Kohesi Warga dan Aparat yang Kapabel Pengaruhi Keberhasilan Tangani Pandemi
›
Kohesi Warga dan Aparat yang...
Iklan
Kohesi Warga dan Aparat yang Kapabel Pengaruhi Keberhasilan Tangani Pandemi
Sistem politik dan tingkat ekonomi tidak terlalu berpengaruh pada respons terhadap pandemi. Kohesi masyarakat dan aparat yang kapabel justru lebih berpengaruh terhadap upaya pengendalian pandemi.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
SYDNEY, KAMIS — Sejauh ini, Selandia Baru, Vietnam, dan Taiwan dinilai menjadi tiga negara paling berhasil dalam menghadapi pandemi Covid-19. Ketiga negara itu berada di posisi teratas dalam Indeks Kinerja Covid yang dirilis lembaga pemikir Australia, Lowy Institute, Kamis (28/1/2021).
Negara-negara kecil—negara dengan populasi kurang dari 10 juta orang—terbukti lebih gesit daripada negara-negara besar lainnya dalam menangani keadaan darurat kesehatan pada tahun 2020.
Sebanyak 98 negara dievaluasi dalam kurun waktu 36 pekan setelah Covid-19 mencapai 100 kasus terkonfirmasi. Evaluasi itu menggunakan data yang tersedia hingga 9 Januari 2021. Data yang digunakan antara lain kasus yang dikonfirmasi, kasus yang dikonfirmasi per 1 juta orang, kematian yang dikonfirmasi, kematian yang dikonfirmasi per 1 juta orang, kasus yang dikonfirmasi sebagai proporsi tes, dan tes per 1.000 orang. Laporan itu dirilis saat kasus terkonfirmasi Covid-19 menembus 100 juta kasus dengan kematian lebih dari 2 juta jiwa.
Berada di peringkat terbawah dalam indeks itu adalah Brasil dan Meksiko. Amerika Serikat berada di peringkat ke-94, setingkat di atas Iran dan setingkat di bawah Bolivia. Indonesia berada di peringkat ke-85, hanya setingkat di atas India. Inggris, dengan jumlah kematian tertinggi di Eropa, berada di posisi ke-66.
Hal yang menarik adalah Lowy tidak memasukkan China dalam daftar indeks itu. Alasannya, meski menjadi tempat kasus pertama terkonfirmasi Covid-19 pada Desember 2019, tidak ada data yang tersedia secara umum atas perkembangan penanganan penyakit itu di China.
Indeks tersebut menunjukkan negara-negara di Asia Pasifik berhasil mengendalikan pandemi. Sementara itu, negara-negara di Eropa dan AS ”kewalahan” oleh penyebaran cepat Covid-19. Negara-negara lain di peringkat 10 besar indeks itu termasuk Thailand, Siprus, Rwanda, Eslandia, Australia, Latvia, dan Sri Lanka. Negara-negara itu melaporkan lebih sedikit kasus dan kematian, baik secara agregat maupun per kapita.
”Tingkat perkembangan ekonomi atau perbedaan dalam sistem politik antarnegara ternyata tidak terlalu berpengaruh pada hasil sebagaimana sering diasumsikan atau dipublikasikan,” kata Lowy Institute dalam analisisnya. ”Secara umum, negara dengan populasi yang lebih kecil, masyarakat yang kohesif, dan lembaga yang cakap memiliki keunggulan komparatif dalam menghadapi krisis global seperti pandemi.”
Negara-negara yang masuk dalam daftar indeks itu telah diurutkan ke dalam kategori yang luas. Mereka didasarkan pada wilayah, sistem politik, jumlah penduduk, dan perkembangan ekonomi.
Negara-negara yang masuk dalam daftar indeks itu diurutkan dalam kategori yang luas. Mereka didasarkan pada wilayah, sistem politik, jumlah penduduk, dan perkembangan ekonomi. Hal-hal itu untuk menentukan apakah terdapat variasi yang signifikan di antara beragam jenis negara dalam penanganan pandemi.
Lowy mengatakan, dalam penanganan pandemi, beberapa negara dinilai lebih baik dari negara lain. Sementara itu, yang menyebabkan sejumlah negara belum berhasil mengendalikan pandemi adalah kinerja yang kurang baik.
Namun, Lowy juga melihat bahwa tidak ada ”satu jenis” negara yang unggul selama periode penelitian. Tingkat keparahan pandemi di banyak negara berubah secara signifikan dari waktu ke waktu. Kasus infeksi melonjak lagi di banyak negara, di mana sebelumnya—di masa-masa awal pandemi—pemerintah setempat berhasil menekan laju penularan virus pemicu Covid-19.
Dengan populasi sekitar 5 juta orang, Selandia Baru hanya mencatat 25 kematian warga akibat Covid-19. Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern pada awal Oktober tahun lalu mengatakan, negaranya meraih kemenangan melawan gelombang kedua Covid-19. Selandia Baru pun mengumumkan pembatasan aktivitas warga di kota terbesar negara itu dilonggarkan. Virus korona tipe baru diyakini telah diberantas di Selandia Baru pada akhir Mei 2020, sebelum kemudian muncul beberapa kasus.
Sementara Vietnam di bawah kendali Presiden Nguyen Phu Trong dan Perdana Menteri Nguyen Xuan Phuc mendapat pujian banyak pihak karena negaranya tergolong negara yang berhasil menangani pandemi. Di bawah kendali keduanya, Vietnam, berdasarkan data worldometer.info, hanya mencatatkan 1.548 kasus Covid-19 dan 35 kematian. Dari total 1.548 kasus, 1.411 di antaranya sembuh. Pelacakan dan pengetesan secara agresif dan karantina massal adalah kunci bagi keberhasilan Vietnam membendung laju infeksi.
Keberhasilan Vietnam tak lepas dari kemampuan negara itu belajar dari deraan wabah SARS. Vietnam antara lain memperkuat kapasitas layanan kesehatan, termasuk meningkatkan kapasitas tenaga medis mereka dan respons terhadap infeksi.
Negara dengan populasi kurang dari 10 juta jiwa cukup gesit dibandingkan dengan negara-negara besar saat menangani keadaan darurat kesehatan. Di sisi lain, tingkat perkembangan ekonomi atau perbedaan sistem politik antarnegara memiliki dampak yang lebih kecil pada hasil daripada yang sering diasumsikan atau dipublikasikan.
Ini terkait kepercayaan masyarakat terhadap para pemimpin mereka sekaligus sejauh mana kompetensi pemimpin-pemimpin mereka dalam menghadapi persoalan pelik yang ada. Secara umum, negara dengan populasi yang lebih kecil, masyarakat yang kohesif, dan institusi yang cakap memiliki keunggulan komparatif dalam menghadapi krisis global seperti pandemi. (REUTERS)