Penumpang Tersesat di Terminal
Cerita tentang kejahatan di terminal bus di Jakarta membuat Deni (20) berhati-hati saat pertama kali menginjakkan kaki di Terminal Pulo Gebang, Jakarta Timur, Selasa (7/2). Ia terdiam cukup lama untuk mencari petunjuk arah lokasi angkutan kota. Namun, petunjuk arah itu tak mudah ditemukan di terminal bus yang diklaim terbesar se-Asia Tenggara itu.
"
Bingung, tidak ada petunjuk arahnya. Takut didekati orang jahat juga," kata Deni yang baru tiba dari Indramayu untuk kembali ke tempatnya bekerja di kawasan Cilincing, Jakarta Utara.
Deni bersama temannya akhirnya memutuskan cari jalan keluar dari gedung terminal yang berlokasi di Jalan Cakung Cilincing Timur, Kelurahan Pulogebang, Cakung, itu.
Dari ruang kedatangan di lantai dua gedung terminal itu, Deni dua kali menuruni tangga untuk menjangkau lantai satu yang berada di dasar bangunan. Sebelum sampai di lantai satu, Deni melalui lantai mezanin yang menjadi area penjualan tiket bus AKAP.
Hampir di setiap lantai, Deni dikerumuni karyawan perusahaan otobus (PO) yang, dengan agak memaksa, menawarkan tiket bus AKAP. Deni tak menanggapinya. Ia mempercepat langkah kaki.
"Mereka menawarkan tiket bus agak memaksa, sama seperti di Terminal Pulogadung atau di Terminal Tanah Merah. Mereka malah seperti calo," ujar Deni.
Di luar gedung terminal yang berdiri di atas lahan seluas 14,17 hektar itu, Deni bersama temannya memilih duduk di tepi jalan, persis di pintu keluar bus AKAP. Hampir setengah jam, dia tak juga menjumpai angkot. Sampai akhirnya seorang kernet angkot memberitahukan bahwa tempat keberangkatan angkot berada di lantai mezanin Terminal Pulo Gebang.
"Loh, malah di sana. Tadi tidak ada petunjuk arahnya," ucap Deni yang langsung bergegas kembali masuk ke dalam gedung terminal.
Terdampar
Furqon (19) "terdampar" 35 kilometer dari lokasi yang dituju. Ia naik bus malam dari Comal, Pemalang, Jawa Tengah, akhir pekan lalu. Agen PO bus mengatakan, bus akan menurunkan penumpang di Lebak Bulus. Namun, Minggu (5/2) dini hari, ia mesti turun di Terminal Pulo Gebang.
Ia pun terpaksa gonta-ganti bus transjakarta menuju Lebak Bulus. "Ini pertama kali saya turun di Pulo Gebang," ucapnya.
Furqon tiba di Pulo Gebang pukul 01.30. Semestinya, jika sesuai janji agen, bus tiba di Lebak Bulus sekitar pukul 05.00. Tanpa diduga, ia harus kebingungan mencari tahu angkutan yang dapat membawanya dari Pulo Gebang ke Lebak Bulus.
Karyawan swasta di Ciputat, Tangerang Selatan, itu pun bergabung dengan penumpang lain yang menggunakan transjakarta. Hanya ada bus rute Pulo Gebang-Pulogadung yang tersedia untuk perjalanan dini hari. Bus transjakarta rute lainnya berhenti beroperasi sekitar pukul 23.00. Dari Pulogadung, ia berganti transjakarta tujuan Harmoni dan masih berganti lagi transjakarta ke Lebak Bulus.
Apabila biasanya ia sudah tiba di kos pukul 06.00, hari Minggu itu ia sampai kos pukul 07.30 karena harus berputar-putar dan terjebak macet.
Furqon berharap ada bus transjakarta rute Pulo Gebang-Lebak Bulus untuk mengakomodasi keputusan pemerintah memusatkan pemberangkatan dan kedatangan bus AKAP di Pulo Gebang. Bus itu harus beroperasi 24 jam.
Seperti Furqon, Amir (27) baru sekali turun di Pulo Gebang, Minggu lalu. Ia berangkat dari Pemalang dan biasanya turun di Terminal Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Dari situ, ia cukup berjalan kaki 1 kilometer menuju rumahnya. Karena itu, ia juga berharap ada angkutan Pulo Gebang-Pasar Minggu yang beroperasi 24 jam.
Kini, untuk mencapai Pasar Minggu, Amir harus pergi ke Pulogadung dan berganti angkutan lagi ke tujuan. Amir yang berprofesi sebagai pedagang pulsa ponsel ini memilih menunggu di Pulo Gebang sampai subuh. Sebab, ia punya pengalaman buruk di Pulogadung.
Pada 2010, saat mencari angkutan pulang di Terminal Pulogadung, Amir dipepet lima orang untuk masuk ke sebuah angkot kosong. Di angkot itu, ia ditodong dan harta bendanya dirampas. Pengalaman ini menyisakan trauma dengan terminal tersebut.
Sisakan keresahan
Hingga Selasa, bus-bus AKAP dari Jakarta menuju Jateng dan Jatim masih leluasa menaikkan dan menurunkan penumpang di Terminal Tanjung Priok, Jakarta Utara. Tidak ada spanduk atau media informasi berukuran besar yang dipampang untuk sekadar memberitahukan pemindahan terminal ke Pulo Gebang.
Nurlaili (39), penumpang Bus PO Pahala Kencana rute Jakarta-Madura, resah dengan kebijakan pemindahan terminal ini. Ia membayangkan ribetnya transportasi dari rumahnya di kawasan Tanjung Priok menuju Pulo Gebang.
Di tempat keberangkatan angkot di Pulo Gebang juga tak banyak dijumpai informasi trayek angkot serta rutenya. Informasi trayek dan rute hanya dijumpai pada peron angkot U 03 jurusan Pulogebang-Semper.
Seorang pengatur waktu keberangkatan angkot U 03, Iwan Ambon (50), mengatakan, informasi rute yang terpasang untuk trayek U 03 itu pun, menurut Iwan, merupakan inisiatifnya.
(Madina Nusrat/J Galuh Bimantara/Helena F Nababan)