Iran Meminta Penjelasan Indonesia Soal Penyitaan Kapal Tanker oleh Bakamla
›
Iran Meminta Penjelasan...
Iklan
Iran Meminta Penjelasan Indonesia Soal Penyitaan Kapal Tanker oleh Bakamla
Setelah kapal tanker berbendera Iran dan Panama disita Indonesia, Teheran meminta penjelasan insiden ini kepada Jakarta. Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh mengonfirmasi kapal tanker itu mengangkut minyak.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·4 menit baca
DUBAI, SELASA — Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Saeed Khatibzadeh, menyampaikan, Iran telah meminta Indonesia untuk memberikan detail penyitaan kapal berbendera Iran. Permintaan ini disampaikan sehari setelah Indonesia menyita dua kapal pengangkut minyak berbendera Iran dan Panama yang telah dibawa ke Batam untuk penyelidikan lebih lanjut.
Saeed mengatakan bahwa penyitaan tersebut merupakan ”masalah teknis di bidang perkapalan”. ”Organisasi pelabuhan kami dan perusahaan pemilik kapal sedang mencari tahu penyebab masalah ini dan memecahkannya,” kata Saeed dalam jumpa pers yang disiarkan televisi.
Minggu (24/1/2021), petugas Badan Keamanan Laut (Bakamla) menyita kapal berbendera Iran, MT Horse, dan kapal berbendera Panama, MT Freya, di perairan Indonesia karena dicurigai melakukan transfer minyak ilegal di wilayah perairan Kalimantan. Sebanyak 61 awak kedua kapal berkebangsaan Iran dan China juga telah ditahan.
Juru bicara Bakamla, Kolonel Wisnu Pramandita, mengatakan, kedua kapal tanker itu tertangkap tangan sedang memindahkan minyak dari MT Horse ke MT Freya. Saat ditangkap, petugas Bakamla melihat ada tumpahan minyak di sekitar kapal tanker penerima.
Wisnu menjelaskan, Bakamla mendeteksi keberadaan dua kapal tanker tersebut pada Minggu sekitar pukul 05.30 Wita. Kedua kapal itu, menurut Wisnu, menyembunyikan identitasnya dengan tidak menunjukkan bendera nasional mereka, mematikan sistem identifikasi otomatis, dan tidak menanggapi panggilan radio.
Organisasi Maritim Internasional (IMO) mengharuskan kapal menggunakan transponder untuk keselamatan dan transparansi. Kru bisa mematikan perangkat jika ada bahaya pembajakan atau bahaya serupa. Namun, transponder sering kali ditutup untuk menyembunyikan lokasi kapal selama aktivitas terlarang.
Data pengiriman di Refinitiv Eikon menunjukkan, kedua supertanker—masing-masing mampu membawa 2 juta barel minyak—terakhir terlihat pada awal bulan ini di lepas pantai Singapura. Menurut data Marinetraffic, MT Horse berbendera Iran melaporkan mereka tengah berlayar menuju ke Pelabuhan Fujairah Anch, Uni Emirat Arab.
Menurut analis minyak mentah senior di Refinitiv, Emma Li, dalam beberapa bulan terakhir, MT Freya telah membawa dua kargo minyak mentah dengan total volume 4 juta barel ke Pelabuhan Qingdao di pesisir timur China dan Pelabuhan Tingkou di timur laut China. Kargo yang dibawa ke Qingdao dinyatakan sebagai minyak mentah Upper Zakum produksi Uni Emirat Arab.
Sementara kapal tanker MT Horse tahun lalu pernah digunakan Pemerintah Iran untuk mengirim 2,1 juta barel kondensat Iran ke Venezuela.
Data juga menunjukkan, kapal pengangkut minyak sangat besar atau very large crude carrier (VLCC) MT Horse, kapal tanker milik National Iranian Tanker Company (NITC), hampir terisi penuh dengan minyak. Sementara VLCC MT Freya, yang dikelola oleh Shanghai Future Ship Management Co, kosong. NITC belum bisa dihubungi untuk dimintai komentar.
Dimintai komentar tentang masalah ini, Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh menyampaikan, ”Kapal itu membawa minyak... masalah ini sedang ditindaklanjuti oleh Iran.”
Pencarian oleh kantor berita Reuters pada direktori perusahaan China menemukan bahwa alamat kantor terdaftar Shanghai Future Ship Management Co berada di bawah perusahaan lain bernama Shanghai Chengda Ship Management. Beberapa panggilan yang dilakukan ke kantor tersebut tidak dijawab.
Iran telah dituduh menyembunyikan tujuan penjualan minyaknya dengan menonaktifkan sistem pelacakan pada kapal tankernya sehingga sulit untuk menilai berapa banyak ekspor minyak mentah Teheran karena berusaha untuk menyiasati sanksi AS.
Pada 2018, Presiden AS Donald Trump menarik Washington keluar dari kesepakatan nuklir Iran 2015 dan menerapkan kembali sanksi terhadap Iran. Washington bertujuan untuk memotong ekspor minyak Teheran menjadi nol.
Oktober lalu, pemerintahan Trump memberlakukan sanksi baru dengan melarang penjualan minyak Iran kepada negara-negara termasuk Suriah dan Venezuela. Langkah ini dilakukan untuk menghentikan aliran dana masuk ke negara produsen minyak yang merupakan musuh dari mitra AS di kawasan, yakni Arab Saudi dan Israel.
Sebelum insiden di perairan Indonesia, Garda Revolusi Iran menyita tanker berbendera Korea Selatan, Hankuk Chemi. dan menahan 20 awak multinasionalnya di dekat Selat Hormuz yang strategis pada 4 Januari lalu.
Langkah itu dilakukan ketika Teheran mendesak Seoul untuk melepaskan miliaran dollar aset Iran yang dibekukan di Korea Selatan sebagai bagian dari sanksi AS. Insiden ini merupakan penyitaan kapal besar pertama kalinya oleh Angkatan Laut Iran dalam lebih dari satu tahun. (REUTERS/AFP/MHD)