logo Kompas.id
MetropolitanBiaya Huni Tak Terjangkau...
Iklan

Biaya Huni Tak Terjangkau Warga Menengah ke Bawah

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Biaya tempat tinggal yang layak huni kian tak terjangkau warga menengah ke bawah di Jakarta. Saat ini sebagian besar hunian yang tersedia lebih banyak untuk kelas menengah ke atas, sedangkan kebutuhan terbesar didominasi warga menengah ke bawah. Kepala Riset dan Konsultan Lembaga Konsultan Properti Savills, Anton Sitorus, mengatakan, gambaran kasar jumlah kebutuhan tempat tinggal di Jabodetabek saat ini 200.000 unit setahun. Kebutuhan Jakarta 50.000- 100.000 unit setahun. Jumlah ini didominasi kebutuhan masyarakat menengah ke bawah. Dari jumlah itu, baru sekitar 1.000 unit setahun hunian terjangkau dan layak bagi warga menengah ke bawah di Jakarta. "Ini baru tahun-tahun belakangan tersedia dari sejumlah proyek pemerintah yang beberapa tahun ini mengupayakan rumah terjangkau dan layak," kata Anton di Jakarta, Kamis (20/4). Di Jakarta, saat ini tersedia 10.000-20.000 unit apartemen baru dalam setahun, tetapi pasarnya untuk warga menengah ke atas. Harga satu unit apartemen termurah di Jakarta sekitar Rp 20 juta per meter persegi, yang jelas jauh dari terjangkau untuk warga berpendapatan UMR Rp 3,3 juta per bulan.Menurut Anton, dibutuhkan campur tangan pemerintah yang lebih besar untuk menyediakan kebutuhan hunian layak dan terjangkau. Beragam skema sebenarnya sudah tersedia, mulai dari subsidi silang, pemanfaatan CSR, atau program sejenis sejuta rumah. Namun, program sejuta rumah banyak disalahgunakan karena dibeli warga berpendapatan menengah ke atas.Hunian terjangkau dan layak terdiri dari dua jenis, yaitu hak milik dan hak sewa. Hunian sewa menyasar warga di sektor informal yang kesulitan mencicil dengan jumlah tertentu setiap bulan karena ketidakpastian penghasilannya setiap bulan.Cara lain adalah dengan relokasi warga di perkampungan padat dan kumuh serta pembangunan rumah susun dilakukan di tempat yang sama."Perkampungan ini kepadatannya rendah karena masih berupa rumah tapak. Kalau dibangun menjadi rumah susun, kebutuhan ruang lebih kecil dengan kapasitas lebih besar. Tentunya tak mudah diwujudkan," katanya. Teknisi gedung, Sunarso (40), yang sudah tinggal dan bekerja di Jakarta selama 20 tahun, merasakan betul semakin sulitnya memperoleh hunian terjangkau di Jakarta. Harga beli terus meningkat dan tarif kontrakan terus membubung tinggi."Gaji saya sebulan Rp 5 juta, tetapi setengahnya habis untuk kontrak rumah   . Naik terus setiap tahun," kata Sunarso, yang saat ini tinggal di salah satu perkampungan di Cilandak, Jakarta Selatan. Dia berharap pemerintah menyediakan program rumah susun murah yang terbuka untuk warga umum. (IRE)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000