Satu Juta Kasus Covid-19, Butuh Langkah Nyata Menekan Laju Penularan
›
Satu Juta Kasus Covid-19,...
Iklan
Satu Juta Kasus Covid-19, Butuh Langkah Nyata Menekan Laju Penularan
Pertumbuhan jumlah kasus Covid-19 di Indonesia kian pesat hingga menembus angka satu juta orang. Kasus aktif pun terus bertambah. Itu menunjukkan, banyak kasus tidak terdeteksi sehingga penularan meluas.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Indonesia menembus satu juta orang per 26 Januari 2021. Angka ini tak sekadar jumlah kasus tapi menandakan pandemi masih terjadi, bahkan kian tidak terkendali.
Karena itu, langkah nyata dibutuhkan untuk menekan laju penularan kasus berupa ketegasan implementasi aturan dari pemerintah ataupun kesadaran warga merespons kondisi. Penguatan pada sektor hulu juga amat diperlukan. Kondisi rumah sakit yang kolaps menjadi tanda penularan tidak terkendali.
”Yang perlu diwaspadai sekarang ini bukan satu juta kasusnya, melainkan kasus aktif terus bertambah. Sejak awal Januari tahun ini, penambahan kasus selalu mencapai rekor baru. Itu berarti banyak kasus tak terdeteksi sehingga penularan meluas,” kata Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (Iakmi) Ede Surya Darmawan, di Jakarta, Selasa (26/1/2021).
Yang perlu diwaspadai sekarang ini bukan satu juta kasusnya, melainkan kasus aktif terus bertambah. Sejak awal Januari tahun ini, penambahan kasus selalu mencapai rekor baru.
Menurut dia, kondisi penularan di Indoenesia bisa lebih buruk dari data yang disampaikan saat ini. Sebagian besar kasus yang dites dalam sehari merupakan hasil dari pemeriksaan mandiri. Artinya, pemeriksaan dilakukan ketika sudah ada gejala timbul. Sementara saat ini publik tidak mengetahui berapa jumlah pemeriksaan yang dilakukan dari hasil pelacakan kasus.
Satuan Tugas Penanganan Covid-19 melaporkan jumlah kasus baru pada 26 Januari 2021 bertambah 13.094 kasus dengan 336 kematian. Dengan penambahan ini, jumlah kasus Covid-19 di Tanah Air menjadi 1.012.350 orang dengan 28.468 kasus kematian. Dengan total kasus itu, Indonesia menempati urutan ke-19 di dunia dengan jumlah kasus tertinggi.
Namun, penambahan kasus baru yang dilaporkan di Indonesia merupakan penambahan kasus tertinggi kedua setelah Rusia (18.241 kasus baru) dengan jumlah penambahan kematian tertinggi ketiga setelah Meksiko dan Rusia. Padahal, jumlah kasus yang diperiksa masih kurang jika dibandingkan negara lain. Indonesia menempati urutan ke-159 dengan pemeriksaan 32.277 tes per 1 juta penduduk.
Ede mengatakan, pemeriksaan kasus yang optimal sangat dibutuhkan untuk mengendalikan penularan Covid-19. Semakin banyak orang yang diperiksa, seharusnya kian banyak orang yang terdeteksi sejak dini sehingga kasus dengan gejala berat bisa ditekan. Beban rumah sakit kemudian dapat berkurang.
Sejauh ini, pemeriksaan masih terkendala dengan hasil yang tertunda. Hasil pemeriksaan bisa keluar setelah tiga sampai lima hari pengambilan spesimen dilakukan. Selain membuat penanganan terlambat dan makin berat, pelacakan pun jadi tidak efektif. Target pelacakan satu kasus ke 20-30 kontak erat nyatanya belum dilaksanakan dengan baik.
”Kalau kasus baru tercatat sekitar 10.000 kasus, untuk mencapai target WHO agar positivity rate menjadi lima persen, kita harus memeriksa sekitar 200.000 orang per hari. Ini perlu upaya konkret, mulai dari kepastian jumlah sumber daya manusia yang melacak, jumlah APD (alat pelindung diri) yang disiapkan, serta sarana dan prasaran penunjang lain,” katanya.
Selain itu, pemerataan pemeriksaan kasus harus menjadi perhatian untuk mengendalikan kasus di Indonesia. Dari jumlah kasus yang diperiksa per hari, sekitar 30 persen di antaranya merupakan hasil tes di DKI Jakarta. Tes, lacak, dan isolasi jadi tiga prinsip dasar harus dilaksanakan secara konsisten.
Ketegasan
Ede menambahkan, implementasi penerapan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) juga harus lebih tegas. Koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu diperkuat. Pastikan aturan yang sudah diatur terkati PPKM bisa dijalankan secara ketat.
”Upaya pengendalian pandemi kita harus dibenahi. Kita harus naik kelas dengan situasi saat ini. Jika perlu ada pelarangan, itu bisa dijalankan. Tidak ada pilihan lain agar upaya karantina kesehatan benar-benar terimplementasi. Dampaknya sangat buruk jika dibiarkan berkepanjangan,” katanya.
Menurut dia, upaya yang harus dipastikan, antara lain, penguatan pada puskesmas sebagai garda terdepan dalam melacak serta menangani kasus di masyarakat.
Selain itu, jumlah pelacak yang tersedia di setiap puskesmas juga perlu dipastikan dengan total orang yang dilacak per kasus yang ditemukan. Pemerataan testing di seluruh kabupaten/kota yang menjalankan PPKM pun perlu diwujudkan. Regulasi perlu diterapkan dalam langkah konkret sehingga jangan sekadar imbauan.
Secara terpisah, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, Kementerian Kesehatan akan bertanggung jawab untuk memastikan program testing (pemeriksaan), tracing (pelacakan), dan isolasi bisa optimal dijalankan. Itu perlu dilakukan untuk mengidentifkasi kasus dengan cepat sehingga laju penularan bisa dikurangi.
”Dengan satu juta kasus di Indonesia, itu menjadi momen di mana kita harus berduka sekaligus bekerja sangat keras, ekstra keras, untuk memastikan disiplin protokol kesehatan dilakukan dengan baik, serta kerja keras memastikan program testing, tracing, dan isolasi juga berjalan. Tujuannya hanya satu, mengurangi laju penularan,” tuturnya.