fisik serta pakai masker tampak kendur pada sebagian kegiatan, yakni saat di pasar serta kantor perbankan. Selain itu, sejumlah pengendara sepeda motor yang terlihat di jalan kerap tidak bermasker.
Yusuf Sayuti (38), pengendara sepeda motor di Jalan Raya Bogor-Jakarta, mengamati pelanggaran serupa yang terjadi setiap pagi. Pengawasan di perbatasan kota tidak terlalu berdampak bagi pelanggar protokol kesehatan. Sebagian pelanggar tetap lolos dari pantauan petugas.
Selain itu, aktivitas warga di sepanjang Jalan Raya Bogor-Jakarta terlihat lebih padat. Yusuf berpandangan, perubahan istilah dari pembatasan sosial berskala besar (PSBB) menjadi PPKM seperti tidak berdampak apa-apa untuk pengawasan protokol kesehatan.
”Ini sebutannya PSBB, PPKM, berubah-ubah terus, tapi praktiknya kayak sama saja. Peraturan itu berganti terus, tetapi enggak berdampak apa-apa. Saya lelah kalau lihat kondisi kayak sekarang, kerja, ya, kerja saja,” ujar pekerja pabrik kemasan di Jakarta Timur ini.
Hal serupa dikeluhkan Anton Fahlevi (42), saat antre di kantor perbankan daerah Cibubur, Jakarta Timur. Dia mengkhawatirkan antrean nasabah yang padat hingga depan pintu gerbang. Warga di sana tampak mengabaikan protokol jaga jarak fisik minimal satu meter.
Anton juga merasa kewaspadaan orang-orang makin berkurang. ”Mungkin (orang-orang) sudah pada lelah di rumah. Orang makin sering keluar, ke kantor pas hari kerja juga masih macet,” tuturnya.
Munandar (30), pedagang buah di kawasan Kramatjati, Jakarta Timur, juga melepas masker saat berjualan di sekitar kawasan Pasar Induk Kramatjati. Kondisi tidak pakai masker itu sudah menjadi kebiasaan banyak pedagang di pinggir jalan. ”Mereka baru pakai masker kalau ada inspeksi masker, enggak ada yang beda,” ucapnya.
Dia sendiri tidak terlalu banyak mengetahui istilah PPKM. Hal yang dia tahu, Jakarta saat ini masih PSBB. ”Inspeksi sama satpol PP biasanya pagi-pagi, itu pun enggak lama. Orang sini juga sepertinya sudah enggak rutin lagi pakai masker,” katanya.
Warga lelah
Pengamat kebijakan publik, Agus Pambagio, menuturkan, kelelahan warga sangat bisa dipahami lantaran kurva pandemi Covid-19 yang belum mereda. Kelelahan publik juga terjadi lantaran regulasi yang terus berubah-ubah, tetapi tanpa ketegasan penindakan dari pemerintah.
Agus menilai, kelelahan warga saat ini sudah antiklimaks. Pergantian regulasi PSBB hingga menjadi PPKM untuk wilayah Jawa-Bali tidak dibarengi dengan pengawasan yang lebih ketat. Warga pun kehilangan fokus bahwa pandemi adalah situasi darurat kesehatan yang mengancam nyawa.
”Regulasi, kalau cuma basa-basi ganti istilah dari PSBB menjadi PPKM, tetapi tidak dibarengi dengan pengawasan ketat, ya, sama saja. Orang-orang pasti pada akhirnya kelelahan dan menjadi cuek. Penanganan selama setahun ini juga menjadi antiklimaks,” katanya.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Jakarta, dalam dua pekan ini, jumlah penambahan kasus aktif tetap tinggi. Sebagai gambaran, jumlah kasus aktif atau pasien yang dirawat dan menjalani isolasi per tanggal 11 Januari ialah 17.946 orang. Pada 24 Januari jumlahnya 24.224 orang.
Seiring dengan itu, sejumlah wilayah di perbatasan kota Jakarta juga terlihat memiliki kasus positif aktif yang tinggi. Menurut situs resmi corona.jakarta.go.id per 24 Januari, Kelurahan Cibubur yang berbatasan langsung dengan Depok dan Bogor, Jawa Barat, memiliki 180 kasus positif aktif Covid-19. Kelurahan Jagakarsa, Jakarta Selatan, bahkan memiliki 353 kasus positif aktif.
Agus menekankan, hal yang terpenting dari pembatasan sosial adalah pengawasan ketat. Dia bahkan menekankan agar wilayah Pulau Jawa melakukan pembatasan mobilitas khusus. Hal ini lantaran Pulau Jawa memiliki banyak kasus positif aktif.
Wakil Ketua Komisi E DPRD DKI Jakarta Anggara Wicitra Sastroamidjojo sebelumnya menuturkan, belum ada pembahasan serius terkait kejenuhan pandemi (pandemic fatigue) di masyarakat. Perasaan kelelahan ini yang mengakibatkan orang-orang kendur menerapkan protokol kesehatan memakai masker, menjaga jarak, dan rajin mencuci tangan dengan sabun.
Anggara mengutip analisis epidemiolog Universitas Indonesia, Iwan Ariawan, yang menjabarkan bahwa kejenuhan ini sudah mencuat sejak September 2020. Persepsi masyarakat terhadap pandemi merendah. Semestinya ada kampanye yang menyasar setiap kelompok masyarakat guna menyegarkan kembali keseriusan mereka menangani pandemi.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan Keputusan Gubernur Nomor 51 Tahun 2021 tentang Perpanjangan Pemberlakuan, Jangka Waktu, dan Pembatasan Aktivitas Luar Rumah Pembatasan Sosial Berskala Besar pada Minggu (24/1/2021). Keputusan ini turunan dari aturan pemerintah pusat untuk memperpanjang PPKM. Pada mulanya PPKM dijadwalkan berakhir pada 25 Januari, namun diubah menjadi 8 Februari. Dari segi isi, tidak ada perubahan dengan aturan PPKM fase 11-25 Januari.
Sekolah-sekolah di Jakarta juga belum diizinkan melakukan pertemuan tatap muka. Kecuali sektor esensial, kantor-kantor wajib menyuruh 75 persen karyawannya bekerja dari rumah. Semua jenis kafe dan tempat makan, termasuk pusat jajanan kaki lima, juga hanya boleh menerima 25 persen pembeli untuk makan di tempat.