Pemkab Sumba Timur Segera Memiliki Mobil Laboratorium PCR
›
Pemkab Sumba Timur Segera...
Iklan
Pemkab Sumba Timur Segera Memiliki Mobil Laboratorium PCR
Kabupaten Sumba Timur segera memiliki alat tes spesimen ”polymerase chain reaction mobile”. Alat ini dihibahkan oleh Yayasan Satria Budi Dharma Zet di Jakarta kepada masyarakat Pulau Sumba melalui Pemkab Sumba Timur.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
WAINGAPU, KOMPAS — Kabupaten Sumba Timur segera memiliki mobil laboratorium polymerase chain reaction atau PCR. Alat ini dihibahkan oleh Yayasan Satria Budi Dharma Zet di Jakarta kepada masyarakat Pulau Sumba melalui Pemerintah Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur.
Dengan alat tes PCR ini, diharapkan pemeriksaan sampel swab dipercepat, termasuk penanganan pasien Covid-19. Sementara jumlah kasus kematian akibat Covid-19 di NTT mencapai 122 orang dari total kasus 4.446 pasien.
Bupati Sumba Timur Gidion Mbilijora yang dihubungi di Waingapu, Rabu (27/1/2021), mengatakan, Pemkab Sumba Timur dalam waktu dekat akan melakukan penandatanganan kerja sama operasional (KSO) dengan pengusaha Adrian Lembong asal Kalimantan. Kerja sama ini difasilitasi Yayasan Satria Budi Dharma Zet (SBDZ) di Jakarta untuk pengadaan alat PCR.
Dalam konferensi video antara Pemkab Sumba Timur dan pengusaha asal Kalimatan, Adrian Lembong, dan Yayasan SBDZ disepakati bahwa pengusaha itu akan menyanggupi pengadaan mobil laboratorium PCR bagi masyarakat Sumba. Mobil berikut alatnya dihibahkan oleh yayasan ke Pemkab Sumba Timur.
Biaya spesimen
Ia mengatakan, biaya alat itu Rp 4,7 miliar-Rp 5 miliar. Pemkab Sumba Timur hanya menggunakan, tetapi untuk biaya alat pelindung diri dan kegiatan lain, ada pungutan dari masyarakat untuk setiap pemeriksaan spesimen, direncanakan Rp 10.000-Rp 20.000 per orang.
Sekali pemeriksaan bisa mencapai 200-400 spesimen PCR yang bisa datang dari Sumba Timur, Sumba Barat, Sumba Barat Daya, dan Sumba Tengah. Selama ini pengiriman spesimen PCR ke Laboratorium Biomolekuler RSUD Yohannes Kupang dari empat kabupaten di Sumba berkisar 100-300 spesimen.
Tidak heran kalau ada yang kontak erat dengan pasien Covid-19 tetapi terlewatkan.
Hasil pemeriksaan spesimen yang dikirim dari Sumba ke Kupang selama ini biasanya diketahui setelah 14 hari bahkan sampai 20 hari. Spesimen yang dikirim biasanya diambil dari mereka yang telah menjalani rapid antigen dan dinyatakan reaktif. Mestinya orang-orang itu melakukan isolasi mandiri sebelum hasil PCR diketahui, tetapi mereka melakukan kegiatan ke mana-mana sehingga ketika hasil keluar dan positif, petugas kesehatan kesulitan melakukan tracing.
Jika hasil yang keluar itu menyebutkan 10-30 orang positif dan satu orang telah melakukan kontak fisik dengan 100 orang, misalnya, maka ada 1.000-3.000 orang yang harus di-tracing, sementara jumlah petugas kesehatan terbatas. ”Tidak heran kalau ada yang kontak erat dengan pasien Covid-19 tetapi terlewatkan,” kata Mbilijora.
Mengenai tenaga teknis mengoperasikan alat PCR tersebut, Mbilijora mengatakan telah siap. Tidak hanya itu, tenaga kesehatan, khususnya analis dan ahli virus, pun sudah siap.
Ia mengatakan, total kasus Covid-19 Sumba Timur per 25 Januari 2021 sebanyak 238 kasus, 172 pasien sembuh, 158 orang dalam perawatan dan isolasi mandiri, dan 7 orang meninggal. Jika alat PCR itu segera hadir di Sumba, proses pelacakan dipercepat sehingga rantai penyebaran kasus segera dihentikan.
Protokol kesehatan
Paling penting yang dilakukan masyarakat adalah menerapkan protocol kesehatan secara ketat dan benar. Hampir semua masyarakat Sumba Timur mengenakan masker bila berada di luar rumah, tetapi kebanyakan hanya menggantung masker di dagu.
Sekretaris Dinas Kesehatan NTT David Mandala menyebutkan, jumlah kasus positif Covid-19 di NTT per 25 Januari 2021 sebanyak 4.446 orang, 122 orang meninggal, 2.126 orang sembuh, dan 2.198 orang dirawat atau isolasi mandiri.
Kasus tertinggi di Kota Kupang, sebanyak 2.126 pasien, 700 orang sembuh, 1,364 orang dalam perawatan atau isolasi mandiri, dan 62 orang meninggal.
Sikka sebanyak 209 kasus, 5 orang meninggal, 189 orang sembuh, dan 15 orang dalam perawatan. Manggarai Barat 337 kasus, 172 orang sembuh, 158 orang dalam perawatan, dan 7 orang meninggal. Kasus terkecil di Malaka, yakni 25 pasien, 13 orang sembuh, dan 12 orang dalam perawatan.
Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia NTT Hyron Fernandes mengatakan, perlu dibangun komunitas penanggulangan dan pencegahan Covid-19 di setiap RT/RW yang terdiri dari mereka yang peduli terhadap persoalan Covid-19. Komunitas ini bekerja sama dengan Satgas Covid-19 di setiap kelurahan dan desa.
”Masyarakat tidak hanya bergantung pada pemerintah, tetapi perlu ada aksi langsung membendung kasus yang terus mengalami lonjakan. Keterlibatan langsung masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan Covid-19 itu jauh lebih efektif mencegah penularan kasus,” katanya.