Prabowo, Ganjar, dan Anies Masih ”Top of Mind” Masyarakat
›
Prabowo, Ganjar, dan Anies...
Iklan
Prabowo, Ganjar, dan Anies Masih ”Top of Mind” Masyarakat
Isu pencalonan presiden kian menghangat. Kendati Pemilihan Presiden 2024 masih tiga tahun lagi, partai politik mulai memunculkan calon potensial. Siapa saja nama yang masuk dalam ”top of mind” masyarakat?
Oleh
RINI KUSTIASIH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penyelenggaraan Pemilu dan Pilkada 2024 masih sekitar 3 tahun lagi, tetapi sejumlah partai politik mulai menyimak dan memperhatikan tokoh yang berpotensi untuk mereka usung sebagai calon presiden. Sejumlah nama telah dimunculkan sebagai kandidat kuat oleh masing-masing partai, baik yang berasal dari internal maupun eksternal partai.
Namun, secara umum, elektabilitas para calon itu dinilai masih ditentukan oleh popularitas, belum oleh kinerja ataupun program mereka. Dalam peluncuran hasil survei nasional Parameter Politik Indonesia bertajuk ”Peta Politik Menuju 2024 dan Isu Politik Mutakhir”, Sabtu (5/6/2021), yang digelar daring, sejumlah nama tokoh kembali muncul di benak publik sebagai nama yang paling mereka ingat dan kenal (top of mind) jika pilpres dilakukan hari ini.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Mereka ialah Prabowo Subianto (16,5 persen), Ganjar Pranowo (13,8 persen), dan Anies Baswedan (12,1 persen). Survei yang digelar dengan melibatkan 1.200 responden dengan wawancara melalui telepon itu dilakukan pada 23-28 Mei 2021. Sampel diambil dengan metode simple random sampling dari 6.000 nomor telepon seluler yang sudah dipilih secara acak dari kerangka sampel yang ada dan disesuaikan dengan proporsi populasi dan jender.
Hadir dalam pembahasan hasil survei itu, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno, politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Effendi Simbolon, Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional (PAN) Eddy Soeparno, dan Ketua DPP Partai Golkar Ace Hasan Syadzily.
Adi mengatakan, tidak banyak perubahan persepsi publik terhadap para tokoh yang unggul dalam survei elektabilitas itu. Faktor yang paling menentukan bagi elektabilitas seorang tokoh ialah popularitas mereka. Ketiga nama yang paling diingat publik (top of mind), yakni Prabowo, Ganjar, dan Anies, memiliki popularitas yang tinggi di antara para tokoh lainnya, seperti Puan Maharani (1,5 persen), Ridwan Kamil (4,2 persen), Tri Rismaharini (3,9 persen), Agus Harimurti Yudhoyono (5,6 persen), ataupun Airlangga Hartarto (0,4 persen).
Kendati demikian, hal paling menonjol yang memengaruhi pilihan publik terhadap seorang tokoh yang berpotensi menjadi capres ialah alasan psikologis (36,3 persen), alasan rasional (10,5 persen), dan alasan sosiologis (3,2 persen). Alasan psikologis itu meliputi karakter tegas, disiplin, sopan santun, jujur, bersih, populer, serta muda atau tampan. Adapun alasan rasional meliputi kinerja bagus, visi-misi dan program bagus, berpengalaman, dan bisa memimpin. Alasan sosiologis ialah relijius, suku atau putra daerah, dan anggota ormas tertentu.
”Ini menjadi PR bersama karena ternyata pemilih banyak memilih seseorang tokoh bukan karena kinerja atau program, melainkan apakah yang bersangkutan dikenal, populer, menarik, dan punya karakter pribadi yang disukai. Selain itu, persepsi tentang calon yang relijius ikut menentukan,” kata Adi.
Tergantung popularitas
Merepons hasil survei itu, Effendi menilai, tingginya elektabilitas seseorang memang sangat dipengaruhi oleh popularitas. Effendi antara lain menyoroti belum terlalu tingginya elektabilitas Puan Maharani. Menurut Effendi, hal itu karena Puan belum sepenuhnya total dalam menyosialisasikan dirinya dalam kandidasi presiden.
”Angka itu sebenarnya cukup menggembirakan karena biasanya nol koma, tetapi sekarang bisa dua digit. Saya pegang clue dari Mas Adi bahwa yang memegang kunci elektabilitas itu ialah popularitas. Jadi, kompetensi dan sebagainya itu, orang tidak mau pusing, termasuk apa visi-misnya. Begitulah karakter rakyat republik kita, walau sebenarnya yang sejatinya tidak seperti itu,” kata Effendi.
Saat ini, menurut Effendi, dirinya belum mengetahui apakah sebenarnya Puan berminat menjadi capres ataukah tidak karena belum ada rekomendasi dan keputusan dari Ketum PDI-P Megawati Soekarnoputri. Namun, jika memang ada arah ke sana, Effendi meyakini ada jalan untuk menaikkan popularitas Puan.
”Kalau memang iya, mari Mbak, di kedinasan DPR ada kesempatan empat kali reses. Kalau memang mau, mari menyapa, tertawa, dan menangis bersama rakyat. Nanti kita lihat dalam dua bulan terakhir itu yang tadinya sekian bisa menjadi dua digit,” katanya.
Sementara itu, Eddy mengatakan, partainya memang berharap ada kader PAN yang bisa ikut berkontestasi dalam pilpres. PAN punya rekam jejak dalam pencalon presiden maupun wakil presiden. Pada 2004, PAN mengusung Amien Rais sebagai calon presiden, dan Hatta Rajasa sebagai cawapres pada 2014. Namun, selain fokus pada pencapresan, tugas penting lainnya bagi parpol ialah meningkatkan raihan suara partai dan memperbaiki demokrasi.
Sementara itu, Ace Hasan mengatakan, partainya mendukung Airlangga untuk maju sebagai capres. Namun, sampai saat ini belum ada jawaban kesediaan dari Airlangga untuk mendeklarasikan dirinya sebagai capres. Airlangga disebut masih fokus menjalankan tugasnya sebagai Menko Perekonomian, sekaligus Ketua Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dari dampak Covid-19.
Sekalipun elektabilitas Airlangga masih rendah, Ace meyakini angka itu masih bisa berubah ketika kader Golkar solid menyosialisasikan Airlangga sebagai simbol dan representasi partai. ”Saat ini kader menyosialisasikan Pak Airlangga sebagai bagian dari amanat Munas 2019 dan Mukernas 2020 yang mendukung Pak Airlangga sebagai calon presiden dari Golkar,” ucapnya.