Propaganda Paham Radikal di Masyarakat Masih Marak
›
Propaganda Paham Radikal di...
Iklan
Propaganda Paham Radikal di Masyarakat Masih Marak
Penangkapan lima terduga teroris di Aceh pada pekan lalu adalah alarm bahwa paham radikal masih tumbuh di dalam masyarakat. Oleh sebab itu, kewaspadaan pada penyebaran paham radikal harus tetap dilakukan sejak dini.
Oleh
ZULKARNAINI
·2 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Penangkapan lima terduga teroris di Aceh pada pekan lalu adalah alarm paham radikal masih tumbuh di dalam masyarakat. Oleh sebab itu, kewaspadaan pada penyebaran paham radikal harus tetap dilakukan sejak dini.
Ketua Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) Aceh Prof Yusni Sabi, Selasa (26/1/2021), menuturkan, penangkapan lima terduga teroris di Aceh bukan hal yang mengejutkan. Sebelumnya, aparat penegak hukum juga pernah mengungkap jaringan terorisme di Aceh.
Akan tetapi, kata Yusni, penangkapan itu kembali menunjukkan penyebaran paham radikal di kalangan warga belum mereda. Yusni Sabi menambahkan, paham radikal disebarkan melalui kajian-kajian tertutup dan daring serta ceramah provokasi yang membangkit rasa benci pada pemimpin.
”Mereka (penyebar) selalu berusaha mencari target baru, karena itu kita harus waspada,” kata mantan Rektor Universitas Islam Negeri Ar Raniry Banda Aceh itu.
Sebelumnya, Rabu dan Kamis (20-21/1/2021) Detasemen Khusus Anti-Teror 88 menangkap lima terduga teroris di Kabupaten Aceh Besar, Banda Aceh, dan Langsa. Mereka diduga jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Aceh. Lima terduga teroris itu disebut terlibat dalam aksi bom bunuh diri di Polrestabes Kota Medan pada November 2019.
Ketidakadilan pembangunan dan perilaku koruptif pejabat negara kerap dijadikan sentimen untuk membakar rasa benci pada pemerintah. ”Pemerintah juga harus introspeksi diri untuk tidak mengkhianati amanah rakyat,” kata Yusni, mantan Ketua Forum Komunikasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Aceh, itu.
Yusni mengatakan, keberagaman di Indonesia adalah modal penting membentuk warga yang toleran dan menghargai perbedaan. Dia mengajak semua pihak terus merawat toleransi dan kerukunan antarsesama.
Keberagaman di Indonesia adalah modal penting dalam membentuk warga yang toleran dan menghargai perbedaan. Mari, merawat toleransi dan kerukunan antarsesama.
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Aceh Komisaris Besar Winardy menuturkan, kelima orang yang ditangkap itu memiliki beragam profesi. Salah seorang di antaranya adalah pedagang, dua tukang bangunan, satu orang pemilik kafe, dan satu pegawai negeri sipil.
Mereka diduga hendak merakit bom untuk melakukan teror. Namun, targetnya belum diketahui. Bahkan, ada informasi mereka akan diberangkatkan ke Afghanistan untuk bergabung dengan kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS).
”Mereka masih diperiksa keterlibatan dalam jaringan teroris,” kata Winardy.