AstraZeneca Bantah Laporan soal Efikasi Vaksin Mereka pada Lansia Rendah
›
AstraZeneca Bantah Laporan...
Iklan
AstraZeneca Bantah Laporan soal Efikasi Vaksin Mereka pada Lansia Rendah
AstraZeneca membantah penilaian Jerman yang menyatakan bahwa efikasi vaksin Covid-19 buatan mereka pada lansia rendah.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·4 menit baca
FRANKFURT, SELASA — Perusahaan farmasi AstraZeneca membantah laporan media di Jerman yang menyebutkan bahwa vaksin Covid-19 yang mereka kembangkan bersama University of Oxford memiliki efikasi yang rendah bagi kelompok usia di atas 65 tahun.
Dengan mengutip beberapa sumber, harian ekonomi The Handelsblatt, Senin (25/1/2021), melaporkan bahwa Berlin memperkirakan efikasi vaksin AstraZeneca pada lansia di atas 65 tahun hanya 8 persen. Sementara harian Bild dalam versi daringnya menyebutkan, Berlin khawatir vaksin tersebut tidak akan mendapat izin dari Badan Pengawas Obat (EMA) Uni Eropa untuk digunakan.
”Laporan bahwa efikasi vaksin AstraZeneca-Oxford sebesar 8 persen pada orang dewasa di atas 65 tahun benar-benar keliru,” kata AstraZeneca dalam pernyataan tertulisnya.
”Pada November, kami memublikasi data di (jurnal) The Lancet yang hasilnya menunjukkan bahwa lansia memberikan respons imun yang kuat terhadap vaksin. Sebesar 100 persen lansia menghasilkan antibodi spesifik setelah pemberian dosis kedua,” kata AstraZeneca.
Perusahaan farmasi itu juga menyampaikan bahwa Komite Bersama Vaksinasi dan Imunisasi Inggris mendukung penggunaan vaksin Covid-19 mereka pada lansia. Inggris menjadi negara pertama yang menyetujui penggunaan vaksin AstraZeneca-Oxford sejak 30 Desember. Vaksin tersebut diberikan dua dosis. Inggris tidak menetapkan batas usia penerima vaksin.
Uji klinis vaksin Covid-19 AstraZeneca di Inggris dimulai dengan partisipan dewasa berusia di bawah 55 tahun. Partisipan dari kelompok umur yang lebih tua dimasukkan kemudian sehingga data efikasinya pun menyusul.
Dalam hasil studinya yang dipublikasikan di jurnal The Lancet pada 8 Desember 2020, para peneliti di University of Oxford menyampaikan bahwa ketika detail uji klinis vaksin yang diadakan di Inggris dan Brasil dirilis, data efikasi pada lansia masih terbatas.
”Data efikasi dalam kohort ini terbatas hanya pada sejumlah kecil kasus, tetapi tambahan data akan muncul pada analisis lebih lanjut,” tulis para peneliti tersebut.
Sementara itu, setelah memberi izin penggunaan darurat vaksin Covid-19 dari Pfizer-BioNTech dan Moderna, Uni Eropa kemungkinan besar akan memberi lampu hijau pada vaksin AstraZeneca untuk digunakan. Akan tetapi, UE memberikan peringatan kepada AstraZeneca atas keterlambatannya mendistribusikan jutaan dosis vaksin Covid-19.
Hal tersebut menjadi masalah terbaru setelah negara-negara UE mulai frustrasi karena Pfizer dan BioNTech mengumumkan pelambatan sementara pasokan vaksin pada awal Januari ini. Jumat pekan lalu, AstraZeneca mengatakan, pihaknya tidak bisa memenuhi komitmen kontraknya dengan UE karena ”penurunan hasil” yang tidak bisa dijelaskan pada rantai pasoknya di Eropa.
Di lain pihak, atas nama AstraZeneca, Serum Institute of India (SII) akan mengirim 3 juta dosis vaksin Covid-19 AstraZeneca kepada Arab Saudi dalam seminggu atau paling lambat 10 hari ke depan. Harga jual vaksin itu 5,25 dollar AS per dosis.
Meski demikian, SII tidak memiliki rencana untuk mengalihkan pasokannya ke Eropa kendati AstraZeneca mendapat tekanan untuk mengirim lebih banyak lagi pada UE.
”Kami terus mendukung AstraZeneca kapan pun mereka membutuhkan. Kami sangat senang melakukannya,” kata CEO SII Adar Poonawalla. ”Tetapi, kami belum diminta untuk memasok produk lagi ke Eropa karena itu berarti pasokan untuk Afrika dan India akan berkurang dan kami jelas tidak menghendaki ini,” katanya.
SII memasok Afrika Selatan 1,5 juta dosis vaksin seharga 5,25 dollar AS per dosis. Besaran harga tersebut telah memicu kontroversi karena lebih tinggi dari kesepakatan pembelian antara Uni Afrika—termasuk di dalamnya Afrika Selatan—yang hanya 3 dollar AS per dosis.
Pekan lalu, Brasil juga mendapat pasokan vaksin AstraZeneca dari SII yang dibelinya dengan harga 5 dollar AS per dosis. AstraZeneca menyebutkan bahwa pihaknya tidak mengambil untung dari penjualan vaksin selama pandemi.
Poonawalla menuturkan, SII akan meningkatkan produksi vaksin Covid-19 AstraZeneca sebesar 30 persen pada akhir Maret 2021dari kapasitas produksi saat ini sekitar 2,4 juta dosis. SII juga berencana mulai mengamankan calon vaksin Covid-19 dari Novavax di AS dalam beberapa bulan ke depan.
Namun, Poonawalla menyebutkan bahwa SII tidak berniat untuk bermitra dengan Pfizer dalam produksi vaksin Covid-19 karena India tidak memiliki fasilitas yang memadai untuk menyimpan vaksin Pfizer dalam suhu -70 derajat celsius. (REUTERS/AFP)