Wisma Atlet Minta Pasien Tanpa Gejala Isolasi Mandiri di Rumah
›
Wisma Atlet Minta Pasien Tanpa...
Iklan
Wisma Atlet Minta Pasien Tanpa Gejala Isolasi Mandiri di Rumah
Jumlah kasus positif dan pasien Covid-19 bergejala makin banyak. Wisma Atlet kini memprioritaskan merawat pasien bergejala. Wisma Atlet Pademangan tetap bakal menerima orang tanpa gejala yang tidak mampu isolasi mandiri.
Oleh
JOHANES GALUH BIMANTARA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Peningkatan kasus positif Covid-19 yang belum terkendali berdampak pada terus bertambahnya pasien bergejala yang butuh tempat perawatan. Karena itu, pengelola Rumah Sakit Darurat Covid-19 atau RSDC Wisma Atlet meminta orang-orang tanpa gejala di Jakarta dan sekitarnya sebisa mungkin isolasi mandiri di rumah masing-masing sehingga RS bisa fokus menerima pasien-pasien bergejala.
Saat ini, terdapat dua kompleks wisma atlet di Jakarta yang dijadikan RSDC, yakni Wisma Atlet Kemayoran di Jakarta Pusat dan Wisma Atlet Pademangan di Jakarta Utara. Empat menara (Menara 4-7) di Kemayoran sekarang difokuskan untuk pasien bergejala ringan ke atas, termasuk pasien bergejala berat yang menunggu dirujuk ke RS rujukan. Adapun di Pademangan terdapat Menara 8 dan 9 yang digunakan untuk merawat pasien tanpa gejala hingga bergejala ringan.
Namun, Kepala Staf Komando Daerah Militer Jaya/Jayakarta Brigadir Jenderal M Saleh Mustafa menyebutkan, saat ini jumlah kasus aktif di Ibu Kota sudah sangat tinggi sehingga RSDC Wisma Atlet Pademangan juga diprioritaskan bagi pasien-pasien bergejala, yakni dengan level maksimal ringan. Itu lantaran pasien bergejala lebih butuh pendampingan tenaga kesehatan dalam menjalani perawatan.
Jumlah kasus aktif di Ibu Kota saat ini sudah sangat tinggi sehingga RSDC Wisma Atlet Pademangan juga diprioritaskan bagi pasien-pasien bergejala, yakni dengan level maksimal ringan. (M Saleh Mustafa)
”Yang tanpa gejala bukan berarti tidak perlu penanganan, tetapi itu masih bisa dilakukan dirinya sendiri dalam isolasi mandiri di rumah masing-masing,” ucap Brigjen Saleh yang juga Wakil Komandan Komando Tugas Gabungan Terpadu RSDC Wisma Atlet, Rabu (27/1/2021), di Pademangan.
Karena itu, Saleh mengimbau orang tanpa gejala (OTG) yang masih mampu isolasi mandiri di rumah sendiri agar tidak meminta dirujuk ke RS atau fasilitas isolasi yang disediakan pemerintah. Meski demikian, Wisma Atlet Pademangan bakal menerima OTG yang tidak mampu isolasi mandiri, misalnya karena tinggal di lingkungan padat penduduk dan kondisi rumah kurang layak.
Kepala Subdirektorat Kekarantinaan Kesehatan Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan dokter Benget S Turnip mengatakan, seleksi pasien yang memenuhi kriteria untuk dirawat di Pademangan merupakan hasil triase puskesmas. ”Semua melalui rujukan. Jika dia mampu (isolasi mandiri) di rumahnya, puskesmas tidak mengirim,” ujar koordinator bidang kesehatan di Wisma Atlet Pademangan itu.
Benget menjelaskan, ciri-ciri pasien bergejala ringan di antaranya kehilangan kemampuan indra penciuman, batuk, pilek, meriang, dan diare. Tenaga kesehatan di Pademangan bekerja menjaga kondisi mereka agar tidak memburuk menjadi bergejala sedang (contohnya sudah sesak napas walau baru berjalan beberapa langkah) hingga bergejala berat yang sudah membutuhkan ventilator.
Selain itu, tenaga kesehatan juga memberikan perhatian ekstra bagi pasien yang memiliki penyakit penyerta atau komorbid karena kondisi mereka lebih berpeluang memburuk. Komorbid di antaranya berupa hipertensi, diabetes melitus, sakit jantung, dan kanker. Agar bisa lebih terpantau, semua pasien dengan komorbid ditempatkan di Menara 9 lantai 4.
Berdasarkan data pada Selasa (26/1/2021) malam, tingkat keterisian di Menara 8 Pademangan 77 persen. Dari total 1.016 tempat tidur yang tersedia di sana, terisi 783. Adapun tingkat okupansi Menara 9 sebesar 58,3 persen. Sebanyak 1.018 orang menempati menara itu, sedangkan daya tampung maksimalnya 1.746 orang.
Sebelum menjadi RSDC, Menara 8 sudah digunakan sebagai tempat karantina, tetapi bagi warga yang baru saja datang dari luar negeri. Saat ini, karantina baik bagi warga negara Indonesia maupun asing yang baru tiba di Jakarta diarahkan ke 57 hotel agar Wisma Atlet bisa difokuskan bagi penanganan kasus positif Covid-19.
Sementara itu, Menara 9 baru terisi pasien positif pekan lalu, tetapi hanya kurang dari seminggu tingkat keterisiannya sudah tinggi. Pada Senin (25/1/2021) pagi, misalnya, okupansi Menara 9 di Wisma Atlet Pademangan sudah 47,88 persen.
Pada Rabu, RSDC Wisma Atlet menerima bantuan perlengkapan dari Kawan Lama Foundation untuk operasional pelayanan di Menara 8 dan 9 Pademangan. Barang yang diberikan, antara lain, 100 kursi lipat, 50 dispenser air minum, 20 gulungan kabel, 10 troli obat, dan 8 troli barang berkapasitas angkut 150 kilogram. Selain itu, ada 30 meja kerja, 4 rak arsip, dan 3 lemari kaca untuk obat.
Saleh mengapresiasi bentuk gotong royong dari Kawan Lama Foundation itu karena menyadari mengandalkan kemampuan pemerintah dan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 saja tidak akan cukup dalam mengatasi pandemi. Ia berharap kebersamaan juga terjalin dengan anggota masyarakat atau organisasi lainnya, tetapi terutama bukan dalam bentuk pemberian barang, melainkan kedisiplinan menerapkan protokol kesehatan.
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar Yusri Yunus mengatakan, pihaknya terus berkomitmen untuk bermitra dengan pemerintah daerah menjalankan operasi yustisi menindak pelanggar protokol kesehatan. Pelanggaran bisa berupa individu yang tidak memakai masker saat di luar rumah, perkantoran yang melanggar ketentuan jumlah karyawan bekerja di kantor, serta tempat makan dan minum yang melanggar ketentuan batas waktu dan batas kapasitas pengunjung.
Kurun waktu 14 September 2020-26 Januari 2021, Polda Metro Jaya dan polres-polres jajaran mendata 541.395 orang dikenai sanksi karena melanggar protokol kesehatan. Sebanyak 172 perkantoran serta 599 tempat makan dan minum tutup sementara. Selain itu, petugas menghimpun denda hingga Rp 1,19 miliar dari para pelanggar di Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi.