logo Kompas.id
MetropolitanJRC yang Diandalkan, tetapi...
Iklan

JRC yang Diandalkan, tetapi Juga Diragukan

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek segera meluncurkan angkutan permukiman yang disebut Jabodetabek Residence Connection. Angkutan permukiman itu akan bekerja sama dengan sejumlah perusahaan otobus melayani warga permukiman di pinggiran Jakarta yang beraktivitas di Jakarta untuk mengurangi kemacetan di Jakarta. Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Elly Sinaga, Selasa (7/2), dalam acara diskusi tentang angkutan permukiman Jabodetabek Residence Connection (JRC), mengatakan, kemacetan di Jakarta terjadi salah satunya karena banyak pengguna kendaraan pribadi dari pinggiran Jakarta. Target BPTJ adalah meningkatkan pengguna angkutan umum dari 15 persen saat ini menjadi 40 persen pada 2018."Setiap lima tahun akan ditingkatkan. Jadi pada 2024 sebanyak 50 persen dan 2029 menjadi 60 persen. Setiap hari ada 47 juta perjalanan yang dilakukan penduduk Jabodetabek," ujarnya.Untuk mendorong perpindahan penggunaan moda itu, BPTJ akan meluncurkan JRC. Angkutan itu menjemput penumpang langsung ke permukiman di kawasan perumahan ia tinggal dan mengangkut penumpang ke tengah Kota Jakarta. Untuk bisa meluncurkan JRC, BPTJ sudah melakukan survei di 17 titik lokasi perumahan besar untuk kelas menengah ke atas di pinggiran Jakarta. Dari pengelola perumahan tersebut, kata Elly, pengelola sebagian besar setuju untuk dibuat angkutan permukiman tersebut."Selama ini, angkutan shuttle dari permukiman sudah ada. Namun, izinnya masih izin angkutan wisata. Ini yang kami benahi, diwujudkan dalam angkutan permukiman kerja sama antara BPTJ, PO, dan pengelola perumahan," ujar Elly. Dalam rencana, JRC akan diluncurkan pada 14 Februari 2017 di ITC Mangga Dua, Jakarta Pusat. Sebanyak 150 PO sudah mendaftar sebagai operator. "Karena angkutan ini tidak disubsidi, tarif tiket untuk angkutan permukiman ini ditentukan oleh operator. Besarannya Rp 20.000-Rp 25.000 sekali jalan," ujar Elly.Penyediaan JRC berkapasitas 30 penumpang per bus ini, sesuai data BPTJ, karena hasil survei menunjukkan 78 persen pengguna kendaraan pribadi bersedia pindah ke angkutan umum jika layanan angkutan umum baik.Waktu tempuhDirektur Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) Indonesia Yoga Adiwinarto berpendapat, ketimbang mengurus operasi bus, BPTJ lebih baik menggunakan kewenangannya untuk memperpanjang infrastruktur bus (bus rapid transit/BRT) Jakarta ke Tangerang, Bogor, dan Bekasi melalui tol. Dampak dan manfaatnya lebih besar untuk menarik pengguna kendaraan pribadi.Operasi bus dari area permukiman ke pusat Jakarta juga bakal menghadapi macet di perjalanan. Padahal, waktu tempuh menjadi pertimbangan utama dalam memilih moda angkutan. "Jika ada intervensi lain, seperti pembangunan jalur prioritas untuk bus, operasi bus seperti ini akan lebih bermanfaat. Kemacetan di jalan tol adalah masalah utama pengguna kendaraan bermotor di wilayah sekitar Jakarta," ujarnya.Pada saat yang sama, PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) berencana menambah rute layanan dari 80 rute tahun lalu menjadi 152 rute tahun ini. Sejumlah kawasan ditargetkan bisa dilayani bus transjakarta dengan tarif subsidi Rp 3.500, seperti bandara (Halim Perdanakusuma dan Soekarno-Hatta) dan kawasan Ciledug, BSD, Bintaro, Cileungsi, Cibinong, dan Cikarang.Pengamat perkotaan, Yayat Supriyatna, mengatakan, keinginan BPTJ untuk memindahkan pengendara kendaraan pribadi menjadi pengguna angkutan umum tidak akan berhasil jika masih mengandalkan transportasi berbasis jalan raya. Angkutan massal berbasis rel yang seharusnya didorong terus tumbuh. (ARN/HLN/MKN)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000