Presiden Trong dan PM Phuc Bersaing Perebutkan Posisi Puncak CPV
›
Presiden Trong dan PM Phuc...
Iklan
Presiden Trong dan PM Phuc Bersaing Perebutkan Posisi Puncak CPV
Presiden Nguyen Phu Trong dan Perdana Menteri Nguyen Xuan Phuc bersaing memperebutkan posisi tertinggi Partai Komunis Vietnam. Namun, keduanya terkendala batasan usia.
Oleh
Mahdi Muhammad/Benny Dwi Koestanto
·4 menit baca
HANOI, RABU — Sejumlah analis memperkirakan, Presiden Vietnam Nguyen Phu Trong dan Perdana Menteri Nguyen Xuan Phuc bersaing memperebutkan kursi puncak Partai Kongres Vietnam (CPV). Namun, dengan usia tidak muda lagi, dibutuhkan persetujuan Kongres untuk mengubah aturan main pengisian jabatan tertinggi di partai.
Ambisi untuk tetap memimpin partai dengan mengubah aturan batas usia dikhawatirkan menimbulkan ketidakstabilan dalam suksesi dan politik dalam negeri Vietnam.
Pandangan demikian disampaikan Le Hong Hiep, peneliti senior pada Program Studi Vietnam di lembaga ISEAS-Yusof Ishak Institute Singapura, Selasa (26/1/2021).
”Tantangan utama partai adalah mewujudkan transisi kepemimpinan yang mulus dan memperkenalkan sejumlah pemimpin baru yang cakap, yang akan memimpin negara ini selama lima hingga 10 tahun ke depan,” kata Le.
Sebanyak 1.587 anggota partai menghadiri Kongres Partai Komunis Vietnam yang dimulai sejak Senin (25/1/2021) hingga pekan depan. Dalam Kongres ini, wakil partai dari tingkat provinsi akan menentukan sosok yang akan memimpin Vietnam selama lima tahun mendatang.
Sebelum masuk dalam proses pemilihan itu, ribuan delegasi, termasuk perwakilan partai dari luar negeri, akan memilih 200 anggota Komite Sentral yang akan memilih 16 anggota Politbiro, badan partai tertinggi.
Politbiro kemudian akan mengumumkan nama calon sekretaris jenderal, presiden, perdana menteri, dan Ketua Majelis Nasional yang akan dipilih oleh delegasi Kongres.
Peraturan lembaga Politbiro Nomor 35-CT/TW membatasi masa jabatan para petinggi partai di lembaga itu hingga usia 65 tahun. Mengikuti aturan tersebut, Trong yang kini berusia 76 tahun dan Phuc yang berusia 66 tahun seharusnya lengser dari jabatannya dan diganti dengan wajah baru.
Tidak hanya Trong, yang juga menjabat Sekretaris Jenderal CPV dan Phuc, anggota Politbiro, yang harus lengser karena batasan usia. Tujuh orang anggota Politbiro juga telah memasuki usia pensiun.
Keberhasilan duet Trong dan Phuc dalam menjaga kondisi Vietnam di masa pandemi ini membuka peluang bagi keduanya untuk memimpin kembali hingga lima tahun mendatang.
Kebijakan Trong yang konvensional, sekaligus kebijakannya untuk membersihkan negara dari perilaku koruptif, dinilai bisa menjadi dasar bagi kongres untuk mengubah aturan batas usia tersebut.
”Trong tampaknya telah diberi pengecualian khusus kedua dari pensiun wajib pada usia 65 tahun,” kata Carlyle Thayer, profesor politik emeritus di Universitas New South Wales Australia, dalam wawancara via surat elektronik.
Thayer dan pengamat lainnya percaya bahwa Trong telah memilih sesama anggota Politbiro, Tran Quoc Vuong, untuk menggantikannya, tetapi berusaha untuk tetap tinggal ketika pilihannya tidak dapat menarik dukungan yang cukup dari anggota Komite Sentral.
Le mengatakan, peningkatan ketidakstabilan politik bisa terjadi selain karena upaya untuk mengubah aturan batas usia, juga upaya untuk mengembalikan posisi dua pilar kekuasaan dari empat pilar yang dikini dipegang sendiri oleh Trong, yaitu sebagai presiden dan sebagai Sekretaris Jenderal CPV. Kegagalan memulihkan aturan dan norma yang lama diadopsi oleh CPV juga bisa menimbulkan ketidakstabilan.
Dalam pandangannya, mungkin prioritas partai saat ini adalah memperkenalkan struktur kepemimpinan yang dapat diterima kongres dan dapat membantu partai mempertahankan kohesinya untuk menghindari krisis kepemimpinan.
Tidak bergeser
Jalan-jalan di sekitar Pusat Konvensi Nasional Hanoi, lokasi kongres, ditutup. Sejumlah aparat keamanan berjaga-jaga saat delegasi tiba untuk upacara pembukaan.
Di dalam upacara pembukaan, PM Phuc, dikutip dari laman kantor berita Vietnam, menekankan pemikirannya tentang arah pembangunan Vietnam selama lima tahun terakhir dan lima tahun mendatang serta pembangunan politik untuk kesejahteraan dan kebahagiaan rakyat.
Harapannya adalah Vietnam bisa sejajar dengan negara-negara kuat di seluruh dunia.
Murray Hiebert, analis pada Program Asia Tenggara Pusat Kajian Strategis dan Internasional Washington, menilai, dunia tidak mengharapkan perubahan terlalu besar terjadi di Vietnam saat ini.
”Saya pikir, mereka akan melanjutkan pembukaan perekonomian, mencari lebih banyak mitra ekonomi asing, dan mereka akan mencoba mencari cara untuk bertahan hidup bersama China,” katanya.
China dalam beberapa tahun terakhir telah memperkuat klaimnya atas jalur air yang diperebutkan dengan membangun beting kecil dan terumbu karang menjadi pangkalan militer. Sebuah tindakan yang membuat Hanoi tidak senang, yang juga mengklaim bagian dari laut yang kaya sumber daya itu.
Trong, Selasa kemarin, menyinggung masalah geopolitik yang lebih luas ini, meningkatkan kebutuhan partai untuk ”menangani hubungan dengan negara-negara yang lebih besar secara benar dan efisien”.
”Perjuangan untuk melindungi kedaulatan nasional dan keutuhan wilayah tetap menjadi tantangan,” katanya.
Terlepas dari pandangan internasional yang menantang, kepemimpinan baru akan bertujuan untuk memanfaatkan keuntungan ekonomi dan politik dari penanganan epidemi virus korona yang berhasil, kata pengamat.
Menyoroti pertumbuhan Vietnam sebesar 2,9 persen di wilayah yang penuh dengan kontraksi ekonomi, Trong mengatakan pada hari Selasa bahwa Vietnam telah diakui sebagai titik bersinar. ”Vietnam berhasil mengatasi pandemi sambil memulihkan dan mengembangkan ekonomi,” kata Trong.
Dengan kinerja ekonomi dan sosial yang kuat, dalam pandangan aktivis hak asasi manusia Le Cong Dinh, bisa diartikan bahwa pemerintah merasa lebih percaya diri dalam meningkatkan tindakan keras dan pengekangan terhadap perbedaan pendapat. (AFP/AP)