logo Kompas.id
MetropolitanTragisnya Akhir Hidup Sang...
Iklan

Tragisnya Akhir Hidup Sang Sopir Daring

Oleh
dea
· 3 menit baca

Tak ada yang menyangka Pahinggar Indrawan (35) mengakhiri hidupnya dengan gantung diri. Mirisnya, peristiwa itu direkam dalam siaran langsung di Facebook, Jumat (17/3) sekitar pukul 09.00. Empat jam setelahnya, pukul 13.30, pria yang akrab disapa Indra itu baru ditemukan oleh anak sulungnya di gudang rumahnya.Moh Sidik (58), Ketua RT 008 RW 005 Kelurahan Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan, kaget bukan kepalang. Sidik tak menduga, pria yang sudah dua kali mendatangi rumahnya sejak subuh itu nekat bunuh diri. Indra dan istrinya, DFF (33), mengetuk gerbang rumah Sidik sekitar pukul 04.00. Di rumah ketua RT itu, DFF menangis terisak sembari menceritakan masalah rumah tangganya yang tak lagi harmonis."Indra sesekali ngomong menanggapi istrinya. Tapi, saya lihat dia lebih banyak duduk dengan kepala menunduk," ujar Sidik, Sabtu (18/3).Kepada Sidik, suami istri itu menceritakan pangkal permasalahan keluarganya adalah karena DFF berbalas pesan (chatting) dengan pria lain. Indra yang sudah menikah 13 tahun dan dikaruniai empat anak pun cemburu. Sementara DFF mengatakan kepada Sidik, ia bulat ingin bercerai. Indra tidak mau mengabulkan permohonan DFF."Saya nasihati mereka, kalau masalahnya cuma chatting,kenapa harus sampai bercerai? Ingat anak-anak," kata Sidik.Sekitar satu jam kemudian, Indra pamit pulang ke rumahnya yang berjarak 150-200 meter dari rumah Sidik. Sidik mengira, Indra mau mempersiapkan keperluan sekolah anak- anaknya. Tak lama, DFF turut pamit. Sekitar pukul 08.00, Indra ke rumah Sidik mencari istrinya. Sidik menjawab DFF pergi, tetapi tidak mengatakan ke mana tujuannya. "Kemungkinan setelah dari rumah saya itu, dia gantung diri," kata Sidik.Menurut para tetangga, salah satunya Widodo (55), Indra sosok supel, ramah, ceria, dan memiliki banyak teman. Sehari-hari, Indra bekerja sebagai sopir taksi berbasis aplikasi. Ia dibesarkan dan lama tinggal di rumahnya di Jalan Kemenyan Nomor 23, Ciganjur. Setelah menikah, ia pernah mengontrak, lalu kembali ke rumah itu."Kami semua kaget kenapa orang seperti Indra bisa nekat bunuh diri. Soal urusan rumah tangga, dia tidak pernah cerita apa-apa," kata Widodo.Butuh bantuan Psikolog Universitas Indonesia, Nathanael EJ Sumampouw, mengatakan, ada beberapa orang yang memiliki kepribadian rentan bunuh diri, yaitu orang yang memiliki keterampilan sosial minim, dukungan sosial terbatas, memersepsikan dunia tidak adil, atau faktor pencetus berupa pengalaman signifikan tertentu seperti putus cinta. Potensi bunuh diri juga cenderung tinggi pada orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) tipe gangguan suasana hati dan depresif. Adapun perilaku pamer di sosial media terjadi karena individu tersebut mengalami crying for help atau membutuhkan bantuan yang kronis."Umumnya korban sudah memberikan tanda terlebih dahulu. Namun, ketika lingkungan tidak peka, risiko terjadi bunuh diri tinggi," ujarnya.Menurut Nael, untuk mencegahnya diperlukan edukasi publik dan mengembangkan kepekaan sosial serta kepedulian terhadap lingkungan terdekat. Banyak kasus bunuh diri individu merasa sendiri, merasa gagal total, dan tidak ada yang bisa mengerti. Nael juga mengatakan, ada potensi perilaku pamer bunuh diri di sosial media bisa berpotensi ditiru oleh individu berkepribadian rentan. Nael menyarankan pentingnya mencari bantuan atau dukungan profesional seperti psikolog, psikiater, atau pekerja sosial jiwa. Layanan kesehatan jiwa atau kesehatan mental harus lebih dekat dengan komunitas. Pemerintah memiliki kewajiban menyediakan layanan itu, misalnya di puskesmas. (Dian Dewi Purnamasari)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000