Terkesima Melihat Kemegahan Masjid Ibn Tulun yang Tetap Kokoh 1.000 Tahun
›
Terkesima Melihat Kemegahan...
Iklan
Terkesima Melihat Kemegahan Masjid Ibn Tulun yang Tetap Kokoh 1.000 Tahun
Masjid Ibn Tulun sangat legendaris dalam sejarah Mesir. Dirancang arsitek Kristen dengan gaya arsitektur mirip Masjid Agung Samarra di Irak, usia masjid itu sudah lebih dari 1.000 tahun. Lebih tua daripada kota Kairo.
Oleh
MUSTHAFA ABD RAHMAN, DARI KAIRO, MESIR
·5 menit baca
Hari Minggu, 17 Januari 2021, langit kota Kairo, Mesir, diselimuti awan mendung. Angin pun menerpa cukup kencang. Hanya sesekali matahari menampakkan diri dari balik gumpalan awan. Sesekali itu pula langit kota Kairo tampak terang sebelum kemudian matahari menghilang lagi. Di setiap pertengahan Januari, puncak musim dingin di Mesir, cuaca kurang bersahabat. Namun, tekad mengunjungi Masjid Ibn Tulun pada hari itu tidak surut.
Masjid Ibn Tulun kini lebih menjelma sebagai situs sejarah legendaris. Masjid itu berlokasi di Distrik Sayyida Zaynab, kota lama Kairo, yang kini sudah sangat padat penduduk. Untuk sampai ke Masjid Ibn Tulun, pengunjung harus melewati jalan sempit dengan hiruk pikuk lalu lintas dan pemandangan perkampungan padat penduduk di kiri-kanan.
Namun, begitu kaki menginjak pelataran masjid dan mulai terlihat pemandangan keelokan arsitek masjid yang sudah berusia lebih dari 1.000 tahun itu, segera muncul perasaan terkesima melihat kemegahan Masjid Ibn Tulun.
Bahkan, saat masih berada di pintu masuk utama masjid pun, pemandangan struktur bangunan yang luas dan megah sudah menghadirkan kesan mendalam. Pada saat itu pula segera terlupakan suara berisik hiruk pikuk lalu lintas di sekitar masjid.
Masjid Ibn Tulun menempati lahan sekitar 2,5 hektar, berbentuk segi empat. Di bagian tengah terdapat halaman yang luas. Di tengah halaman yang luas ini terdapat bangunan pancuran air yang berkubah sekaligus tempat wudu, menambah kemegahan Masjid Ibn Tulun.
Bangunan Masjid Ibnu Tulun terdiri atas koridor-koridor panjang yang disangga pilar-pilar artistik. Pilar-pilar tersebut terbuat dari batu bata yang diplester dengan semen. Koridor-koridor pada masjid ini sebenarnya mengadopsi bentuk bangunan gereja di Kairo pada masa itu. Deretan lampu gantung yang khas juga bisa ditemui di sepanjang langit-langit koridor tersebut.
Di bagian belakang masjid terdapat menara berbentuk spiral yang menjadi ciri khas Masjid Ibn Tulun. Menara spiral itu sering dikunjungi wisatawan dengan menaiki tangga menara hingga ke puncak atas untuk melihat pemandangan megah Masjid Ibn Tulun dari menara sekaligus menikmati pemandangan kota lama Kairo yang eksotis.
Legendaris
Nama Masjid Ibn Tulun sudah sangat legendaris dalam sejarah dan dunia pariwisata Mesir. Foto-foto Masjid Ibn Tulun senantiasa menghiasi kartu-kartu pos promosi pariwisata Mesir yang diperkenalkan di mancanegara. Foto Masjid Ibn Tulun sering disejajarkan dengan situs bersejarah legendaris Mesir lainnya, seperti Piramida, Saladin Citadel, dan Museum Nasional Mesir.
Saat Kompas mengunjungi Masjid Ibn Tulun, suasananya tampak tidak begitu ramai pengunjung karena dampak pandemi Covid-19. ”Pada masa pandemi ini, turis asing yang berkunjung ke masjid ini sepi, hanya 10 hingga 15 turis asing per hari,” kata Abdul Hamid (55), pegawai di Masjid Ibn Tulun.
”Dulu sebelum pandemi, turis asing yang berkunjung ke sini bisa mencapai 100 hingga 150 turis per hari,” ujarnya.
Abdul Hamid lalu menyampaikan, Masjid Ibn Tulun ini dibuka untuk kunjungan umum mulai dari pukul 09.00 hingga pukul 16.00 setiap hari. Setelah pukul 16.00, lanjutnya, masjid tetap dibuka hanya untuk shalat Ashar, Maghrib, dan Isya.
”Biasanya kunjungan turis asing ke Masjid Ibn Tulun satu paket dengan kunjungan mereka ke benteng Salahuddin al-Ayyubi (Saladin Citadel) karena letaknya tidak berjauhan. Setelah mengunjungi Saladin Citadel, mereka langsung ke Masjid Ibn Tulun,” kata Abdul Hamid lagi.
Ia menjelaskan, Masjid Ibn Tulun berada di bawah Kementerian Wakaf dan Kementerian Urusan Purbakala Mesir. ”Kementerian Urusan Purbakala sudah meluncurkan proyek renovasi Masjid Ibn Tulun sejak tahun 2000, tetapi pelaksanaannya sering tersendat karena mungkin kekurangan dana,” ujar Abdul Hamid lagi.
Di sebelah kanan pintu utama masuk masjid terdapat papan yang mencantumkan catatan sejarah dibangunnya Masjid Ibn Tulun. Dalam catatan itu disebutkan bahwa Masjid Ibn Tulun dibangun Ahmad Ibn Tulun dalam waktu tiga tahun, dari 876 M hingga 879 M. Dengan demikian, usia Masjid Ibn Tulun kini sudah mencapai 1.141 tahun. Usia masjid itu bahkan lebih tua daripada kota Kairo yang didirikan Dinasti Fatimiyah tahun 968 M.
Arsitek Kristen
Ibn Tulun dilahirkan di Baghdad pada 835 M. Ia seorang anak budak berkebangsaan Turki bernama Tulun. Ibn Tulun dikirim ke Mesir untuk diangkat menjadi gubernur oleh Khalifah Al-Mu’tamad Billah dari Dinasti Abbasiyah. Ibn Tulun kemudian mendirikan Dinasti Tuluniyah yang berkuasa di Mesir dan Suriah (868-884 M) yang terpisah dari Dinasti Abbasiyah.
Pada masa kekuasaannya itu, Ibn Tulun membangun masjid megah yang diberi nama Masjid Ibn Tulun. Masjid megah tersebut dirancang seorang arsitek Mesir beragama Kristen, Salid Ibn Kateb al-Farghany.
Ibn Tulun memerintahkan Farghany agar merancang masjid yang arsitekturnya mirip dengan Masjid Agung Samarra di Irak, tempat kelahiran Ibn Tulun. Itu sebabnya, Masjid Ibn Tulun dan Masjid Agung Samarra secara arsitektur bak masjid kembar.
Masjid Ibn Tulun kini merupakan masjid tertua kedua di Mesir setelah Masjid Amr bin Ash. Masjid Ibn Tulun juga merupakan salah satu dari dua peninggalan sejarah kota Al-Qata’i yang tersisa utuh saat ini. Satu sisa peninggalan lainnya yang masih utuh adalah terowongan air yang juga berada di kota lama Kairo.
Kota Al-Qata’i adalah ibu kota Dinasti Tuluniyah yang dibangun pada 868 M. Di area ketinggian kota tersebut, yang dikenal nama Gabal Yashkur, dibangun sebuah masjid dengan menelan biaya 120.000 dinar emas saat itu. Masjid tersebut, yang kemudian dikenal dengan nama Masjid Ibn Tulun, selesai dibangun pada 879 M.
Kekokohan masjid tersebut dan tetap berdiri kuat sesuai desain aslinya sampai saat ini membuat decak kagum siapa pun yang mengunjunginya. Batuan dasar kokoh yang menjadi fondasi masjid dan letak masjid di ketinggian membuat Masjid Ibn Tulun terlindung dari bencana alam, seperti banjir dan gempa bumi, yang terjadi setiap saat selama lebih dari 1.000 tahun. Batu bata merah untuk dinding masjid disebut-sebut tahan api.
Struktur bebatuan fondasi dibangun sangat kokoh agar mampu menahan guncangan akibat gempa bumi atau ledakan bom. Dengan fondasi yang kokoh itu pula, Masjid Ibn Tulun mampu menahan getaran akibat kendaraan berat yang sering melewati jalan-jalan sekitar Masjid Ibn Tulun saat ini.
Sepanjang sejarahnya, Masjid Ibn Tulun sudah beberapa kali mengalami renovasi. Renovasi pertama dilakukan pada tahun 1077 M pada era Gubernur Badr al-Jamali dari Dinasti Fatimiyah. Sultan Lajin dari Dinasti Fatimiyah pada tahun 1296 M juga melakukan renovasi besar atas Masjid Ibn Tulun, termasuk renovasi menara masjid.
Kini, Pemerintah Mesir juga melakukan renovasi secara bertahap, dimulai sejak tahun 2000 dan terus berlanjut sampai saat ini.