logo Kompas.id
MetropolitanJalur Alternatif Belum...
Iklan

Jalur Alternatif Belum Diumumkan

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Warga pengguna pelintasan sebidang yang akan ditutup meminta adanya jalur alternatif. Informasi tentang penutupan pelintasan sebidang yang ada saat ini belum menginformasikan mengenai jalur alternatif itu. Di sisi lain, penutupan pelintasan sebidang tetap akan dilakukan. Informasi penutupan pelintasan sebidang Pejompongan dari arah Jalan Tentara Pelajar ke arah Senayan pada April mendatang sudah diumumkan melalui pos penjagaan pintu kereta. Namun, hingga sekarang, belum ada informasi jalur alternatif."Kalau ini ditutup, enggak dikasih jalur pengganti, ya bakal lebih macet jalur Pejompongan sampai Karet karena orang yang putar balik juga harus lewat sini (Jalan Pejompongan)," kata Maskur, tukang ojek yang mangkal di pelintasan Pejompongan, Rabu (29/3).Terdapat dua palang kereta yang bersebelahan di Pejompongan. Satu pelintasan sebidang merupakan jalur dari perempatan Slipi ke arah Karet. Satu palang lagi merupakan pelintasan sekaligus jalur putar balik dari Jalan Tentara Pelajar ke arah Senayan. Pelintasan yang akan ditutup awal April ini merupakan pelintasan yang kedua. Adapun pelintasan yang pertama akan ditutup akhir tahun ini.KeselamatanMaskur sebenarnya setuju pelintasan ditutup. Apalagi, sudah beberapa kali sepeda motor tertabrak kereta.Wahyuni, warga Gang Buntu, Petamburan, yang rumahnya sekitar 200 meter dari palang kereta, menyaksikan setidaknya lima tabrakan kereta api dan sepeda motor, dan semua pengendara sepeda motor meninggal.Dedek Kurniasih (39), yang tinggal sekitar 300 meter dari palang kereta Pejompongan, mengatakan sudah sekitar 20 kali menyaksikan tabrakan di pelintasan sebidang. "Satu kali di palang, sisanya ada orang yang sedang berjalan di rel tertabrak, dan di lintasan tanpa palang di kampung itu," kata Dedek. Direktur Keselamatan Perkeretaapian Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Edi Nursalam pada Jumat lalu menyebutkan, kajian menyeluruh mengenai penutupan pelintasan sebidang yang sudah telanjur menjadi urat nadi sistem transportasi darat dan terkait dengan kepentingan transportasi banyak orang tetap dilakukan. Ini terutama terkait rekayasa lalu lintas, integrasi rute moda sejumlah angkutan umum, dan sosialisasi kepada masyarakat."Ini memang dilematis. Kawasan abu-abu itu tumbuh sendiri dan dibangun sendiri oleh masyarakat karena pertumbuhan ekonomi bagus. Ada perumahan butuh akses dan pemerintah tak buat akses, mereka (masyarakat) terpaksa bikin itu," kata Edi.Cenderung didiamkanDi sisi lain, kata Edi, Kemenhub sebagai pemilik jalan kereta api cenderung diam dan relatif tidak ada protes apa pun. Kondisi yang relatif diam dan tidak ada respons dari pemerintah itu menyusul respons masyarakat yang kerap kali berujung pada kekerasan dan aksi vandalisme. "Menurut saya, itu risiko, ngapain takut," kata Edi soal ancaman amukan dari sebagian masyarakat terkait penutupan pelintasan sebidang.Edi menambahkan, sekalipun terdapat kecenderungan penolakan dari warga, aturan ihwal penutupan pelintasan sebidang itu tetap mesti dipaksa untuk diwujudkan. "Minimal 14 (pelintasan sebidang) ini dan seterusnya ada ratusan lagi," kata Edi.Di Jakarta, sesuai dengan data Dinas Perhubungan DKI Jakarta, terdapat 166 pelintasan sebidang yang tersebar di lima wilayah. (INK/IRE)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000