Beberapa pemain Indonesia langsung bertemu lawan terberat di grup pada laga pertama Final Tur Dunia BWF. Minimnya turnamen setahun terakhir menyebabkan unggulan teratas diisi pemain di luar papan atas dunia.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
BANGKOK, RABU — Musim kompetisi yang singkat pada 2020 memunculkan momen yang tak biasa pada turnamen penutup musim bulu tangkis Final Tur Dunia BWF di Bangkok, Thailand. Unggulan teratas di beberapa nomor diisi pemain di luar pemain-pemain top dunia, hingga ”perang bintang” pada hari pertama pun tak terhindarkan.
Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti dan Anthony Sinisuka Ginting termasuk yang menjalani ”laga panas” pada hari pertama Final BWF 2020 di Impact Arena, Rabu (27/1/2021). Mereka langsung bertemu lawan paling berat di grup masing-masing. Praveen/Melati menghadapi Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai (Thailand), sementara Anthony melawan Viktor Axelsen.
Praveen/Melati dan Anthony akhirnya gagal memenangi tantangan pertama. Praveen/Melati kalah 13-21, 21-16, 11-21, sedangkan Anthony menyerah 17-21, 8-21. Kekalahan juga dialami Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja dari Thom Gicquel/Delphine Delrue (Perancis), 21-14, 14-21, 17-21, pada Grup B.
Hasil laga selama 39 menit itu menjadi kekalahan paling telak Anthony dari tiga kekalahan lain melawan Axelsen, termasuk pada final Yonex Thailand Terbuka, 12-17 Januari. Ketika itu, Anthony kalah 19-21, 21-13, 13-21.
Kekalahan tersebut terjadi ketika Anthony sebenarnya menjadi pemain yang paling berpeluang menghentikan laju kemenangan Axelsen. Sebelum tampil dalam Final BWF, Axelsen memenangi 25 pertandingan beruntun sejak Kejuaraan Beregu Eropa, Februari 2020. Setelah membawa Denmark menjadi juara beregu putra, Axelsen menjuarai Barcelona Masters serta All England 2020, lalu Yonex dan Toyota Thailand Terbuka pada dua pekan terakhir.
”Viktor bermain sangat baik dan tak banyak membuat kesalahan. Saya berusaha semaksimal mungkin, tetapi dia adalah lawan yang sangat tangguh. Dia tahu harus bermain seperti apa sejak awal. Saya semakin kesulitan ketika dia menekan sepanjang gim kedua,” komentar Anthony pada laman BWF.
Adapun Puavaranukroh, yang bersama Taerattanachai menjuarai Yonex dan Toyota Thailand Terbuka dua pekan beruntun, menyadari tantangan berat pada laga awal.
”Pertandingan pertama dalam turnamen ini sangat berat bagi kami. Jadi, siapapun yang bisa menyerang lebih dulu memiliki kesempatan besar untuk mendapat angka. Kami punya target juara dalam setiap turnamen, tetapi akan fokus pada setiap pertandingan lebih dulu,” katanya.
Tak terhindarkan
Final BWF diikuti delapan pemain/pasangan terbaik setiap nomor yang dibagi dalam dua grup. Babak penyisihan berlangsung dalam format round robin. Sesuai peraturan, hari pertama kejuaraan mempertemukan unggulan terbaik dan terendah, serta unggulan kedua dan ketiga setiap grup.
Pertemuan dini Axelsen dan Anthony tak terhindarkan karena peraturan tersebut. Axelsen dan Anthony adalah unggulan tertinggi dan terendah Grup A. Anthony, finalis Final BWF 2019, bahkan menjadi tunggal putra terakhir yang lolos ke Final BWF tahun ini.
Pada ganda campuran, meski menjadi dua pasangan berperingkat dunia tertinggi dalam turnamen, Puavaranukroh/Taerattanachai (peringkat ketiga) dan Praveen/Melati (4) berada di bawah pasangan Inggris, Marcus Ellis/Lauren Smith (peringkat kesembilan dunia), sebagai unggulan teratas Grup A. Ini karena Ellis/Smith menempati posisi teratas Daftar Peringkat Menuju Bangkok, sebagai patokan peserta Final BWF, diikuti Mark Lamsfuss/Isabel Herrtrich (Jerman) yang hanya memiliki ranking ke-17 dunia.
Peraturan susunan pertandingan hari pertama bisa berubah jika terdapat dua wakil dari negara yang sama pada satu grup. Dalam kondisi ini, keduanya langsung bertemu pada hari pertama untuk menghindari ”main mata” jika penentuan dua wakil yang lolos ke semifinal harus ditentukan hingga laga terakhir grup.
Situasi itu, tergambar pada Grup A ganda putri. Berdasarkan urutan unggulan, grup ini dihuni Greysia Polii/Apriyani Rahayu (Indonesia), Lee So-hee/Shin Seung-chan (Korea Selatan), serta dua pasangan Malaysia, Chow Mei Kuan/Lee Meng Yean dan Vivian Hoo/Yap Cheng Wen. Dengan demikian, Greysia/Apriyani dan Lee/Shin bertemu lebih dulu. Greysia/Apriyani menang, 21-17, 22-24, 21-15.
Munculnya pemain ”underdog” sebagai unggulan teratas tak lepas dari minimnya turnamen yang digelar pada 2020. Pandemi Covid-19 membuat hanya ada sembilan turnamen yang digunakan untuk menghitung poin Daftar Peringkat Menuju Bangkok, di antaranya Yonex dan Toyota Thailand Terbuka pada dua pekan beruntun sejak 12 Januari 2021.
Denmark Terbuka, yang digelar Oktober 2020, juga masuk dalam penghitungan poin. Karena pemain top dunia China, Indonesia, dan sebagian pemain Jepang absen, pemain-pemain Eropa di luar Denmark pun memanfaatkan peluang itu untuk mendapat banyak poin, termasuk Lamsfuss/Herrtrich yang menjadi juara dan Ellis/Smith sebagai semifinalis ganda campuran.
Tiga ganda putra Eropa yang masing-masing menjadi juara, peringkat kedua, dan semifinalis Denmark Terbuka, yaitu Marcus Ellis/Chris Langridge (Inggris), Vladimir Ivanov/Ivan Sozonov (Rusia), dan Ben Lane/Sean Vendy, juga, lolos ke Final BWF.
Perjalanan berbeda
Greysia/Apriyani juga menghadapi lawan paling berat pada Grup A dalam penampilan pertama mereka. Kemenangan atas Lee/Shin, 21-17, 22-24, 21-15, didapat dalam waktu 1 jam 34 menit.
Ganda Indonesia peringkat kedelapan dunia itu seharusnya bisa menang dengan lebih cepat ketika mendapat empat match point pada skor 20-16, ditambah satu peluang pada 21-20 gim kedua. Namun, Lee/Shin memperpanjang jalannya pertandingan.
Pelatih ganda putri pelatnas bulu tangkis Indonesia, Eng Hian, menilai, Greysia/Apriyani terburu-buru ingin memenangi pertandingan hingga akhirnya menjadi blunder. ”Pukulan Greysia/Apriyani menjadi tidak akurat hingga mudah diantisipasi lawan,” ujar Eng Hian.
Dengan lawan yang memiliki kemampuan seimbang, Greysia/Apriyani pun berusaha fokus pada perebutan poin per poin pada gim ketiga. ”Kami tidak berpikir yang lain kecuali poin demi poin dan tetap menjaga semangat,” kata Greysia dalam situs web BWF.
Kemenangan tersebut menjadi peluang besar juara Yonex Thailand Terbuka itu untuk menempati dua peringkat teratas grup sebagai syarat lolos ke semifinal. Berdasarkan pengalaman bermain dalam ajang besar, Lee/Shin, yang berperingkat keempat dunia, seharusnya menjadi lawan paling solid ketimbang dua pasangan Malaysia, Hoo/Yap dan Chow/Lee. Hoo/Yap akan menjadi lawan Greysia/Apriyani, Kamis.
Perjalanan berbeda dilalui Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan pada persaingan ganda putra Grup B. Setelah mengalahkan Ivanov/Sozonov, 21-18, 15-21, 21-17, Rabu, Hendra/Ahsan akan berhadapan dengan lawan yang makin tangguh. Choi Solgyu/Seo Seung-jae (Korea Selatan), yang selalu menang dalam dua pertemuan sebelumnya, akan menjadi lawan pada Kamis ini. Setelah itu, sang juara bertahan ditantang pasangan muda Malaysia, Aaron Chia/Soh Wooi Yik.
Pelatih ganda putra Herry Iman Pierngadi mengatakan, persaingan pada Grup B lebih berat dibandingkan dengan Grup A. ”Namun, siapa pun lawan yang akan dihadapi dari hasil undian, harus siap,” kata Herry.