Prokes Tak Diterapkan, Pengungsi Banjir Kalsel Terancam Covid-19
›
Prokes Tak Diterapkan,...
Iklan
Prokes Tak Diterapkan, Pengungsi Banjir Kalsel Terancam Covid-19
Pandemi Covid-19 belum usai, Kalimantan Selatan sudah dihajar bencana banjir. Pengungsi pun terancam terpapar virus mematikan tersebut.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
MARTAPURA, KOMPAS — Protokol kesehatan tidak bisa diterapkan di posko-posko pengungsian, baik posko mandiri maupun posko pengungsian yang disiapkan pemerintah. Meski posko kesehatan disediakan, petugas terlihat kesulitan mengawasi protokol kesehatan.
Banjir di Kalimantan Selatan (Kalsel) tahun ini dinilai merupakan bencana alam terbesar di provinsi dengan julukan ”Bumi Lambung Mangkurat”. Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalsel menunjukkan, banjir merendam setidaknya 122.166 rumah di 11 kabupaten/kota.
Banjir berdampak pada 179.035 keluarga atau total 712.129 jiwa. Total pengungsi selama banjir 113.420 orang. Hingga kini, pengungsi yang telah kembali ke rumahnya karena banjir telah surut baru 17.004 orang.
Annisa (30), pengungsi di Stadion Demang Lehman, sudah 10 hari tinggal di posko tersebut. Ia bersama suaminya, Muhammad Fauzi (43), sudah bolak-balik ke rumah mereka di Pekauman, Kabupaten Banjar, Kalsel. Namun, banjir masih belum surut, ketinggian air masih sekitar 40 sentimeter.
”Suami saya tetap pulang ke rumah karena banyak sekali maling katanya, jadi enggak tenang pikiran ini,” kata Annisa saat ditemui Kompas, Selasa (26/1/2021).
Annisa menjelaskan, ia dan keluarganya dipindah ke Stadion Demang Lehman sesaat sebelum kunjungan Presiden Joko Widodo ke Kalsel, beberapa waktu lalu. Sebelumnya, mereka membuat tenda sendiri di pinggir jalan. Bersama ratusan warga lainnya mereka pindah ke stadion tersebut.
Hal serupa juga dirasakan Jumita (23) di posko pengungsian Masjid Agung Al-Karomah, Kabupaten Banjar, Kalsel. Ia bersama suami dan satu anaknya yang berumur satu tahun sudah seminggu tinggal di masjid tersebut bersama 224 orang lain yang ikut mengungsi.
Di masjid itu, Jumita dan ratusan pengungsi lainnya menghabiskan waktu dengan beribadah, menunggu jatah makanan, dan berjalan berkeliling masjid. Kompas melihat ratusan orang tidak mengenakan masker dan menjaga jarak.
Keadaan seperti itu sebenarnya tidak hanya terlihat di posko-posko pengungsian, tetapi juga hampir di setiap wilayah, seperti Kota Banjarmasin, Banjarbaru, Martapura, dan beberapa wilayah di sekitarnya. Banyak pengendara motor, pejalan kaki, bahkan hingga di kompleks perumahan, protokol kesehatan tidak diterapkan maksimal. Tidak ada jaga jarak dan masker.
Sekitar 100 meter dari bangunan utama masjid terdapat posko kesehatan yang dibangun Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan. Setidaknya terdapat tiga petugas jaga di posko itu, satu dokter dan dua perawat. Setiap pasien yang datang dengan tidak mengenakan masker, petugas akan langsung memberikannya.
Baik Annisa maupun Jumita dan beberapa pengungsi saat ditanya Kompas mengaku tidak pernah diperiksa antigen, pemeriksaan cepat, apalagi uji usap. Mereka pun khawatir karena dalam kondisi darurat bencana akan sangat sulit menerapkan protokol kesehatan. ”Masker saya terbawa banjir,” ujar Annisa.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel Nurul Ahdani menjelaskan, pihaknya berupaya untuk terus mengawasi para pengungsi dengan tetap menjalankan protokol kesehatan. Namun, mereka juga tetap harus melayani beragam penyakit yang sedang menyerang pengungsi, seperti diare, kutu air, alergi kulit, batuk, pilek, demam, hipertensi, dan beragam penyakit lainnya.
Dalam sehari, lanjut Nurul, posko kesehatan itu melayani lebih kurang 78 orang dari pukul 08.00 WITA sampai pukul 21.00 WITA. ”Obat-obatan dan fasilitas kesehatan dalam kondisi darurat ini masih mencukupi kebutuhan pasien atau para pengungsi,” kata Nurul.
Dengan gejala itu dan dalam situasi pandemi, Nurul tidak menampik adanya kekhawatiran penyebaran Covid-19. Apalagi dalam situasi mengungsi protokol kesehatan sangat sulit dijalankan.
”Kami berupaya untuk terus mengingatkan agar menggunakan masker, kami pun membagikan masker dan menyiapkan tempat cuci tangan di setiap sudut masjid, jaga jarak yang sangat sulit karena mereka tinggal di satu tempat yang sama,” kata Nurul.
Hingga kini, menurut Nurul, belum ada pemeriksaan antigen yang diberlakukan di posko kesehatan tersebut. ”Kami melihat gejalanya, nanti pasti akan ditindak sesuai prosedur Covid-19,” kata Nurul.