Kasus Positif Covid-19 dan Tingkat Kematian di DKI Tinggi
›
Kasus Positif Covid-19 dan...
Iklan
Kasus Positif Covid-19 dan Tingkat Kematian di DKI Tinggi
Kasus positif Covid-19 di Jakarta masih tinggi diikuti banyaknya pemakaman dengan protokol Covid-19. DKI berencana menambah rumah sakit rujukan dan lahan pemakaman.
Oleh
Helena F Nababan/Aguido Adri/Stefanus Ato/Aditya Diveranta
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kepala Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta Suzi Marsitawati menjelaskan, saat ini angka pemakaman di Jakarta, khususnya pemakaman dengan protokol Covid-19, sebanyak 100 pemakaman per hari. Sementara non-Covid-19 sebanyak 90 pemakaman per hari. Secara keseluruhan rerata 190 pemakaman setiap hari di DKI sehingga memicu kebutuhan lahan makam sangat tinggi.
Ditemui di Balai Kota di Jakarta, Selasa (26/1/2021), Suzi menjelaskan bahwa sejak awal pandemi, lahan makam yang disiapkan adalah di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pondok Ranggon di Jakarta Timur dan TPU Tegal Alur di Jakarta Barat. Namun, karena dua lokasi itu penuh, dinas membuka lahan baru, di antaranya di Rorotan, Jakarta Utara dan di Srengseng Sawah, Jakarta Selatan.
Selanjutnya, dengan dana APBD DKI Jakarta 2020 senilai Rp 185 miliar, Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI membeli lahan baru untuk pemakaman di lima lokasi. Dengan total luas 3,3 hektar, lahan itu tersebar di Srengseng Sawah, Dukuh, Semper, Joglo, dan Bambu Wulung.
”Satu petak makam itu memerlukan 3,75 meter persegi,” kata Suzi.
Dengan kebutuhan petak makam yang tinggi, Suzi menerangkan, saat ini dinas melakukan percepatan dalam menyiapkan lahan pemakaman itu. ”Petugas saya setiap hari bekerja sampai pukul 22.00-23.00. Kasihan mereka , belum lagi risikonya tinggi,” kata Suzi.
Jumlah 24.224 kasus ini melampaui titik tertinggi kasus aktif di Jakarta. Ini pesan kepada kita semua bahwa pandemi belum berakhir. (Widyastuti)
Tingkat pemakaman yang tinggi per harinya itu sesuai dengan angka kasus Covid-19 di Ibu Kota yang stabil tinggi. Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria, kemarin, menjelaskan, untuk menangani kasus Covid-19 di DKI yang terus tinggi, Pemerintah Provinsi DKI mengupayakan penambahan dan ketersediaan berbagai fasilitas, di antaranya rumah sakit, laboratorium, tempat tidur, ruang ICU, bahkan tempat pemakaman.
Menurut Ahmad Riza, tingginya angka keterisian tempat tidur di berbagai fasilitas kesehatan di DKI karena sampai hari ini Jakarta ikut melayani 24-30 persen warga dari luar Ibu Kota. ”Artinya, kalau tanpa itu (pasien dari luar) posisi keterisian tempat tidur tidak pada 84-86 persen,” ujarnya.
Untuk mendukung penanganan Covid-19, kata Ahmad Riza, Pemprov DKI akan meningkatkan jumlah aparat yang melakukan pemantauan, pengawasan, dan penindakan. Untuk rumah sakit rujukan diharapkan bisa meningkat 40-50 persen lagi. Saat ini sudah ada 101 RS rujukan.
”Rumah sakit-rumah sakit yang belum menjadi RS rujukan kami minta supaya mulai proses menjadi RS rujukan. Bahkan, kami minta kepada Menteri Pariwisata agar ke depan ditambah lagi hotel-hotel untuk tempat isolasi mandiri,” kata Ahmad Riza.
Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti melalui keterangan tertulis pada Minggu (24/1) menjelaskan, berdasarkan data per 11 Januari 2021, ada 17.946 kasus aktif dengan 208.583 kasus konfirmasi total. Per 24 Januari, naik menjadi 24.224 kasus aktif dan total 249.815 kasus terkonfirmasi.
”Jumlah 24.224 kasus ini melampaui titik tertinggi kasus aktif di Jakarta. Ini pesan kepada kita semua bahwa pandemi belum berakhir,” katanya.
Kondisi ketersediaan tempat tidur isolasi per 24 Januari 2021 hanya tersisa 14 persen. Dari 8.055 tempat tidur isolasi, telah terisi 6.954 tempat tidur. Pemprov DKI akan menambah 1.941 tempat tidur lagi.
Adapun kapasitas ICU telah terisi 84 persen. Dengan jumlah 1.097 tempat tidur ICU, telah terpakai 921 tempat tidur. ”Kami juga akan menambah hingga 1.362 tempat tidur ICU,” kata Widyastuti.
Penambahan fasilitas kesehatan dan para tenaga kesehatan di Jakarta akan terus dilakukan guna menekan angka kematian serta meningkatkan angka kesembuhan. Sebab, per 24 Januari, dari total kasus ada 221.567 orang sembuh dengan tingkat kesembuhan 88,7 persen. Sebanyak 4.024 orang meninggal dengan tingkat kematian 1,6 persen. Tingkat kematian Indonesia 2,8 persen. Per 26 Januari kasus positif di DKI bertambah 2.314 orang.
Kesiapsiagaan juga dinyatakan oleh Pemerintah Kota Bekasi dan Kota Bogor di Jawa Barat karena menghadapi situasi yang kurang lebih sama dengan DKI. Wali Kota Bogor Bima Arya menegaskan, semua pihak harus bersiap dengan skenario terburuk. Kerja sama lintas daerah di Jabodetabek dan pemerintah pusat dalam pengadaan fasilitas kesehatan, pengetesan, dan penindakan wajib ditingkatkan. Ketaatan warga mematuhi protokol kesehatan juga harus diperketat.
Publik gelisah
Ketua Forum RT/RW DKI Jakarta M Irsyad mengatakan, para pengurus yang juga bertugas sebagai satgas Covid-19 di daerah masing-masing kelimpungan dengan perkembangan situasi pandemi. Hal ini karena warga yang semakin jenuh dengan pembatasan.
”Walau kita sudah imbau, sulit untuk patuh karena warga pun sudah capek,” kata Irsyad, Selasa siang.
Nunung Ratna (40), warga Palmerah, Jakarta Barat, jenuh dengan kebijakan pembatasan yang berlangsung saat ini. Dia kurang mengerti perubahan regulasi yang kini diganti dengan istilah pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) untuk lingkup Jawa dan Bali.
Keluarga Nunung selama ini hanya mengandalkan gaji dari suaminya, sementara usaha susu kedelai di rumahnya kini sangat sepi. ”Anak saya ada empat. Kalau pembatasan terus-menerus, bagaimana mau bertahan hidup dan cari makan?” ucap perempuan itu.
Dokter umum Puskesmas Kecamatan Palmerah, Hendi Tri Ariatmoko, mengatakan, kini warga pasien Covid-19 atau bukan sama-sama kesulitan mencari rujukan rumah sakit. ”Beberapa minggu terakhir, kami pun susah mencari rumah sakit bersalin untuk ibu hamil,” katanya.